Chapter sebelumnya
Ayna berjalan perlahan ke arah meja Azura, sesampainya di sana ternyata siluet yang tengah makan bersama Azura adalah ibunya, ibu yang telah melahirkannya dan juga yang sangat ia rindukan, rindu pelukannya, rindu nasihatnya bahkan Ayna rindu saat ibunya mengomel jika ia melakukan kesalahan.
.
.
.
.'Ayna Azura'
“Kakak.” Panggil Azura tepat saat Ayna sampai mejanya.
Medengar hal itu sang ibu menoleh pada Azura yang tengah menatap ke samping.
Di ikutinya pandangan Azura hingga ia menemukan sesosok gadis yang begitu mirip dengan putrinya Azura. ‘Ayna’ pikir sang ibu.
Tak terasa kini cairan bening membentuk sungai kecil di atas pipi Ayna mulai berjatuhan. Ayna benar – benar tak menyangka jika ia akan bertemu dengan ibunya dan Azura di sini. Ia sangat bersyukur karena Bora telah megajaknya ke sini.
“Ayna?” panggil sang ibu memastikan bahwa yang di hadapannya dan juga di hadapan Azura ini memang benar Ayna putrinya yang sudah lama ia tak lihat.
“iya ibu, ini putrimu Ayna. Gadis kecilmu yang selalu merengek saat meminta sesuatu, gadis kecilmu yang selalu menjaga adik kembarnya, gadis kecilmu yang selalu merindukanmu saat kau tak ada.” Sahut Ayna meyakinkan.
Tak perlu menunggu lama sang ibu langsung memeluk putri sulungnya itu, tangisnya tak bisa tertahankan. Ia pikir tuhan tak akan mempertemukan dia dengan putrinya lagi.
“Maafkan ibu.” Hanya itu yang dapat ibunya katakana pada Ayna saat ini.
Sang ibu merasa bahwa dirinya sangat jahat, dengan pikiran yang pendek ia tega memisahkan Ayna dan juga Azura.
Ia juga tak pernah ada niatan untuk mencari keberadaan Ayna karena ia di sibukan dengan karir dan juga keluarga barunya.
Isakan Azura terdengar hingga pelukan ibu dan kakaknya terlepas.
“Kalian melupakanku di sini, aku juga ingin di peluk.” Rengek Azura yang melihat kakaknya dan juga ibunya berpelukan tapi tak mengajaknya.
“Kemarilah sayang, mana mungkin kita melupakanmu.” ibunya terkekeh saat melihat putri bungsunya merajuk ingin di peluk.
Melihat hal itu mengingatkan Ayna akan masa lalu, disaat Azura akan merengek kala melihat ibu atau ayahnya berpelukan bersama Ayna.
Mereka bertigapun akhirnya berpelukan, meluapkan rasa rindu mereka yang sempat mereka tahan kerena tak bisa bertemu satu sama lain.
Setelah mereka selesai berpelukan dan melepas rindu satu sama lain, kini mereka tengah menikmati ramen bersama, tak lupa Ayna juga mengajak Bora untuk ikut makan bersama dengan ibunya dan juga Azura.
Sambil makan mereka bercerita kisah hidup mereka pasca kejadian 11 tahun yang lalu, dimana saat keluarga mereka hancur.
“Jadi kau tinggal bersama ayahmu saat ini?” Tanya sang ibu kepada Ayna.
“Iya, kami tinggal berdua, sebelum itu kami tinggal bersama nenek tapi saat umurku 15 tahun nenek meninggal, tinggallah aku dan juga ayah.” Jelas Ayna.
“Ibu tak tahu jika nenek meninggal, jika ibu mengetahuinya mungkin ibu dan juga Azura akan pergi ke sana. Maaf karena ibu tak berusaha mencarimu dan juga ayahmu. Lalu apa kapar dengan ayahmu?”
“Terakhir aku menghubunginya ia baik – baik saja, sebelumnya ia tak bekerja tapi kini ia bekerja di salah satu pertambangan yang ada didesa kami.”
Memang benar terakhir Ayna menghubungi ayahnya, ayahnya mengatakan bahwa ia telah mulai bekerja di pertambangan yang ada di desa mereka. Ayahnya juga mengatakan bahwa ia akan mengirimkan uang hasil kerjanya pada Ayna untuk memenuhi biaya Ayna di kota.
“Aku sangat merindukan ayah, aku ingin memeluknya. Apakah boleh aku datang ke tempat ayah, ibu?” tak bisa di pungkiri bahwa memang benar Azura merindukan ayahnya selain ia merindukan kakaknya Ayna.
“Kau bisa ikut denganku akhir pekan ini Azura, jika kau ingin menemui ayah.” ajak Ayna.
“Benarkah? Apa boleh bu?” Tanya Azura pada ibunya, ibunya tahu ada nada memohon dari pertanyaan Azura.
“Baiklah, tapi ibu juga akan ikut, biar kita naik mobil saja oke?” Usul sang ibu. Kedua putrinya mengangguk setuju.
Makin gak jelas ya ceritanya??? Maaf, tapi makasih buat yang mau baca😍😍😍 jangan lupa tinggalkan jejak kalian dengan cara coment dan pencet bintang😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayna Azura
Jugendliteratur"Aku sangat takut." Sahut sang adik yang tak henti-hentinya menangis. "Tak usah takut ada aku di sini, aku akan selalu ada disisimu dan melindungimu." Jawabnya yakin. Sang adik hanya bisa menganggukkan kepalanya pertanda bahwa ia percaya akan kata...