That's Why

45 4 0
                                    

Rasa sakit ini masih sama, kehilangan yang menyakitkan, meninggalkanmu dengan air mata, akankah kau memaafkan? Sebanyak kesalahan yang lancang mengambilmu dariku.

"Apa yang kau lakukan disini, pergi dari hadapanku!!! Dasar medusa!!!!" Amarah Abi memuncak setelah melihat Riri-mantannya muncul dihadapannya.

"Abi,......" ucap Riri yang langsung diusir Abi keluar dengan paksa.
"Jangan pernah muncul dihadapanku lagi, kita sudah berakhir dasar sialan!!!" ancam Abi ngotot.

"Aku kembali lagi, Abi" ujar Riri menghentikan Abi.
"Mau kau kembali atau tidak, itu bukan urusanku, tapi kumohon jangan muncul lagi, aku tak ingin istriku melihatmu disini" ucap Abi sedikit putus asa di akhir.

"Ternyata memang benar, kau semakin parah" tatap Riri prihatin.
"Jangan menatapku seperti itu, pergilah!!. Sakha, usir dia!!" perintah Abi.

"Semakin kau menghindar, semakin kau takut melepaskannya" ucap Riri mengakhiri.

Abi terlalu jengah mendengar omongan Riri yang sama-sama tak masuk akal. Apa yang harus dilepaskan sesungguhnya?.
"Merusak moodku saja" batin Abi.

"Pak, anda mendapat telefon dari Ayah anda" ucap Arsakha.
"Berikan" ujar Abi malas.

"Iya Yah..nanti aku kesana....aku jemput istriku dulu..iya" ucap Abi lembut pada Ayahnya. Arsakha menatap Abi nanar, Bosnya telah melebihi batas-pikirnya.

"Kamu wakilkan saya sekarang, saya ingin pulang" senyum Abi mengingat istrinya di rumah.
"Siap pak" jawab Arsakha menurut.

Brmm Brmm

Suara halus mobil Abi yang terparkir di teras rumah. Tak sabar untuk bertemu istrinya yang selalu membuatnya rindu setiap saat.

"Aku pulang" ucap Abi semangat.
"Selamat datang Abi" jawab Anggun cepat. Lihatlah, sang istri selalu menunggunnya kapanpun.

"Kita siap-siap ke rumah Ayah sekarang, Ayah ingin bicara" ucap Abi sambil merangkul istrinya, tidak seperti biasanya.

Abi yang dingin dan misterius telah menguap entah kemana. Dan Anggun lah penyebabnya.

Mereka pergi dalam diam, bukan Abi yang diam. Tapi Anggun yang tak seperti biasanya, memilih diam tak banyak suara. "Aneh" pikir Abi gelisah.

"Kamu kelihatan tak bersemangat gitu?" tanya Abi hati-hati. "Enggak kok, lagi kangen sama Bunda" jawab Anggun jujur. "Nanti juga ketemu Bunda" ujar Abi menimpali.

Tak terasa waktu bergulir cepat, jarak Semarang-Surakarta seperti tak terasa lelahnya. Karena sang istri disampingnya, asalkan Anggun disisinya itu cukup bagi Abi.

Mereka disambut Ayah dan Bunda di depan pintu. Tersenyum sedih melihat putra semata wayangnya.

"Assalamualaikum Ayah, Bunda" salam Abi sambil mencium hangat tangan orangtuanya.
"Waalaikumsalam, istrirahatlah dulu, nanti malam kita bicaranya" jawab sang Ayah.

Makan malam di keluarga Hardianto memang beda, lebih hangat dan menyenangkan.

Ayah dan Abi menuju ruang keluarga sambil membicarakan politik yang sekarang sedang hangat-hangatnya.
Bundanya ke dapur membuat cemilan kesukaan anaknya, putu ayu dan teh hijau.

"Bagaimana kabar kamu nak?" tanya Ayah prihatin menelisik tubuh kurus putranya. Lebih kurus daripada beberapa bulan yang lalu.

"Alhamdulillah aku baik yah, Ayah sama Bunda gimana?? Kontrol setiap minggu kan??" jawab Abi perhatian, agak berlebihan mengingat harus kontrol setiap minggu.

"Iya kami berdua sehat, setiap bulan kontrolnya Abi, kamu ini ada-ada saja" jawab Ayah sedikit tersenyum melihat putranya khawatir.

"Ayah sama Bunda harus sehat, sebelum kalian menggendong cucu dari kami, jangan harap kalian dapat meninggalkan aku dulu" ujar Abi takut. Dia takut, selalu takut bila harus kehilangan orang yang dia sayangi. Cukup sekali, jangan ada lagi. Deg.

Ayah menatap putra kesayangannya sedih. Bunda yang dari dapur membawa cemilanpun syok dan menjatuhkan nampannya. Pyar! Bunyi piring dan gelas yang pecah berkeping.

"Abi" cicit Bunda menangis sedih. Ayah menjauhkan Bunda dan memeluknya, menahan goncangan kesedihan dari istrinya yang menangis tersedu. Mendudukannya di sofa menghadap Abi. Melihat Abi dengan tubuh kaku. Anaknya sudah sadar.

"Tidak benar, ini tidak mungkin" cicit Abi syok. "Sayang?? Anggun?? Kamu dimana??" teriak Abi bingung mencari Anggun, setahunya tadi sang istri disampingnya, duduk manis di sana.

"Abi...ikhlaskan dia nak!!" ungkap Ayah ikut merasakan kesedihan istrinya yang ada dipelukannya.

"Omong kosong apa ini, Ayah!? Gak lucu tahu nggak!!" sembur Abi tak kuat menahan sesak didada.

"Kamu menghalanginya masuk ke duniannya Abi, lepaskan dia" ucap Bunda bergetar.
"Bunda bicara apa? Apa yang kalian fikirkan?" ucap Abi mengingat kemana istrinya pergi."oh mungkin ke kamar mandi" batin Abi sambil beranjak ke kamarnya.

"Dia pergi Abi, Anggun sudah tenang disana" teriak Bunda sengit melihat putranya semakin tak waras.

Abi membeku, melotot menghadap Bundanya. Diam tanpa kata-kata.

Sesakit ini harus kehilanganmu, tumpuan dikala sedihku,
Sesakit ini berusaha melepasmu,
tujuan hidupku.

Break

T O X I CTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang