Memulai Hari

22.2K 1.3K 6
                                    

Keiya

"Kei, kemarin Winda nanyain kamu tuh. Mau kesini tapi butik masih banyak kerjaan belum bisa ditinggal," Ucap mama.

"Kalo gitu, nanti Keiya ikut mama ke butik aja, lama juga nggak ke butik jadi kangen sama suasana disana." Jawabku.

"Ya sudah kalo gitu, nanti jam delapan kita berangkat!"

"Oke ma,"

Tepat pukul setengah Sembilan, aku dan mama sampai di butik. Teman-teman kerja nenyambut kedatanganku dengan ramah. Alhamdullillah, berkat mereka semangatku kembali berkobar.

"Keiya!!  Ya ampun akhirnya kamu kesini juga!" Winda histeris melihat aku memasuki ruangannya.

"Heh biasa aja dong nggak usah teriak-teriak gitu!" Celetukku
Winda Rinta adalah sahabat baikku sejak SMA dulu, dia tau betul bagaimana keadaanku, masalahku dan semua tentangku. Dia juga orang yang selalu mendukung apapun yang aku jalani sampai detik ini.

Setelah mama punya butik dan mengelola butik ini sampai punya nama di masyarakat luas, aku yang diserahi tanggungjawab kemajuan butik ini.

Tapi karna aku sadar keadaanku yang up-down, aku minta mama untuk tetap mendampingi, dan Winda di rekrut untuk ikut andil di bagian design karna karya-karyanya luar biasa.

"Gak papa histeris gini! kan aku seneng akhirnya kamu bangkit lagi." Ujarnya sembari memeluk erat tubuhku.

"Gak usah peluk-peluk gini drama banget deh!" Aku melepas pelukan Winda.

"Ihhh! gitu aja galak." Winda berjalan menjauh ke arah meja kebesarannya, sembari kembali memandangi gambaran-gambaran yang memenuhi meja kerjanya.

"Aku kemarin sedih banget, pas pernikahan kamu batal dan berantakan, apalagi kamu harus masuk lagi ke rumah sakit." Ucapnya lesu.

"Aku gak pa-pa Win, anggap aja ini ujian buat keluargaku."

"Kamu bisa bilang gak papa dimulut Kei, tapi aku tau banget gimana kondisi hati kamu!" Aku terdiam.

"Perlu kamu ingat, Kita kenal bertahun-tahun! Jadi gak usah tersenyum di balik kepedihan hati kamu sekarang!"

"Jangan Munafik di depanku lah! Basi tau gak!" Desisnya.

Aku tertawa terbahak-bahak mendengar ucapannya, ucapannya emang benar semua.

"Gak usah ketawa! terus langkah kamu kedepan mau gimana? " Aku mengernyit, sedikit terkejut dengan pertanyaan Winda.

"Gak tau," Jawabku pasrah.

"Gini ya Kei, bukannya aku mau ikut campur sama urusan hati kamu, tapi please kedepannya aku yakin urusan kamu bakalan lebih rumit lagi. Dan kayaknya Rendra orangnya tulus." Aku tercengang mengingat nama Rendra.

Agak nggak terima pas Uli bahas nama dia, mau gimanapun Rendra masih tetap suamiku.

"Gimana hubungan kamu sama dia?"

"Gak tau, aku juga bingung. Sekarang aja dia di Inggris."

"Apa? Di Inggris? Kok bisa sih ? Dia ninggalin kamu? Wah rugi tadi aku bilang dia tulus!"

"Kata mama dia ke Inggris buat nyelesain kerjaannya aja. Udah dua minggu ini sih, paling bentar lagi balik. Abis itu aku rela deh dia mau ngasih keputusan apa, aku juga sadar diri. Nerima orang gila kaya aku bukan hal yang mudah." Air mataku tak bisa lagi di bending lagi.

Winda mendekat sembari memelukku erat, aku tau dia juga berusaha menahan tangisnya.

"Apapun yang terjadi, kamu tetap sahabat baikku, selamanya Kei gak akan berubah."

Grateful #Mendadakinlove Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang