Saya bukan wanita sembarangan, wanita yang kau perlakukan seenak kelakuan 'nakalmu', saya tahu batasan untuk terus berdiri disampingmu, dan selamat kaupun berhasil mendepakku dalam lingkar takdirmu.
"Saya mundur bukan karena menyerah, karena saya tahu saatnya permainan dimulai" ucap wanita itu dalam telepon.
🍃🍃🍃
Anggun Detta Barkay
Wanita biasa, wanita yang ingin mendapatkan kebahagiaannya, mendapatkan kepuasannya.
Suaminya, Abigail Noctis Arbac. Politisi handal dengan otak Mandela. Berkulit sawo matang dan tidak lupa pendidikan yang mumpuni, setahu Anggun, Abi bukanlah tampan melainkan gagah dan berkharisma. Harum tubuhnya tidaklah dari parfum Highclass melainkan keringat hasil kerja kerasnya. Anggaplah Anggun gila tapi benar, Anggun memang gila.
"Abi, aku sudah masak cah kangkung sama ayam kecap, ayo makan!!" ajak Anggun. Makan malam dengan suami tercintanya, selalu memasakkan makanan kesukaan Abi, setiap hari.
"Sebentar" balas Abi dari arah kamar mereka.
Benarkan kata Anggun, Abi sosok yang gagah dan berkharisma, rambut rapi sehabis mandi serta pakaian rumahan warna abu-abu kesukaannya.
Abi perfeksionis dan Anggun tahu itu.Mereka makan dalam diam. Tak ada yang bicara, bukan pertanyaan umum untuk mengetahuinya, Abi sudah tahu itu. Sejak 3 minggu lebih 2 hari yang lalu.
Yang dia tahu wanitanya berubah, lebih "kalem" dan dewasa. Tapi hal itu malah membuat hatinya gelisah.Malam yang dingin itu mereka melakukannya, tak ada yang bisa menampik bahwa mereka memang membutuhkannya bahkan jika harus setiap malam.
🐾🐾🐾🐾
Pagi menyongsong dengan indahnya, gorden otomatis terbuka dengan sendirinya, menyambut matahari untuk membangunkan mereka yang masih berpelukan dengan mesra.
"Pagi Abi" suara serak manja Anggun setelah bangun dari tidur.
"Heem" selalu seperti itu. Apakah nafasku bau??-pikir Anggun malu sambil membunyikan wajahnya di dada topless suaminya.Mereka bangun 10 menit setelahnya, Anggun membersihkan kekacauan semalam. Merasa malu mengingatnya.
"Nanti malam aku jemput, dandan yang layak dan menurutlah" kata Abi. Abi memang selalu begitu, menyuruhnya dan tak ada bantahan apapun dari bibir sexynya-kata Abi.
"Siap komandan" balas Anggun cekikikan, tersenyum manis kearah Abi.
Abi tersenyum tipis, wanitanya memang berubah. Seketika senyumnya hilang dengan lancangnya.
"Ayo sana, nanti telat loh" kata Anggun mengusir halus suaminya.
Bagi Anggun, jalani saja sekarang, untuk nanti biar mengalir sebagaimana mestinya. Karena Anggun tahu, setiap perbuatan kita pasti ada balasannya. Dan dia menunggu waktunya- dengan tidak sabar.
"Jangan lupa nanti malam" Abi tak pernah bosan mengingatkan, tahu bahwa istrinya memang pelupa.
"Iya-iya kamu fokus saja sama pekerjaanmu, setelah ketemu aku nanti malam, kamu bakalan fresh lagi" Suara manja Anggun kembali lagi, istrinya memang plin-plan kadang manja, kadang juga diam. Dan itu juga karena ulahnya.
Abi masuk ke mobilnya, Maserati Granturismo, pemberian istrinya 3 bulan yang lalu, kado ulang tahunnya ke 31. Dipakainya baru-baru ini.
Langkah kakinya mantap, setiap langkahnya memberikan aura yang suram. Dan itu memang dia, Abigail-setan merah begitu mereka menyebutnya.
"Rapat kali ini kita hentikan sampai disini, percuma jika kalian masih mentah seperti ini" suara bossy Abi muncul dengan nyamannya. Abi memang begitu, tegas dan berjiwa kepemimpinan.
Seluruh anggota dewan menundukkan kepalanya, sedikit takut dengan pemimpinnya-setan merah yang tidak boleh marah atau mereka yang akan kena percikannya.
"Bereskan semua ini dengan segera, saya tak ingin masalah ini menghancurkan kita, kalian tahu akibatnya" geram Abi seraya bangkit dari singgasananya. Kembali ke habitatnya dengan langkah tegap diikuti Arkhan, asistennya-tangan kanannya, karena Abi kidal walau tak ada kaitannya.
Anggun mematut dirinya di depan cermin, melihat betapa cantik gaunnya, tapi tidak dengan dirinya, melihat lagi ke cermin. Kosong.
"Hitam dan merah, kaupun tahu warna kesukaanku" dengan senyum manisnya yang begitu mempesona.
Malam ini mereka menghadiri kegiatan amal yang diadakan kelompok politik Abi. Untuk 'menghidupkan' kelompok mereka yang sempat bersiteru dengan sesama anggota. Mewah memang, tapi jatuhnya murahan. "Dasar cari muka!" kata Abi setelah masuk gedung acara.
Anggun mendengarnya tapi tidak menggubris sama sekali, dia tahu bahwa suaminya tidak suka menghadiri acara ini, walaupun ada tulisan 'amal' disana, yang dia tahu nantinya akan ada pertunjukkan memuakkan. Saling sombong harta benda-salah satunya.
"Ak___" ucapan Anggun terpotong dengan tangan Abi yang menggenggam erat tangannya, tak bisa menolak. Tidak untuk sekarang.
"Tetap disisiku, jangan membantah, kamu istriku sekarang" Hell.
"Dari dulu aku istrimu mas" batin Anggun gemas. Abi menjabat tangan dan saling sapa sesama anggota. Bla bla bla.
"Membosankan" batin Anggun lagi.Akhirnya mereka pulang ke rumah, tak ada yang mengesankan memang, dugaannya benar, mereka hanya cari muka. "Cerdik dalam memakai topeng" kata Abi, 23 menit yang lalu.
Anggun tahu Abinya sedang kesal dan badmood, ya sudahlah. Disaat seperti ini Anggun membawakan chamomile untuk meredamkan kekesalan suaminya, diminum dengan gaya elegan. "Memukau"-dewi batinnya kembali berucap.
Segera mengalihkan pandangan dari suaminya, Anggun masuk ke dalam selimut dan diikuti suaminya, yang ia tahu Abi selalu memeluknya setiap malam, tanpa lelah hingga pagi harinya. Nyaman. Entahlah, takut kehilangan?.
Break
KAMU SEDANG MEMBACA
T O X I C
Short StoryIt's just for you, Abigail Noctis Arbac. Note: -Seluruh part menggunakan sudut pandang orang ke-3. -sadend. -perhatikan alurnya!!!.