KAMU

22 1 0
                                    

Aku memulai menyusun rangkaian konsonan vokal pada bait ini atas dasar manusia bernama kamu. Kamu adalah apa yang selalu ada disetiap bait-bait puisiku. Meski bukan untukmu tapi sering kali ia tercipta karenamu.

Aku hanya menjadi pemuja rahasia yang tak pernah terterka pada akhirnya. Menemukanmu pada jarak-jarak tertentu yang selalu menjadikanku semakin merindu. Merindukan segala tentangmu yang bahkan tak lekang ditelan waktu.

Bukan magnet. Bukan juga mutualisme. Menurutmu siapa yang salah? Sudahlah itu salahku. Salahku sendiri. Bukankah tak pernah ada yang menyuruhku melakukan yang aku mau? Tapi pada nyata jujurnya aku selalu dengan rela melakukan segala hal yang ku suka

Tak banyak yang bisa ku ingat ketika itu. Tapi kamu adalah satu yang tak pernah terlupa dalam setiap doaku. Yang selalu ku semogakan pada Tuhanku pada setiap sujud pada malam-malamku.

Bagaimana aku harus bersikap. Aku tidak bisa menerka dengan segala harap. Sebab teka-teki yang begitu sangat sulit di ungkap. Dan kita mungkin sama-sama tak siap.

Keegoisan yang kita lakukan terletak pada hati. Dimana kamu yang tak pernah membuka hatimu untukku. Dan aku yang sudah menutup rapat-rapat hatiku untuk siapapun itu selain kamu.

Dan kita. Pada akhirnya hanya menyemogakan apa saja yang membuat bahagia. Dimana bahagiaku sudah ku letakkan pada manusia bernama kamu.
.
.
.
Nsd, 8-8-18
Putra Jaya, 01-08-18

Konspirasi RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang