Tragic

37 5 0
                                    

Yang bodoh itu saya atau cinta saya.

-Anggun Detta Barkay


Hari berganti hari, pertemuan yang menegangkan pun terjadi, pada akhirnya orang tua Abi mengetahui kelakuaan anaknya yang sangat tak beradab itu, sebagai orang jawa yang menjunjung tinggi tata krama, tentu saja Abi langsung dipanggil ke Solo untuk bertatap muka dengan orang tuanya, bersama sang istri tentu saja.

Seketika suasana menjadi suram setelah Abi dan Anggun datang, bahkan orang tuanya tak menyuruh istirahat terlebih dahulu. Gaya orang tua Abi yang menurun kepadanya. Menghadapi masalah harus diselesaikan segera. Prinsip Abi.

"Apa yang kamu lakukan setelah ini??" tanya ayah pada Abi.
"Menjadikan Riri istri kedua yah" ucap Abi mantap dihadapan orang tua dan istrinya.

Anggun menatap Abi nanar, ingin menangis tapi ditahan. Aku kuat. Harus kuat. Jangan lemah.
"Kamu harus ingat dia tak ingin dimadu" timpal Anggun.
"Dia harus mau!, tak ada cara lain"
"Dia sudah bilang padaku ingin menenangkan diri dulu"
"Sampai kapan?? kandungannya akan semakin besar, bisa gawat kalau publik tahu" ucap Abi terdengar frustasi

Ayah dan ibu diam mendengar perdebatan anak dan menantunya, menyayangkan tindakan Abi dan memarahinya bukan hal yang penting sekarang. Yang terpenting adalah bagaimana masalah ini terselesaikan dengan persetujuan berbagai pihak.

Anggun berpikir lagi, ada sedikit niatan untuk berpisah dengan Abi tapi dengan cepat menghempaskan pikiran itu, "jangan lupakan prinsip nggun" batin Anggun.

"Kita cerai saja" ucap Abi menatap mata Anggun lelah.

"Nggak, aku nggak mau" kata Anggun tak ingin dibantah.
"Kamu ngertiin posisi aku"
"Aku selalu ngertiin kamu ya, kapan aku pernah bilang 'nggak' sama kamu" tangis Anggun tak dapat ditahan lagi. Setega itu Abi padanya. Berdiri sambil menopang tubuh lelahnya. Orang tuanya keluar tak ingin mengganggu.

"Jangan egois nggun!!! Kita selesai"

"Aku kecewa sama kamu mas" ucap Anggun menangis sambil berlari keluar rumah. Dia sudah lelah dengan semuanya.

"Aku minta maaf, aku nggak mau cerai" cicit Anggun pelan menatap sendu ibu dan ayah. Tanpa pikir panjang memasuki mobil Abi dan mengendarainya dengan tergesa-gesa. Dia muak dengan semuanya.

Abi menatap mobilnya keluar rumah, ayah langsung mengambil kunci mobil, dan menyuruh Abi serta ibu masuk mobil menyusul Anggun.

Di malam yang sunyi dalam gemerlapnya lampu-lampu kota Solo. Anggun mengendarai mobil entah kemana, dia tak tahu daerah sini, yang dia tahu, dia hanya ingin pergi dari sisi Abi.
"Aku kecewa sama kamu" teriak Anggun mengguncangkan tubuh rapuhnya. Menerawang mengingat lagi kisah cintanya dengan Abi.

Sementara itu, ayah mengendarai mobilnya ngebut, melihat mobil Anggun di GPS sekitar 1 km dari posisinya sekarang, ibu menenangkan Abi yang nampak khawatir melihat GPS.
"Kamu harus tenang nak" ucap ibu menenangkan.
"Mana bisa tenang, Anggun belum mahir naik mobil, apalagi nggak tahu jalanan sini" panik Abi mengingat lagi bahwa dia hanya mengijinkan Anggun naik mobil maksimal 10 km dari rumahnya.

Dering telfon Abi menyadarkannya dari kepanikan, "Aa Anggun" nama istrinya tertulis dilayar. Tentu saja yang menulis sang istri, agar kontaknya selalu berada di atas dengan gagahnya. Begitu alasan Anggun.

T O X I CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang