Akhir-akhir ini

65 4 0
                                    

Mata saya masih sama, memandangmu penuh cinta, tak ada keraguan di hati saya, karena kamu masih satu-satunya, pemilik singgasana yang telah luluh lantak.

"Tidak benar, ini tidak mungkin"
Seluruh dunia terpusat padanya, lelaki gagah perkasa yang rapuh tak bertenaga. Menangis meminta pengampunan Tuhan.

🐾🐾🐾


Saya sadar, tidak ada satu hal yang luput dari kuasa Tuhan, jika saya salah satunya, maka memang benar, Tuhan jauh lebih berkuasa. Dan saya tidak ada apa-apanya.

"Mereka semakin memberontak, pak. Tim kita hampir saja kalah jika Mr. Rakha tidak membantu kita" ucap Arsakha dengan tegas.

"Beraninya dia ikut campur, telepon dia dan katakan padanya untuk pertemuan nanti malam" geram Abi sambil mengepalkan tangannya. Terlihat amarah menggelapkannya. Dan satupun tak bisa menenangkannya selain dia, Anggunnya. Dunianya.

Pulang cepat tak seperti biasanya, Anggun dengan telaten melayani suaminya yang nampaknya sedang tertimpa masalah.

"Abi, mandi dulu, air hangat sudah siap" dengan wajah tak tega melihat suaminya yang mengurut dahi serta hidung mancungnya, Anggun berinisiatif memberikan servis yang dia bisa.

"Kenapa mengikutiku??" Tanya Abi dengan wajah terkejut yang menggemaskan.

"Hah, oh hanya ingin membantumu merenggangkan otot-otot, kemarilah!!" Ajaknya, menuntun suaminya duduk di bathup.

Tak ingin membantah karena dirinyapun sudah terlalu lelah. Ternyata pijatan istrinya sungguh menenangkan, tak salah keputusannya untuk pulang daripada terus memarahi asistennya.

"Sayang, kenapa akhir akhir ini badanku remuk semua?? Seperti tak ada tenaga" kaget mendengar suaminya memanggilnya dengan manis-untuk pertama kalinya.

Diam-diam Anggun menangis dalam kebisuan. Lantas segera menghapusnya sebelum merusak suasana yang manis ini dan membalas perkataan suaminya.

"Kau terus bekerja, memforsir dirimu terus menerus, apapun masalah yang kau hadapi, mas, terimalah dan lapangkan hatimu, lihatlah orang-orang sekelilingmu yang menyayangimu, mengkhawatirkanmu"
Tak terasa air mata semakin jatuh dengan mengenaskan, sial. Merusak suasana saja.

"Hari ini ah entahlah sejak kapan mereka menatapku dengan wajah yang menyedihkan, ingin sekali aku gampar mereka saat itu juga" Anggun tertawa dengan gemas akibat melihat kekesalan suaminya.

"Sudah, Abi sudah lama berendam saatnya ganti baju" Berdiri untuk mengambilkan baju suaminya, meninggalkan bayi besarnya yang memandangnya dengan penuh 'kesedihan'. Entahlah matanya seperti berbicara sendiri, semacam merasakan kerinduan.

"Nanti malam aku ingin pergi sebentar, kamu tetap di rumah, kabari aku jika menginginkan sesuatu" Abi tak tahu kenapa dia sangat tak rela meninggalkan istrinya sendirian akhir akhir ini. Mengajaknya bukan hal yang baik, Abi tak ingin Anggun bertemu dengan Rakha dan kehilangannya. Entahlah akhir akhir ini dia semakin sensitif saja.

Anggun tak mengambil pusing ucapan suaminya, mengantar Abi ke depan dan masuk setelah mobil sudah tak kelihatan. Anggun diam saja, memaklumi suaminya, rasa takut kehilangan jika dia ikut keluar. Dan Anggun tahu itu seperti tahu  segalanya.

"Kenapa kamu ikut campur urusanku?" Tanya Abi dengan menahan amarah.
"Sebegitu mengerikannya kamu sekarang, wajah lelah dan kantung mata hitam yang mengenaskan" tatap Rakha pada sahabatnya-dulu hancur setelah masalah itu muncul.

"Jangan menilaiku, camkan baik-baik, ikut campur urusanku lagi tak akan pernah aku menemuimu, dan aku tidak lemah seperti penilaianmu Rakha Mahesa" gertakan Abi yang tak mengubah penilaian Rakha kepadanya.

"Kamu masih tak ikhlas Abi?? Kamu masih tak rela melepaskannya?" Cicit Rakha nampak tercekat di kalimat terakhir.


"Apa maksudmu? Apa yang harus aku ikhlaskan, bukan kamu, Anggit, Arshaka, dan Anggun selalu mengatakan itu akhir akhir ini" kata Abi jengah.

Sedikit terkejut Rakha mendengar perkataan Abi, tapi segera hilang setelah dia tahu semuanya dari Om Hardianto-papa Abi.

"Oke, kita selesai, selamat malam" putus Abi segera menjauh.

Kau tak akan tahu seberapa gilanya aku jika itu menyangkut tentang dirimu, tapi aku sadar diatas langit masih ada langit, begitupun dia yang ternyata jauh lebih gila daripada aku.
Nanar Rakha menatap sahabatnya pergi.

"Apa kau tak pernah lelah menungguku terus terusan setiap hari sampai tengah malam begini?" Ucap Abi sedikit mengagetkan Anggun yang sedang menonton I Miss U- film Thai kesukaannya.

"Kenapa harus lelah, yang lelah itu kamu, bekerja menafkahiku setiap hari, dan inipun sudah kewajibanku Abi" jawab Anggun sambil tersenyum memeluk Abi hangat.

Mereka sama-sama menonton dalam diam, berpelukan erat dan mendengar sang pemain memainkan peran dengan mengharu biru. Tak lama airmata Anggun merembes membasahi pipinya, mengingat semua yang terjadi pada hidupnya. Dia dan Abi-suami tercintanya.

"Kamu memang suka akhir yang kayak gini?? Gantung ih! Gak jelas!!"
Sewot Abi sekenanya, mendiskripsikan bahwa filmnya tak jelas bagaimana endingnya. Lucu sih lihat dia seperti mencak-mencak kayak gini.

"Menurut aku bagus, gak ada yang salah, endingnyapun aku suka, si Pria lebih memilih setianya" nilai Anggun sambil membersihkan air matanya, huh dia benar-benar cengeng akhir-akhir ini.

"Gak bisa gitu dong, seharusnya si Pria sadar diri, dia sudah gak ada, ngapain diharapin, buang-buang waktu, lebih baik cari yang lain" ucap Abi dengan entengnya. Dia memang kadang menyebalkan, tapi Anggun suka.

"Kalau itu terjadi sama kamu, kamu bakalan lakuin itu? Ninggalin aku dan cari pengganti aku, gitu??" Semprot Anggun membungkam Abi.

Entah kenapa tubuhnya terasa kaku mendengar istrinya mengatakan itu.
Seperti pedang yang menghunus jantungnya. Tak terlihat tapi menyakitkan. Dan dia semakin bersalah.

Break

T O X I CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang