4 ( Bungkam )

98.9K 5.6K 55
                                    

Baru saja Liora meletakkan tas nya di gazebo sekolah, berbagai macam peralatan sudah menimpanya.

"Satu jam," ujar pria yang baru saja menimpakan alat-alat itu ke Lio.

   Hening. Sapu lidi, plastik hitam besar, pengki. Memangnya gadis ini apa ? Siang-siang begini disuruh membersihkan lapangan panas yang sangat menguras keringat.

"Lo ngerti nggak ?!" pria itu menaikkan nada bicaranya, karena Liora tak menjawab.

"Gak," balas Lio acuh tak acuh, kemudian tanpa banyak bicara dia mulai menyapu dedaunan kering di sekitarnya.

"Mau lo it--"

"Kalau ngomong yang jelas makanya, jangan sepatah-sepatah. Lo kira gue alien yang bisa paham sama bahasa lo yang weird ?" potong Liora cepat-cepat.

"Ya," jawab Rio dingin.

   Sementara Liora menyapu lapangan, pria itu menyandarkan tubuhnya di pilar gazebo pinggir lapangan, sembari menekuk kedua tangannya, seolah-olah dia majikan Lio yang sedang mengawasi Lio.

"Lo bisa nyapu gak sih ! Itu di belakang lo masih ada daun !"

"Yang itu tuh, di pojokan masih ada daun,"

   Oke, Lio tak tahan.

"KALO GITU LO AJA YANG BERSIHIN SENDIRI !" Liora membentaknya dan membanting sapu itu ke bawah.

   Dia pikir dia itu siapa ? Memang tangan Lio ada berapa ? Dan bagaimana mungkin Liora bisa menyapu di banyak tempat dalam waktu yang sama.

   Terdengar suara dan sedikit tawa dari arah tangga sebelah gazebo. Ternyata mereka anggota osis lainnya, teman-teman pria menyebalkan itu rupanya. Lio tak mempedulikan mereka, yang Lio pikirkan sekarang adalah cepat menyelesaikan pekerjaan ini dan cepat pulang ke rumah.

"Lapangan segede ini dia bersihin sendirian ?"

"Kasian bego ! Liat noh wajahnya, udah kayak kepiting rebus. Bibirnya pucet pula !" Evan menunjuk ke arah Liora.

"Itu hukuman buat dia yang udah berani ngelanggar aturan," Rio menjawabnya datar.

"LO YANG LAGI NYAPU, KESINI !" panggil Evan tiba-tiba.

   Liora berjalan ke arah mereka. Pandangan Lio mengarah pada pria yang menyandarkan badannya di pilar. Ia menatapnya tajam.

"Lo gapapa bersihin lapangan segede ini sendirian ?"

"Gapapa kak," Lio menjawab ramah, berusaha menstabilkan nafasnya.

"Lo yakin ? Wajah lo udah pucet gitu, gue bantu ya ?" tawar Evan dengan sangat lembut.

"Gak usah, gue bukan cewek lemah," Lio menjawab dengan nada sebal, sebenarnya ia menjawab itu untuk menyinggung pria di pilar itu.

"Hahaha, gapapa gimana ?" Evan tertawa singkat.
"Wajah lo udah pucet gitu, lo masih bilang lo kuat ? Trus yang lo maksud lemah itu yang kayak gimana ?"

"Yang lemah itu orang yang gak mau dengerin penjelasan orang lain dulu. Dia menguatkan pemikirannya sendiri, itu yang lemah." Liora menatap pria itu dengan sinis sekilas.

   Pria yang ditatap membuang muka sinis. Sepertinya ia tersindir.

"Hahaha ya udah. Sana lo lanjutin dulu, kita tunggu sampe lo selesai,"

"Oke kak, gak lama lagi kok," Lio tersenyum manis pada Evan.

"Tunggu !"
"Nama lo siapa sih ?" tanya Evan.

"Masih dirahasiakan !" Lio tertawa kecil sebelum akhirnya ia melanjutkan menyapu.

   Sekitar 10 menit kemudian, Lio berhasil membersihkan lapangan itu. Ia menyeret tas plastik hitam besar itu ke arah gazebo. Ia menaruhnya di hadapan pria jangkung yang sedang bersandar.

"Hukuman gue udah SELESAI. Gue mau pulang sekarang, MAKASIH hukumannya," Liora segera beranjak mengambil tas nya dan berjalan ke arah gerbang.

   Namun lengannya dicekal oleh seseorang.

"Siapa bilang udah selesai ? Ini dibuang dong !" ah, pria itu rupanya.

"Tugas gue kan cuma bersihin lapangan, bukan buang sampah,"

"Tapi ini kan juga termasuk dari hukuman lo. Kalo lo bersihin, lo juga ha--" omongan pria itu terpotong.

"Maaf, permisi." Liora langsung meninggalkannya.

"WOY ! Dengerin penjelasan gue, jangan pergi seenaknya !" kesempatan emas, mendengar omongan pria itu barusan, Lio langsung berbalik.

"LO MAU PENJELASAN LO DIDENGERIN ? DENGERIN DULU PENJELASAN ORANG LAIN, JANGAN MAIN HAKIM SEENAKNYA," kali ini Liora benar-benar meninggalkannya. Meninggalkan pria itu yang kini diam seribu bahasa.

"Kenapa jadi gue yang kehabisan kata-kata ?" batin Rio dalam hati.

"Gue salah ?" Rio bertanya pada teman-temannya dengan tatapan yang tak biasa.

   Teman-temannya saling pandang, mengedikkan bahu bersamaan.

"Baru kali ini Rio mati kutu, ga bisa bantah,"

"Barusan gue gak salah denger kan ? Dia nanya dia salah atau ngga ? Ajaib mannn !!"

Cold Senior VS Bad JuniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang