4

10 4 2
                                    

Author POV

Samar-samar terdengar dua insan sedang bercakap di sudut taman kampus, terlihat genangan air dan mata yang memerah dari kedua pelupuk mata sang gadis sedangkan di satu sisi lelaki di sampingnya tengah merangkul pundak sang gadis guna menenangkannya. Tak jauh dari sana terlihat sosok gadis lain tengah menyaksikan mereka dengan perasaan pilu dan mata berkaca-kaca.

"Apa Rain sedang memeluknya?" batin Leah yang kini berdiri mematung menyaksikan dua manusia yang sedang duduk di kursi taman kampus tidak jauh dari posisinya,"Ahh tidak, aku nggak boleh berburuk sangka. Rain mencintai aku dan pasti akan selalu setia padaku." batinnya lagi.

Leah menarik nafas panjang seraya beristigfar dan menghapus perlahan air mata yang mulai menggenang sebelumnya akhirnya terjatuh. Dengan segala kekuatan yang masih dimilikinya ia berjalan menuju Rain yang saat ini duduk bersama gadis lain yang tidak dia kenal. Kepiluan juga kepedihan makin di rasakannya ketika dirinya makin dekat dengan kekasihnya yang saat ini sedang merangkul gadis lain selain dirinya.

"Rain," panggilnya lirih sambil melukiskan senyum yang di paksakannya.

Rain yang tadinya sedang memeluk sambil mengusap pelan punggung gadis yang di sampingnya sedikit terkejut melihat Leah kini sedang berdiri di hadapannya. Perlahan ia melepaskan sentuhannya pada gadis itu dan mulai tersenyum pada Leah. "Hai, Leah. Ada apa kesini? kamu butuh sesuatu?"

"Nggak, kebetulan lewat aja dan ngeliat kamu disini." balas Leah masih dengan senyum yang menghiasi wajah teduhnya. Matanya lalu beralih pada gadis yang ada di samping Rain, matanya masih merah dan sembab. "Hai, aku Leah. Kamu kenapa? ada masalah? ceritakan padaku. Teman Rain artinya temanku juga." sapanya pada gadis itu untuk terlihat ramah sekaligus mencari celah untuk mencari tau siapa gadis yang kini sedang berduaan dengan kekasihnya itu.

"Aku sandra, sahabat Rain. Maaf Leah jika telah membuatmu cemburu. Dari dulu tiap aku ada masalah aku pasti curhatnya ke Rain. Dia sahabatku yang paling terdekat." jawab gadis itu lirih sembari tersenyum tipis pada Leah.

"Dia teman satu fakultasku, Leah. Dia sedang ada masalah dengan pacarnya. Menyaksikan pacar sendiri berselingkuh di depan mata. Kasihan sekali, bukan?"

"Kasihan? bagaimana denganku, Rain? apa kau tidak kasihan padaku? tidakkah kau memikirkan perasaanku yang harus melihatmu memeluk wanita lain tepat di hadapan mataku?" Leah membatin, sebuah panah seakan menusuk kedalam jantungnya.

Leah kembali menarik nafas pelan, sebisa mungkin agar air matanya tidak terjatuh di hadapan dua manusia di hadapannya. Yang selalu dia yakini, hubungan sehat terbangun karena adanya saling percaya. Dia kembali memaksakan lengkungan di garis bibir tipisnya.

"Aku turut prihatin ya, Sandra. Semoga masalahmu cepat selesai." ujarnya lembut.

Sandra tersenyum tipis dan menatap Leah dengan matanya yang masih sembab, "Terima kasih, Leah. Semoga saja. Baiklah, aku mau pulang. Sepertinya aku butuh istirahat."

"Mau ku antar?" ucap Rain santai.

Leah kembali terkesiap lalu kembali membatin,"Antar? Tidakkah kau melihatku ada disini, Rain? Haruskah kau menawarkan diri untuk mengantar gadis lain pulang di hadapan kekasihmu tanpa permisi?"

"Tidak perlu, Rain. Aku bisa pulang sendiri. Lagi pula ada Leah yang harusnya kamu antar pulang." ucap Sandra yang mulai berdiri dari kursi taman dan berdiri tepat di hadapan Leah.

Leah hanya memasang senyum simpul, rasa pilu dirasakannya tidak cukup memberikannya tenaga untuk bicara banyak. Rain pun akhirnya bangkit dari posisi awalnya,"aku rasa Leah tidak akan keberatan jika hanya mengantarmu pulang. Kondisimu saat ini sedang tidak baik untuk pulang sendiri. Iya kan, Leah?"

Leah masih mematung sambil mempertahankan senyum kecutnya. Sebuah anggukan di tunjukkannya dengan sangat pelan. Dia tidak mampu untuk marah dan menolak perkataan orang yang sangat di cintainya itu. Bahkan saat hatinya tercabik sekalipun.

"Oke jadi sekarang tidak ada sesuatu yang harus kita rundingkan lagi. Aku percaya wanitaku ini sangat baik juga mandiri. Aku akan menemuimu nanti sore di rumahmu. Aku antar Sandra pulang dulu ya?" ucap Rain sembari mengelus lembut pipi Leah. Leah kembali mengangguk dan membiarkan Rain dan Sandra berlalu meninggalkannya disana.

Leah masih bungkam, perlahan dia mendaratkan bokongnya di kursi kayu di hadapannya. Kepalanya mulai menunduk, cairan kristal yang di tahannya sejak tadi tak mampu lagi di bendungnya. Air mata berharganya memaksa untuk terjatuh bersama dengan isakan kecilnya sambil terus merutuki diri betapa lemah dan bodoh dirinya karena tidak mampu untuk marah pada lelaki yang sangat dia cintai namun selalu menghancurkan hatinya.

(Bersambung)

Kapan Kita Kemana? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang