Hurt

23 4 0
                                    

Chapter sebelumnya

"Baiklah aku akan pulang, besok aku akan datang tepat waktu" akhirnya Ayna bersiap untuk pulang tak lupa ia berpamitan pada bu Lara sebelum pergi.

Ia harus segera pulang karena ayahnya pasti sedang menunggu untuk makan malam. Di tengah langkahnya tiba – tiba Ayna menabrak seseorang yang menyebabkan ia terjatuh dan mendapat sedikit memar pada lututnya.

.
.
.
.

'Ayna Azura'

"Maafkan aku, aku tak sengaja."

Terdengar dari suaranya Ayna menebak pasti ia telah bertabrakan dengan seorang laki - laki, saat ia mendongakkan kepala ternyata benar di hadapannya berdiri seorang laki-laki tampan yang tengah menatapnya khawatir.

"Kau tadik apa - apa? Apakah ada yang sakit?" Tanya laki-laki itu.

Ayna hanya mengerjapkan matanya kemudian bangkit, ditengah saling tatap dengan laki-laki itu ia teringat sesuatu, ia teringat bungkusan makanan yang diberi oleh ibu Lara tadi hingga ia mengalihkan pandangannya ke bawah dan menemukan bungkusan itu telah berserakan kemana-mana. Ayna bingung harus bagaimana di sisi lain laki-laki itu masih menatap Ayna, tatapan yang sulit diartikan antara tatapan khawatir akan keadaan Ayna dan juga tatapan menguji melihat paras Ayna yang begitu cantik.

"Makanannya, apakah masih bisa dimakan?" Entah bertanya pada siapa Ayna kemudian memungut makanan itu, melihat hal tersebut laki-laki itu buru-buru menghalangi Ayna untuk memungut makanan yang telah kotor. Laki-laki itu membawa Ayna kembali berdiri.

"Aku akan mengganti makananmu." Sahut laki-laki itu.

Ayna ingin menolak tapi tangannya ditarik oleh laki-laki itu dan mau tak mau Ayna mengikuti kemana laki-laki itu membawanya pergi.

"Ini pesanannya." Seorang pelayan memberikan bungkusan makanan kepada seorang laki-laki, ternyata Ayna dibawa ke sebuah toko makanan yang bahkan ia tak pernah menginjakkan kaki di sana.

"Ini sebagai gantinya, aku tak tahu apa yang kau sukai tapi aku harap kau memakannya." Sahut laki-laki itu sambil menyodorkan bungkus makanan tadi.

"Terima kasih, sebenarnya tidak digantipun tak masalah." Terima Ayna.

"Tidak apa-apa. Apakah setelah ini kau langsung pulang?" Ayna hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Baiklah akan ku antar." Tiba - tiba laki-laki itu menggenggam tangan Ayna, sebelum mereka pergi Ayna menolak tawarannya yang akan mengantarnya pulang dengan melepaskan genggaman tangan mereka.

"Tidak apa-apa aku bisa pulang sendiri." Tolak Ayna, ia merasa tak enak pada laki-laki itu.

"Tapi ini sudah malam." kekeh laki-laki itu.

"Tidak apa-apa rumahku tak jauh dari sini, terima kasih untuk makanannya" setelah berucap Ayna langsung pergi.

Laki - laki itu terus melihat Ayna sampai menghilang di sebuah belokan.

"Aku lupa menanyakan namanya, Aku harap aku bisa bertemu dengannya lagi nanti." Kemudian laki-laki itu pergi.

Sesampainya dirumah Ayna segera membersihkan badannya yang berkeringat, kemudian menyiapkan makanan untuknya dan juga sang ayah. Jam telah menunjukkan pukul sembilan malam tapi ayahnya belum juga pulang. Sambil menunggu ayahnya pulang ia membaca beberapa buku sesekali ia melirik jam dinding, biarpun ayahnya sering berperilaku kasar tapi ya tetap menyayanginya bagaimana pun hanya ayahnya yang ia punya saat ini. Terkadang ia ingin mencari Azura dan juga ibunya tapi rencana itu ia urungkan kala melihat ayahnya, ia tak tega jika ayahnya harus tinggal
sendirian di rumah.

Brak!

Terdengar suara pintu begitu keras hal ini sudah menjadi kebiasaan ayahnya jika pulang dengan keadaan mabuk, seperti tak terjadi apapun Ayna melangkahkan kakinya menuju dapur dan segera menyiapkan makanan untuknya dan juga sang ayah. Selesai menyiapkan makanan Ayna menghampiri ayahnya yang tengah melamun dengan sebuah botol minuman di tangannya.

"Ayah makanannya telah siap, mari kita makan." ajak Ayna pada sang ayah.

Tak mendapat jawaban dari sang ayah Ayna berinisiatif untuk menggenggam tangan ayahnya, bukan jawaban yang ia dapatkan tapi tepisan tangan yang ia dapat bahkan kini mata ayahnya berubah menjadi merah menandakan bahwa ayahnya sedang emosi. Sedetik kemudian Ayna merasakan pipinya terasa panas dan juga sedikit perih akibat tamparan yang baru saja ayahnya layangkan untuk Ayna, belum lagi luka kemarin yang ia dapat dari pukulan ayahnya belum sembuh total bahkan sudut bibirnya kembali mengeluarkan cairan kental berwarna merah.


Sebelumnya makasih buat yang mau baca, jangan lupa buat coment dan vote oke😍😍😍
Jangan ragu buat pencet bintang👍👍

Ayna AzuraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang