BAB 1

2K 57 0
                                    

Selamat membaca readers!

"Hasna!"

Gadis berkerudung panjang itu tersentak kaget ketika seorang gadis menepuk bahunya. Karena kesal, ia membalas gadis yang mengejutkannya tadi dengan cubitan di lengannya.

"Sakit! Habisnya daritadi gue panggil lo gak nengok!" Ujar si gadis berkacamata tersebut.

"Lo gak liat gue lagi ngapain? Ini loh, ada tugas! Lo udah kerjain belum?" Si gadis memberikan jempolnya seraya berkata, "Sudah jelas....belum lah!"

"KERJAIN, ANNISA SHANUM HAZIQAH!!!"

"IYA, MAK! MAAF!!"

⚓⚓⚓⚓

"Assalamu'alaikum..." Gadis itu masuk kedalam rumah sederhananya.

"Wa'alaikumsalam. Cepet sana ganti baju, setelah itu ke ruang makan!"

"Iya, ma..." Gadis itu masuk kedalam kamarnya untuk meletakkan tasnya dan berganti pakaian. Setelah itu, ia segera menuju ke ruang makan untuk makan siang bersama keluarganya.

"Sa, gimana sekolahmu?" Tanya Haziq, sang ayah.

"Ya...begitu, pah."

"Papah mau bicara sama kamu, setelah ini ke ruang tamu ya?"

"Iya, pah,"

Setelah makan siang dan membantu Linda, sang mama, Annisa segera menuju ke ruang tamu untuk menemui sang ayah.

"Papah mau ngomong apa?" Tanya Annisa heran, karena baru kali ini ayahnya mengajaknya bicara berdua dan seserius ini.

"Nak, papah punya sahabat. Sahabat deket papah dari SMP. Beliau punya anak laki-laki. Papah dan sahabat papah itu berkeinginan untuk menikahkan kamu dengan anaknya."

Bagai terkena petir di siang bolong, Annisa hanya bisa terdiam mendengar penuturan ayahnya. Ia tak berani menolak ataupun menyetujuinya.

"Pah, biar aku pikirkan dulu ya," Annisa segera menuju ke kamarnya dan mengunci pintu. Ia membanting tubuhnya ke kasur dan menangis terisak di sana.

"Ya Allah, aku harus apa? Aku mencintai orang lain, sedangkan aku harus menikah dengan laki-laki pilihan orang tuaku. Ya Allah, beri aku petunjuk."

Annisa membuka ponselnya. Ia menatap foto wajah seorang lelaki tampan yang tengah bermain gitar.
"Kak Ari...." Isaknya pelan.

⚓⚓⚓⚓

"Nisa," Hasna mengusap pelan bahu Annisa. Ia baru saja mendengar semua cerita Annisa mengenai perjodohan itu. Annisa terisak di pelukannya.

"Hasna....hiks...gue gak mau nikah sekarang.... Gue suka sama kak Ari, Na...hiks...hiks..."

"Lo minta petunjuk sama Allah, Sa! Ini masalah masa depan. Jika memang dia yang Allah pilih buat lo, suka gak suka, cinta gak cinta, lo harus terima dia apapun yang terjadi. Jika bukan dia yang Allah pilih buat lo, lo harus bisa mengatakan itu ke orang tua lo, apapun resikonya karena pernikahan ini lo yang menjalankannya."

"Gue mimpi semalam, Na. Ada kak Ari di sana, tapi...ketika gue mau gapai dia, dia malah jauh dan semakin jauh dari gue... Apa itu pertanda kalau dia bukan jodoh gue?"

"Lo harus terima, Sa. Itu berarti kak Ari bukan buat lo, bukan jodoh lo. Lo harus kuat, Sa, gue akan terus di sisi lo."

"Makasih, Na."

⚓⚓⚓⚓

Annisa menatap pria tampan bertubuh kekar di depannya dengan tatapan yang sulit diartikan. Wajah pria itu memang tampan, tapi tidak membuat hati Annisa luluh karena di hatinya sudah ada orang lain.

Kapten KapalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang