BAB 8

899 42 3
                                    

Selamat membaca readers!

Annisa membantu Firza memasukkan pakaian kedalam tas ransel. Ia kira, masih ada waktu untuk bisa bersama Firza setelah mereka kembali dari liburan kemarin, tapi ternyata, sehari setelah mereka kembali Firza sudah mendapatkan tugas lagi. Tapi entah kenapa, kali ini Annisa merasa sangat berat untuk melepas Firza bertugas. Sungguh, hatinya meminta agar ia menahan Firza agar tidak pergi, tapi ia tidak bisa apa-apa, Firza adalah Kapten, dia panutan bagi anak buahnya.

"Annisa," Annisa tersadar dari lamunannya ketika usapan terasa di pipi kanannya. Ia mendongak menatap Firza yang berdiri di depannya.

"Kenapa? Diam aja dari tadi,"

"Enggak kok, om," Jawab Annisa sambil memasukkan pakaian Firza kedalam tas ranselnya.

"Annisa, jangan membuat saya cemas ketika akan meninggalkanmu." Firza menangkup kedua sisi wajah Annisa hingga gadis itu sepenuhnya menatap dirinya. Annisa berusaha tersenyum walau hatinya sangat gelisah.

"Om, kan om sering ninggalin gue, gak pa-pa kok. Om jangan khawatir!" Annisa mengusap tangan kekar Firza.

Firza melepas tangannya dari pipi Annisa. Ia merogoh sesuatu di kantung celana bahannya. Ia mengeluarkan sebuah kalung emas putih dengan berlian menghiasi liontin jangkarnya. Firza menarik Annisa agar berdiri di depan cermin besar yang terpasang di depan lemari. Ia memasangkan kalung dari belakang tubuh Annisa. Annisa menyingkirkan rambutnya ke samping agar Firza mudah memasangkannya kalung cantik tersebut.

Setelah Firza memasangkan kalung tersebut, pria itu melingkarkan lengannya di bahu Annisa.

"Maaf saya harus meninggalkanmu lagi."

"Om, gue gak pa-pa kok! Jangan terlalu khawatirin gue! Lo fokus tugas aja,"

"Annisa," Firza membalikkan tubuh Annisa hingga menghadapnya. Annisa mendongak menatap Firza.

"Jaga dirimu selama saya tidak ada. Jangan lupa makan dan sholat. Ingat, sebentar lagi kamu akan masuk kuliah, saya mau kamu tetap belajar biarpun saya tidak ada. Annisa, jaga dirimu dan hatimu. Tolong, tunggu saya pulang," Annisa memejamkan matanya ketika Firza mencium keningnya. Setetes air mata mengalir di pipinya. Entah kenapa, Annisa sangat sensitif hari ini. Ia terisak pelan dan langsung di peluk oleh Firza.

"Jangan menangis. Kamu tau saya gak suka kamu menangis." Bisik Firza lembut.

"Om, lo jangan lupa makan! Hiks. Jangan lupa sholat juga, hiks... Jangan lupa hiks istirahat... Cepet pulang, om...hiks hiks..."

"InsyaAllah saya akan pulang. Tapi jika saya tidak kembali, saya mohon tetaplah menjadi menantu dari kedua orang tua saya."

⚓⚓⚓⚓

Annisa mengantar Firza ke pelabuhan. Ada keluarga mereka juga di sana. Annisa tak bisa membendung tangisannya ketika melihat banyak perempuan yang menangis ketika di tinggal suami dan keluarga mereka untuk melaksanakan tugas negara.

"Om!" Annisa berlari memeluk Firza dari belakang ketika pria itu akan naik keatas kapal.

"Om, jangan lupa pulang...hiks...hiks..."

"Saya gak akan lupa pulang, Annisa." Firza membalikkan tubuhnya. Ia menghapus air mata Annisa dengan lembut. "Jaga dirimu baik-baik ya selama saya pergi. Jangan rindu saya, rindu itu berat." Gurau Firza.

"Jangan sok-sok jadi Dilan deh, om!"

"Terus jadi apa?"

"Tetap jadi Om Firza yang gue kenal."

"InsyaAllah saya akan jadi Firza yang kamu kenal. Saya pergi, assalamu'alaikum." Dan akhirnya, Annisa melepas kepergian Firza. Fanny memeluk Annisa agar gadis itu tenang, tapi Annisa kembali menangis. Semua orang bingung. Entah kenapa Annisa lebih bersedih daripada keberangkatan Firza yang sebelum-sebelumnya.

Kapten KapalkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang