Sasuke ngehela nafasnya pelan sebelum ngelanjutin ucapannya. "Sekarang aku bakal jelasin semuanya. Sakura itu temen masa kecil aku. Ayahnya baru aja meninggal, ibunya minta tolong aku supaya ngehibur dia. Jadi, kamu jangan kemakan omongan yang bilang aku pacaran sama sakura. Paham? Percaya sama aku."
"Temen? Temen tapi ngasih bunga, masangin helm, pulang berdua, dan saling ngasih senyuman?" Lirih Hinata. Dia sadar kalau habis ini Sasuke pasti bakal marah sama dia, tapi dia juga nggak mau nyimpen semua pertanyaannya. Hinata perlu jawaban pasti dari Sasuke.
"Bunga itu buat almarhum ayahnya, bukan buat dia. Dan masalah aku masangin helm ke dia itu karena tangannya penuh."
"Kalian saling senyum kemarin.."
Sekarang mata Hinata udah berkaca-kaca. Sebenernya dia udah nahan air matanya sejak Sasuke ngajak dia ketemuan tadi. Apalagi waktu inget gimana senyum Sasuke sama Sakura kemarin.
Sasuke ngacak rambutnya kesal. "Demi Tuhan, Hinata! Dia temen aku, terus salahnya dimana?! Kamu ngertiin aku bisa gak?!"
"Kamu sendiri kapan ngertiin aku? Kenapa selalu aku yang harus ngertiin kamu?!" Hinata sedikit ninggiin suaranya, tangannya udah genggam erat pulpen biru muda yang mau dia kembaliin ke Sasuke tadi.
Hinata jalan ke arah pintu keluar. Ninggalin Sasuke yang belum bisa jawab pertanyaannya.
Langkahnya berhenti tepat di depan pintu yang baru aja dia buka. "Sakura itu mantan kamu, kan? Kamu bahkan nggak pernah ngasih tau aku sama sekali."
Sasuke tersentak waktu denger suara Hinata yang lirih. Kenapa Hinata bisa tau?
"Sas, dulu kamu bilang kalau kepercayaan dalam hubungan itu penting dan sekarang aku kehilangan itu."
"Ayo kita putus.."
•E N D•
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
