DE _ 3. Her Family

2.2K 362 45
                                    


Di keramaian Purple Caffe dengan suasana romantis di malam minggu. Yerim duduk seorang diri di meja paling sudut, dekat pintu dapur. Dengan wajah datar, gadis yang malam ini mengenakan jeans hitam, dengan kaos putih polos yang di lapisi leather jacket – itu tengah fokus pada meja yang letaknya di sisi jendela kaca besar Caffe yang mengarah langsung pada jalanan. Jarak yang cukup jauh dari dari tempatnya duduk.

Sepasang laki-laki dan perempuan muda tengah bercengkerama hangat. Sesekali, sang lelaki akan menyuapkan makanan pada si gadis yang akan menerimanya dengan senyuman lebar. Atau sang gadis yang akan memukul manja si lelaki karena ucapan yang mungkin membuat gemas. Tingkah yang manurut Yerim sangat memuakkan.

Dan Yerim tentu mengenal mereka berdua. Sebuah ketidak sengajaan yang mempertemukannya dengan dua makhluk tak tahu diri yang bermesraan di tempat umum. Oh Yerim tentu saja bukan cemburu. Gadis itu hanya merasa jengah dengan tingkah gadis di depan sana yang menurutnya murahan. Ah keturunan wanita penggoda, tentu saja tidak jauh beda.

Jung Yein. Gadis yang tinggal bersamanya di kediaman Kim itu adalah musuhnya. Berhubung Yerim enggan mengakuinya sebagai saudara, meski keluarga mereka telah bersatu. Lagipula di tubuh mereka tidak di aliri darah yang sama. Yerim membenci gadis itu, begitupun sebaliknya.

Yerim meneguk habis minuman pesanannya, tanpa menghabiskan cake yang masih tersisa separuh. Gadis itu beranjak dari kursi yang telah tiga jam ia duduki, dengan mengabaikan para pegawai Caffe yang ingin segera mengusirnya. Yerim sudah biasa di sana, dan tidak perduli berapa lama pun tak akan ada yang berani menendangnya keluar. Beruntunglah dia, pemilik caffe itu adalah teman rasa kakak-nya.

Dengan suasana hati yang semakin kelabu, ia melangkah menjauhi tempat itu. Malas rasanya jika harus berurusan dengan Jung Yein. Gadis itu akan selalu memancing amarahnya kapanpun, tak perduli tempat. Dan demi menghindari kekacauan di tempat favoritnya – yang mungkin akan menyebabkannya tidak adi terima lagi di sana, Yerim memutuskan menghindar. Perang dengan Yein masih bisa di lakukannya di sekolah 'kan. Walau hanya adu mulut.

" Yerim! " Menghentikan langkahnya, Yerim menoleh dan mendapati Eunha tengah melambai padanya sembari berlari menghampiri.

" Oh Eonni! Apa yang kau lakukan di sini? " Jung Eunha yang telah sampai di depan Yerim, memutar bola matanya.

" Kencan tentu saja. It's Saturday night anyway " Sahut Eunha enteng. " Ah kau dari mana? "

" Purple Caffe "

" Ketemu? " Yerim menggeleng lemah.

Baik Eunha ataupun Yoojung tahu kebiasaan Yerim setiap Jumat dan Sabtu malam. Kebiasaan yang menurut mereka aneh, karena gadis itu akan duduk di sana sepanjang ia belum menemukan rasa bosan, hanya untuk menanti seseorang yang di sukainya.

" Menyerah saja. Aku rasa dia hanya menganggapmu seorang adik. Lagipula, bukankah kau pernah mengatakan bahwa ia tertarik pada kakakmu "

Mengesah pelan, Yerim tak lagi menanggapi. Ia cukup tahu diri untuk yang satu itu. Menyimpan perasaan pada Kang Daniel bukan sesuatu yang mudah. Lelaki itu bahkan telah secara terang-terangan mengaku tertarik pada Kim Bona – saudara se-Ayahnya. Dan berkali-kali pula, dua sahabatnya itu mengingatkan padanya agar mundur demi kebaikan hatinya. Namun Yerim enggan melakukannya, karena menurutnya kesempatan itu akan selalu ada.

" Aku tidak mau membahasnya "

" Oke " Sahut Eunha. Gadis imut itu mengapit lengan Yerim dan mengarahkan langkah mereka menuju kerumunan remaja di depan sana. Eunha tahu apa yang sedang di lakukan remaja-remaja seusia mereka, meski tak tahu apa namanya. Mereka menarikan koreo dari lagu-lagu yang sedang hits. Semacan cover dance, mungkin.

Darkness EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang