DE - 4. First Meet

2.2K 414 37
                                    

Bertengkar dengan Jung Yein dan Ibunya – Park Chorong, adalah hal yang sering Yerim lakukan. Tidak ada perlawanan berarti, tapi Yerim cukup bisa mengendalikan diri untuk tidak berbuat lebih dari sekedar adu mulut. Meski keinginan untuk meninju wajah menyebalkan Yein, atau menampar wajah cantik sang Ibu Tiri, namun Yerim masih bisa mengontrol emosinya agar tidak melewati batas. Karena ia masih ingat bagaiaman akibat bila emosinya tak terkendali dan melakukan kekerasan fisik pada mereka. Bukan balasan yang ia takutkan, tapi siapa yang akan menerima pembalasan itu. Dan Yerim cukup waras untuk tidak melibatkan Ibunya dalam menghadapi dua iblis betina itu.

" Kau selalu datang dengan luka memar seperti ini. Mau sampai kapan kau akan diam saja?! "

Hari ini, Yerim terpaksa membolos sekolah karena memar di beberapa bagian tubuh, tak terkecuali wajah dan sudut bibirnya yang robek. Salah satu kesialan yang harus ia hadapi setiap kali Ayahnya dinas ke luar kota. Berdebat dengan keluarga tiri memang sudah biasa terjadi, tapi jika sang kepala keluarga tidak berada di rumah, bukan sekedar adu mulut yang akan mengisi setiap sudut rumah itu, melainkn pukulan-pukulan yang Yerim terima tanpa perlawanan, dari dua wanita sinting di rumahnya.

" Seharusnya kau balas memukul wajahnya, atau tarik rambut panjang itu sampai kepalanya botak, atau pelintir tangan mereka sampai patah. Atau.. "

" Diam, Jung Eunha! " Desisan itu menghentikan segala kalimat gadis mungil yang tengah sibuk mengobati luka di wajah sahabatnya.

Yeah. Dan setiap kejadian seperti ini, maka Yerim akan lari keluar rumah dan menghubungi Jung Eunha. Satu-satunya orang yang tahu bagaimana dirinya harus menahan diri untuk tidak menancapkan pisau di tubuh keluarga tirinya.

" Ck sebaiknya kau segera bawa Bibi Joohyun keluar dari sana. Jadi kau tidak hanya bisa memukul, bahkan kau bebas menenggelamkan mereka semua ke dasar samudera "

" Ya ya... seperti aku sanggup saja "

" Oh ayolah, jangan merendah seperti itu. Semua orang di sekolah tahu bagaimana dirimu jika benar-benar marah. Jangankan mengirim lawan ke ruang ICU, ke ruang mayat pun kau sanggup, Yerim! "

Yerim hanya tersenyum tipis mendengarnya. Yeah tidak ada yang benar-benar berani membuat masalah dengannya. Dengan beberapa ilmu bela diri yang ia kuasai, sikap dingin yang mampu menciptakan image menakutkan, juga kecerdasan yang tidak main-main – mungkin lebih mengarah pada licik.

Kim Yerim bisa bersikap baik jika mendapat perlakuan baik, dan akan berlaku sebaliknya jika di perlakukan buruk. Semua murid tahu bagaimana Yerim dan dua temannya akan menyiksa target yang di rasa telah merendahkan ketiganya. Bukan sesuatu yang keterlaluan memang, tapi di jauhi murid lain, di pojokkan di segala situasi, dan mencari celah kelemahan target hingga cukup membuat frustasi. Rasanya cukup menyiksa bagi remaja yang memang tengah mencari jati diri.

Yerim tidak pernah bermasalah dengan para guru. Gadis itu akan selalu menjadi kesayangan para pengajar karena kemampuan menyerap pelajaran yang baik. Perilaku buruknya tak pernah tercium, karena Yerim bermain dengan bersih. Tidak ada kotoran yang akan tertinggal di telapak tangannya. Maksudnya, Yerim hanya akan menjadi otak penyerangan tanpa turun tangan.

" Kenapa kau tidak berangkat sekolah?! Aku hanya memintamu meminjamkan kamar, bukan menemaniku di sini. Kau pikir aku tidak tahu apa yang di pikirkan otak minimmu itu "

" Tidak sopan! " Eunha memukul pelan kepala Yerim. " Aku khawatir padamu, bodoh! Lagipula tidak akan menyenangkan di sekolah tanpamu, teman " Kilahnya.

" Ckk alasan " Yerim mendorong tubuh kecil Eunha dan segera membaringkan diri di ranjang besar milik tuan putri Jung itu. Mencari posisi nyaman, Yerim menarik selimut hingga menutupi tubuhnya sampai sebatas dada. Siap untuk berlayar ke pulau mimpi.

Darkness EyesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang