ㅡautumn orange.

425 37 5
                                    

Synesthesia?

"Eh, Ra? Kok tumben ga sama Yukhei? " bahunya di tepuk sekilas.

Si pemilik nama ngehela napasnya, "kita ... udah ga barengan lagi."

Loh?

"Maaf ... " Jihye mandang cewek di depannyaㅡyang ga lain dan ga bukan, Ara, temen sehidup ga sematinyaㅡkhawatir, "gue berharap yang terbaik buat lo berdua. Semangat, Ra!"

Ara senyum tipis. "Gue sama Yuta sekarang."

Heh?

"Y-yuta?"

"Iya, kenapa?" Ara natap sohibnya curiga.

"E-engga, gak papa heheh, lupain aja." Jihye ketawa. "Jangan curiga dong, gue ga nyembunyiin apa-apa kok, sans."

"Yuta? Bisa ganggu lo sebentar ga?" Lucas manggil cowok yang lagi asik baca komik di meja paling pojok perpus sekolah.

Merasa terpanggil, cowok itu menoleh ke sumber suara. Dari rautnya, jelas, cowok Jepang itu takut.

"Iya, bisa."


Ara ngelempar bola basket yang tadi  di tangannya kasar, menimbulkan bunyi decitan keras pada lantai kayu lapangan basket indoortempat favorit Yukhei.

Tidak bohong juga kalau rindu menguasai dirinya. Rasanya terlampau sakit. Sedari tadi ia menunggu, namun yang dicarinya belum datang juga. Benar-benar tidak biasanya.

"Ara?" sebuah suara menginterupsi lamunannya.

"Gue Renjun, temen Lucas. Gue rasa gue perlu cerita ini ke lo ..."

"... lho, Kak?"

"Gue juga ga pingin Ara malu karena pacaran sama orang kaya gue." Lucas senyum tipis, "dan tolong bilang ke dia ...

Ara itu matahari. Tiap dia senyum, gue lihat warna kuning. Rasanya luar biasa indah. Salah ga sih kalau gue suka sama senyumannya dia? Dan ketika dia nangis, dia tetap matahari. Tapi gue merasa seperti awan yang nutupin cahayanya.

... jadi, tolong jaga senyumnya dia buat gue ya? Dan jangan bilang Ara tentang keadaan gue."


Ara nunduk, natap sneakers putihnya sendu.

"Dan dia satu-satunya penderita synesthesia yang gue tahu, mati-matian pingin disembuhkan," Renjun menghela napasnya berat, "synesthesia bukan penyakit, penderitanya seharusnya sama sekali ga khawatir tentang itu. Ara, Lucas pingin lo bahagia."

Ga lama Renjun beranjak berdiri, meninggalkan Ara yang sedang terhanyut dalam pikirannya sendiri.

"Gue ga ada apa-apa sama Ara, Kak." terang Yuta.

"I could clearly see the euphoric shades of yellow every time she tell me things about you, jangan bohong."

Gotcha!
Ara berlari sekuat mungkin. Ia melihatnya. Ia memacu langkahnya semakin cepat kemudian menarik jaket jeans yang dikenakan sasarannya.

Greb!

Gadis itu memeluk si pemuda erat. Napasnya terengah, namun ia berusaha buat menanyakan sesuatu yang dirasanya begitu mengganjal dalam hatinya, "Jawab gue, apa yang lo lihat sekarang,"

Lucas terdiam, kemudian mengulas senyum tipis dan balas memeluk.

"Lo, musim gugur, jingga, aroma cinnamon, dan ...

Matahari."





Tbc.






synesthesia +lucas.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang