1. Menikah

66 14 11
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya Nindy Exmawati Depari binti Pasu Depari dengan mas kawin seperangkat alat sholat dibayar tunai."

"Sah?"

"Sah."

Nindy tidak mempercayai apa yang terjadi kini. Dirinya telah menikah di usia yang masih 13 tahun. Dia bahkan masih duduk di kelas dua SMP. Dan yang paling sulit dipercayainya adalah dia menikah dengan laki-laki yang disukainya sejak kepindahannya 3 tahun lalu. Yoland Atmaindo. Nindy melirik Yoland tanpa mengalihkan wajahnya. Dia tidak berani dan masih sangat malu jika bertatapan mata dengan suaminya itu.

"Silahkan sungkem sama suaminya."

Ucapan penghulu itu membuat Nindy merona malu dan kemudian memberanikan diri meraih tangan Yoland. Tangan Nindy bahkan bergetar saat menempelkan punggung tangan Yoland di keningnya.

Baik Nindy dan Yoland, keduanya sama-sama diam sepanjang sisa acara.

Jika bagi Nindy ini adalah anugerah maka bagi Yoland ini adalah sebuah musibah.

Dulu, Yoland yang sudah terbiasa hidup enak terpaksa mengubah segala gaya hidupnya saat ibunya lebih memilih suaminya yang telah selingkuh dibanding tinggal dengan kakeknya yang notabene-nya adalah orang kaya dikota malang.

Yoland melirik ayahnya kesal. Jika saja ayahnya tidak membuat kakek Desta marah maka semua tidak akan seperti ini. Bayangkan saja, mereka hidup dengan bergantung dari penghasilan ayahnya sebagai buruh kasar di kebun masyarakat sekitar. Jangankan untuk membeli kendaraan untuk bisa membeli handphone saja pun Yoland tidak bisa.

Tapi Yoland mengubur segala kemarahannya. Toh mulai saat ini semuanya akan membaik untuknya. Dia telah menikahi anak gadis kaya raya di daerah Tasik Serai ini. Anak perempuan satu-satunya. Bukan rahasia bahwa Pak Pasu memiliki sawit berpuluh hektar meski tampilan keluarganya sangat sederhana. Dengan iming-iming akan dibiayai sekolah hingga kuliah dan akan dibangunkan rumah, Yoland langsung menerima rencana keluarganya menikahkannya dengan anak Pak Pasu.

Dia tidak tahu masyarakat daerah sini berasal dari mana hingga dengan mudahnya mempercayai ucapan tertua adat yang mengatakan Nindy harus menikah segera atau dia akan mati muda sama seperti kakak-kakaknya. Menurut tertua adat, Nindy harus dinikahkan di tahun ketiga setelah masa mestruasinya tiba agar bisa menghilangkan kutukan dalam keluarganya yang telah kehilangan ketiga anaknya di usia tiga tahun.

Nindy yang sudah berhasil melewati tahap itu akan bisa terus hidup hanya jika menikah di tahun ketiga setelah mestuasi. Konyol tapi menguntungkan bagi Yoland.

Dengan menikah dengan Nindy dia kini akan berangkat ke sekolah mengendarai sepeda motor dan akan mendapatkan uang hasil panen sawit milik Nindy.

Sebenarnya ingin sekali Yoland menertawakan mertuanya. Kaya harta namun miskin pendidikan membuat mereka menjadi orang yang mudah dimanfaatkan. Yoland juga bersyukur akibat rasa sayang mereka berlebihan pada Nindy membuat mereka sudah memberi hak kuasa pada Nindy atas sebagian ladang sawit mereka.

Acarapun dilanjutkan dengan makan-makan. Setelah selesai makan, Nindy dan Yoland disuruh kembali ke kamar untuk mempersiapkan diri karena nandtinya mereka akan menghabiskan malam untuk resepsi pernikahan.

Nindy memasuki kamar dengan canggung. Dia bingung bagaimana cara berganti pakaian tanpa harus terlihat Yoland padahal Yoland dengan santainya sudah mengganti pakaiannya tanpa berusaha menutupi kegiatan berganti pakaiannya sama sekali.

"Kenapa? Malu?" Tanya Yoland dengan sura tenang yang nyatanya bisa membuat Nindy meleleh.

Nindy mengangguk sambul menundukan pandangannya.

"Aku udah balik badan." Benar saja, saat Nindy melirik Yoland, laki-laki itu sudah menghadap tembok. "Ganti aja."

Nindy yang masih canggung memberanikan diri melepaskan setiap helai yang sedari tadi menyesakkan raganya dan kemudian menggangikannya dengan pakaian yang longgar. Sebagai anak perempuan yang agak sedikit tomboy Nindy memang suka sekali berpakaian longgar.

"Udah," ucap Nindy pelan. Yoland membalikkan badannya lalu tersenyum pada Nindy.

"Mulai sekarang tidurnya harus seranjang. Nggak apa-apa ya? Kamu nggak marah, kan?"

Nindy merona malu. Bagaimana mungkin dia marah? Sekali lagi, Nindy mengagumi Yoland yang sangat tampan untuk seukuran anak laki-laki di desanya dan juga karakternya sangat berpendidikan dengan tatanan bahasa yang sopan membuat Nindy sangat bahagia dengan pernikannya ini.

"Nin?"

Nindy tersadar dari lamunannya lalu mengangguk.

"Syukur deh. Yuk baring." Yoland berjalan menuju tepian ranjang sebelah kiri.

"Aku di sebelah kiri kamu di sebelah kanan. Ini pembatas supaya kita nggak saling mengganggu satu sama lainnya, ya?" ucap Yoland membuat Nindy kembali mengangguk.

Yoland menaiki ranjang lalu berbaring miring memunggungi Nindy.

Nindy dengan jantung yang terus berpacu kencang menaiki ranjang dengan posisi yang sama karena dia terlalu malu meski hanya menatap punggung Yoland. Suaminya.

...

Halooo... Berapa lama saya menghilang? 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Too Young MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang