Chapter sebelumnya
Cat dindingnyapun berubah menjadi warna biru terang yang awalnya abu – abu, foto – foto memenuhi dinding kamar itu dimana terpampang wajah Ayna dengan ayahnya bahkan di atas nakas dekat ranjang Ayna menemukan sebuah foto berbingkai memperlihatkan keluarga mereka yang begitu bahagia.
Ayna yang tengah berada di pangkuan ibunya saat ia dan Azura berumur 4 tahun serta Azura yang ada di atas pangkuan ayahnya tengah tersenyum melihat pada kamera.
.
.
.
.'Ayna Azura'
Tangisnya semakin menjadi kala melihat kenangan – kenangan yang ternyata ayahnya simpan. Ia pikir setelah ayah dan ibunya bercerai ayahnya tak lagi memperdulikan masa lalu, ia pikir ayahnya telah membenci kehidupannya dimasa lalu yang membuat keluarganya hancur.
Tapi kini saat ia melihat beberapa foto yang masih ayahnya simpan, ia yakin bahwa ayahnya tak sepenuhnya melupan kehidupan sebelumnya, mungkin sebenarnya ayahnya tak mau keluarganya hancur seperti ini, mungkin ayahnya masih ingin mempertahankan kebahagian keluarganya namun pada saat itu emosi memenuhi pikiran dan juga hati ayahnya maka dari itu ayahnya mengambil keputusan yang tak sempat dipikirkan sebelumnya.
Ayna membawa kakinya menuju sebuah kotak besar berwarna ungu soft yang ada disudut ruangan terhalang oleh lemari pakaian.
Jemari lentiknya kemudian membawa kotak itu keatas ranjang lalu ia dudukkan tubuhnya diatas ranjang. Posisinya saat ini adalah menghadap kotak tersebut, perlahan ia membuka kotak itu dan mendapati beberapa kotak lain yang berukuran lebih kecil didalamnya.
Ia mengambil salahsatu dari beberapa kotak itu lalu membukanya, ternyata di dalamnya ada sebuah sweater berbahan wol berwarna putih susu.
Terlihat dari ukurannya itu adalah ukuran perempuan, saat tengah menatap sweater itu tiba – tiba ia teringat sesuatu. Ia baru ingat bahwa sweater yang saat ini ada di tangannya sama dengan sweaternya yang ia dapat dari ayahnya sebagai hadiah ulang tahun saat umurnya 12 tahun.
“Ayah membeli dua sweater? Tapi untuk siapa?” Tanya Ayna entah pada siapa.
Saat ia melihat kembali pada sebuah sweater itu ternyata ada sebuah surat yang terselip di lipatan sweater tersebut. Di bukanya surat itu kemudian di baca dengan perlahan, ternyata sweater yang sangat mirip dengan punyanya itu adalah sweater untuk Azura.
“16 maret – 2012 ulang tahun ke 12 tahun.
Azura ini ayah, apakah kau baik – baik saja? Apakah kau hidup bahagia? Ayah harap kau selalu bahagia dan baik – baik saja. Begitupun ayah dan kakakmu disini, kami disini baik – baik saja.
Selamat ulang tahun putri bungsuku, semoga apa yang kau harapkan di umurmu kali ini bisa tercapai. Ayah selalu mendo’akanmu disini.
Maaf ayah belum bisa bertemu denganmu, tapi ayah janji kelak kita pasti bertemu. Kita akan bersenang – senang bersama nanti, ayah janji.
Ayah tak bisa memberi banyak, ayah harap kau suka dengan hadiah yang ayah berikan.Ayah menyayangimu.”
Satu tetes cairan bening berasal dari mata Ayna berhasil terjatuh disusul oleh teman – temannya. Ayna menangis, ternyata selama ini ayahnya menyiapkan beberapa hadiah ulang tahun untuk Azura, tapi mengapa ayahnya tak memberikan semua hadiah itu kepada Azura?
Tanpa sepengetahuan Ayna sebenarnya ayahnya selalu menyiapkan hadiah yang sama di saat putri kembarnya itu berulang tahun tapi ia tak berani memberikan semua hadiah itu pada Azura mengingat mantan istrinya yang gila akan harta pasti Azura akan mendapatkan hadiah yang lebih bagus dari ibunya.
Tak seperti hadiah yang ia siapkan, hadiah itu terlihat biasa saja bahkan ia membelinya di pasar.
Setelah beberapa jam berdiam di kamar ayahnya kini Ayna keluar kamar dengan membawa kotak besar yang berisikan hadiah – hadiah untuk Azura dari ayahnya. Terlihat sang ibu dan juga Azura tengah mengobol di ruang keluarga. Ayna membawa kakinya menuju Azura dan sang ibu berada.
“Apa yang kau bawa kak?” Tanya Azura saat melihat kakaknya dengan tengan membawa sebuah kotak besar.
Ayna kemuadian duduk dan menyimpan kotak itu dimeja yang berada dihadapan ketiga wanita tersebut.
“Ini hadiah yang ayah siapkan untukmu sebagai kado ulang tahun. Maaf baru bisa memberikannya padamu, maaf juga karena bukan ayah yang memberikannya padamu.” Jawab Ayna lesu.
“Ayah menyiapkan ini untukku?” Azura membuka kotak itu.
Betapa terkejutnya ia saat mendapati beberapa hadiah yang ayahnya siapkan setiap kali ulang tahunnya bahkan Azura yakin ada beberapa hadiah yang sudah tak muat lagi saat ia pakai.
Azura tak bisa menahan tangisnya lagi ia segera memeluk kakaknya sambil menangis. Melihat Azura yang menangis Aynapun ikut meneteskan air matanya, lagi – lagi ia menangis dengan apa yang tak pernah ia duga.
“Aku telah membuat keputusan ibu.” Sahut Ayna mengalihkan pembicaraan.
“Apa keputusanmu sayang? Ibu akan mendukungmu.” Tanya sang ibu penasaran.
“Aku akan tetap meneruskan kuliahku tapi aku akan tetap tinggal di flatku.” Jawab Ayna melepas pelukan Azura. Kemudian menatap ibunya.
“Kenapa kakak tidak tinggal bersama kami?” Kini giliran Azura yang bertanya.
“Aku tidak bisa tinggal bersama kalian, itu kehidupan kalian inilah kehidupanku yang penuh dengan kesederhanaan.”
“Apa yang kau katakan? Kehidupan ibu berarti kehidupanmu juga sayang.”
“Tidak ibu, aku tak terbiasa pada kehidupan ibu yang apa – apa bisa di dapat dengan uang. Dan lagi setelah aku lulus nanti aku akan tetap tinggal disini, didesa ini. Aku tak bisa meninggalakan semua yang ada disini begitu saja terlebih banyak sekali kenangan aku dan ayah ditempat ini.” Putus Ayna.
“Baiklah jika itu keputusanmu ibu akan mendukungmu, tapi jangan tolak apapun yang ibu berikan padamu karena saat ini kau adalah tanggung jawabku.”
“Baiklah.”
“Jangan sulit untuk dihubungi, dan juga mari kita bertemu jika ada waktu senggang.” Ajak Azura.
“Tentu.”
Semenjak itu Ayna tetap meneruskan kuliahnya agar ia mencapai apa yang ia impikan selama ini.
Ia juga bertekad bahwa tak akan ada lagi tangis bersedih tapi akan ada tangis bahagia. Ia berjanji pada ayahnya dan juga dirinya sendiri bahwa ia akan selalu hidup bahagia.
Ia membuat sebuah rencana, saat ia lulus nanti dan telah menjadi seorang dokter ia akan membuat sebuah klinik di desanya dan juga sebuah panti asuhan atas nama ayahnya. Ia akan menjadi seseorang pembawa kebahagian dan juga seseorang yang mampu menolong orang lain.
Inilah akhir dari kehidupan gelapnya, kini ia telah menemukan kehidupan yang begitu terang membawanya pada kebahagian. Mulai sekarang ia akan merancang alur hidupnya yang bahagia dengan melihat semua orang tersenyum karena dirinya.
.
.
.
.
.END
Udh ending ayey.......🎉🎉
Terimakasih yang sebesar besarnya kepada pembaca yang udh nyempetin waktunya🙏😍😘Tunggu karya baru aku selanjutnya, see you next time😍😍😘

KAMU SEDANG MEMBACA
Ayna Azura
Teen Fiction"Aku sangat takut." Sahut sang adik yang tak henti-hentinya menangis. "Tak usah takut ada aku di sini, aku akan selalu ada disisimu dan melindungimu." Jawabnya yakin. Sang adik hanya bisa menganggukkan kepalanya pertanda bahwa ia percaya akan kata...