Part 3

4.1K 417 8
                                    

Happy Reading.....



Yunus dan Levan akhirnya kembali ke Jakarta, selama perjalanan Yunus tampak lebih banyak diam. Levan tahu mungkin anaknya sudah mengendus perjodohan itu.

"Yunus?"

"Ya, Ayah?"

"Ayah ingin seorang cucu"

"Apa?"

"Usiaku sudah menginjak dua puluh lima tahun, aku rasa itu usia yang matang untuk...."

"Dengan gadis udik itu? Aku tidak mau!"

"Dia cantik dan calon istri solehah!"

"Ayah sudah deh, apa ayah tak lihat? Menarik saja tidak, senyumnya saja terlalu di buat-buat!" ucap Yunus sinis membuat Levan tak suka Yunus menjelekkan anak dari sahabatnya,

"Pokoknya kamu harus menikah dengan Zidni, atau Ayah cabut semua fasilitasmu. Kau pikir  Ayah senang membiayai hidupmu untuk berhura-hura dengan jalang itu?"

"Patricia, Yah bukan jalang, dia wanita yang cocok sebagai istriku!"

"Apa?"

"Jangan coba-coba menjodohkanku dengan wanita sok alim itu!" ucap Yunus ketus, mobil mereka  memasuki halaman rumahnya. Saat mobil terparkir, Yunus langsung keluar dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah.

Fatma yang menyambut kedatangan mereka terlihat terkejut dengan wajah Yunus yang tampak kesal

"Nak?"

"Aku ke kamar, aku capek!" ucap Yunus ketus lalu naik ke atas dan membanting pintu kamarnya.

"Astaghfirullah..." ucap Fatma melihat tingkah anak sulungnya.

"Bunda."

"Yunus kenapa, Ayah?" tanya Fatma penasaran.

"Buatkan Ayah teh, nanti ayah cerita." ucap Levan sambil memberikan teh, oleh-oleh dari Cipanas. Fatma mengangguk lalu pergi ke dapur.

*******

Levan menghirup teh hangatnya setelah menjelaskan permasalahnya kepada Fatma.

"Jadi itu alasan Yunus marah?"

"Ya, dan Yunus malah memilih jalang itu daripada Zidni. Jika Bunda melihat Zidni, Bunda pasti suka."

"Ya Ayah, mendengar cerita Ayah saja Bunda jadi penasaran."

"Jadi Bunda setuju?"

"Tentu saja, akan tetapi bagaimana dengan Yunus?"

"Itu hal gampang, Yunus akan berhenti menyukai wanita itu setelah tahu tabiat istri idaman Yunus yang matrealistis itu."

"Caranya?"

"Bunda lihat saja nanti." ucap Levan penuh misteri.

Sementara itu, Levan memasuki kamarnya dan langsung membersihkan tubuh. Dia ingin menemui Patricia, dia ingin membicarakan tentang niat Ayahnya yang akan menjodohkan dirinya dengan gadis kampung.

Selesai berpakaian Yunus pun segera meluncur ke club dimana dia sudah janjian dengan Patricia untuk bertemu di sana.

Yunus melihat Patricia yang sedang duduk dengan Alfa Nugratama saingan bisnisnya.

Kenapa Patricia tampak akrab?

"Hai Sayang, Al, aku bersama kekasihku dulu ya." pamit Patricia yang tahu mimik Yunus tidak bersahabat pada Alfa.

Mereka pun pindah ke lantai dua yang lebih privasi. Yunus sebenarnya curiga dengan kedekatan Patrivai dan Alfa tapi, dia mengabaikannya.

Mereka berbincang dan Yunus menceritakan apa yang terjadi di Cipanas selama dia survey resort-nya di tempat itu. Patricia tersenyum geli mendengar cerita Yunus.

"Jadi Sayang, sainganku itu gadis kampung?" ucap Patricia sinis dan Yunus mendengkus kesal.

"Jangan mau, aku lebih bisa memuaskanmu Yunus, Sayang!" bisik Patricia sensual membuat Yunus terkekeh.

"Tentu saja kau yang terbaik!" ucap Yunus membuat Patricia besar kepala.

"Jadi mana oleh-oleh nya?"

"Disana itu kampung, mana ada oleh-oleh yang istimewa untuk gadis secantik kamu Sayang!" ucap Yunus membuat Patricia merengut.

"Bagaimana jika kita pergi ke toko perhiasan saja dan setelah itu makan malam di Valeria Cafe?" tawar Yunus membuat Patricia tersenyum lebar.

"Kau memang pangeranku!" seru Patricia senang.

Tentu saja Patricia senang, dia suka perhiasan mahal dan Yunus sangat royal. Begitu memanjakan Patricia dengan uang dan perhiasan. Makanya Patricia tak mungkin melepaskan Yunus kecuali lelaki itu bangkrut.

Namun melihat hotel dan resort Anwari yang bertebaran di mana-mana dan selalu penuh dengan pengunjung, membuat Patricia berpikir untuk terus bersama lelaki kaya itu.

Soal tampan nomor dua yang terpenting adalah kaya raya!

Mereka pun berjalan menuju toko perhiasan yang terkenal di Jakarta.



Tbc

Mas YunusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang