Chapter sebelumnya.
“Ayah makanannya telah siap, mari kita makan.” ajak Ayna pada sang ayah.
Tak mendapat jawaban dari sang ayah Ayna berinisiatif untuk menggenggam tangan ayahnya, bukan jawaban yang ia dapatkan tapi tepisan tangan yang ia dapat bahkan kini mata ayahnya berubah menjadi merah menandakan bahwa ayahnya sedang emosi. Sedetik kemudian Ayna merasakan pipinya terasa panas dan juga sedikit perih akibat tamparan yang baru saja ayahnya layangkan untuk Ayna, belum lagi luka kemarin yang ia dapat dari pukulan ayahnya belum sembuh total bahkan sudut bibirnya kembali mengeluarkan cairan kental berwarna merah..
.
.
.'Ayna Azura'
Seperti malam-malam sebelumnya, malam ini Ayna berakhir tertidur dengan luka di sekujur tubuhnya. Seakan telah kebal Ayna tak merasa sakit bahkan menangis saat ayahnya memukulinya, air matanya telah habis untuk menangisi hidupnya.
Ia selalu meminta pada tuhan agar tuhan mengirim seseorang untuk merubah alur hidupnya, ia percaya bahwa ia pasti akan berakhir dengan bahagia, ia percaya bahwa hidupnya tak sepenuhnya gelap pasti ada setitik cahaya yang bisa membawanya kepada kebahagiaan.
Sore ini Ayna tak bekerja ditoko karena pemilik toko sedang tidak ada, kini ia tengah membaca buku di kamarnya menjadikan sinar matahari senja sebagai lampu untuk membantunya membaca.
Di tengah ia membaca tiba – tiba ponselnya berbunyi tanda pesan masuk kemudian ia melangkahkan kaki menuju sebuah nakas dekat tempat tidurnya.
Dahinya mengerenyit kala melihat pesan tersebut, dengan ragu ia membuka pesannya lalu membacanya perlahan.
Terdengar langkah seseorang mendekati sebuah kamar dengan pencahayaan yang sangat minim.
Ayna membuka pintu kamar ayahnya perlahan, saat ia masuk hanya ada kegelapan yang menyebutnya, bau alkohol tercium dari segala penjuru ruangan bahkan kakinya bisa merasakan bahwa di lantai kamar ayahnya banyak sekali sisa rokok yang berserakan.
Saat Ayna telah menemukan saklar lampu ia segera menekannya saat itu juga ia melihat ayahnya tengah terduduk disudut ruangan dengan baju yang sama saat terakhir Ayna lihat ayahnya kemarin malam.
“Ayah aku ingin mengatakan sesuatu.”
Dengan keberaniannya yang ia kumpulkan Ayna berjalan mendekati ayahnya mencoba duduk disebelah ayahnya yang penuh dengan botol minuman.
“Aku mendapat beasiswa, besok lusa keputusanku untuk menerima atau menolaknya.” tak ada respon yang Ayna dapatkan dari ayahnya kemudian ia melanjutkan perkataannya.
“Ayah tahu menjadi seorang dokter adalah impianku, Ayah tahu saat aku mendengar bahwa adikku Azura difonis menderita leukemia tekadku menjadi seorang dokter semakin kuat. Aku ingin menyembuhkan Azura, aku juga ingin menyembuhkan ayah yang sering mengeluh pegal-pegal bahkan jika nenek masih ada aku ingin menyembuhkan penyakitnya. Sayangnya saat aku ingin menyembuhkan Azura ia malah pergi bersama ibu, saat aku ingin menyembuhkan nenek ia malah pergi meninggalkanku bersama ayah di sini. Tinggal satu orang yang ingin ku sembuhkan saat ini, yaitu Ayah.” jelas Ayna panjang lebar.
Ayna bisa merasakan bahwa ayahnya kini tengah menahan isakannya, terlihat bahwa kini bahu ayahnya bergetar. Ayna segera melanjutkan perkataannya.
“Beasiswa ini adalah salahsatu jalan untukku meraih impian itu Ayah. Jika aku ingin egois bisa saja aku menerimanya tapi aku tak bisa karena aku tak ingin meninggalkan ayah sendirian di sini dengan keadaan Ayah yang seperti ini.” Ayna menangis ia menenggelamkan wajahnya diantara tangan yang memeluk kakinya.
Sungguh Ayna ingin menerima beasiswa itu tapi ia tak ingin meninggalkan ayahnya, mengingat tempatnya kuliah nanti sangat jauh, berada di pusat kota tak mungkin jika ia harus pulang pergi.
Beberapa menit berlalu bahkan keadaan mereka tetap sama, Ayna masih menangis isakannya memenuhi kamar ayahnya.
Tiba - tiba Ayna merasakan sepasang tangan memeluk dirinya dari samping, kini bagian lengan bajunya basah karena terkena air mata. Ia tahu bahwa yang saat ini memeluknya sambil menangis adalah ayahnya. Hatinya terasa hangat saat ia merasakan kembali pelukan ayahnya setelah sekian lama ia tak merasakan hal itu.
Semua chapter aku perbaharui soalnya masih ngerasa gak puas sama karya sendiri, tapi ceritanya gak di rubah sih cuman di edit" lagi.
Seperti biasa makasih buat yang udh nyempetin waktu buat baca ini cerita, janga lupa buat coment sama vote. Jangan ragu buat pencet bintang.
Coment sama vote adalah motivasi pengarang buat nerusin cerita ini.
😍😍😍😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayna Azura
Ficção Adolescente"Aku sangat takut." Sahut sang adik yang tak henti-hentinya menangis. "Tak usah takut ada aku di sini, aku akan selalu ada disisimu dan melindungimu." Jawabnya yakin. Sang adik hanya bisa menganggukkan kepalanya pertanda bahwa ia percaya akan kata...