Part 16

4K 538 25
                                    

Happy reading....

Ijab kabul dilafalkan dengan lancar oleh Yunus, sekarang mereka sudah resmi menjadi sepasang suami istri. Zidni lebih banyak diam apa lagi kedua orang tuanya banyak memberi wejangan yang membuat hati Zidni semakin sakit.

Zidni berjalan menuju kamar pengantinnya, tubuhnya terasa lelah dan sakit setelah sepanjang hari berpura-pura bahagia di depan banyak tamu. Zidni pun melihat Ismail yang tampak menatapnya dengan sedih.

Yunus melihat Zidni yang malah melamun menatao kosong kamar pengantinnya. Kamar yang di gunakan Yunus untuk berzina dengan Patricia!

"Istirahatlah, kau jangan khawatir kita takkan melakukan hubungan suami istri." ucap Yunus santai sambil merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

"Bersihkan make up dan ganti pakaianmu!" titah Yunus dan Zidni pun segera melakukan perintah suaminya.

Haruskah dia patuh pada perintah suaminya? Meski Yunus sekarang resmi menjadi suaminya tapi Yunus bukan suami yang baik. Zidni jadi teringat ucapan pak Komar, sebagai istri dia harus taat kepada suaminya selama si suami tidak menyuruhnya berbuat dosa.

Zidni tersenyum kecut lalu segera membersihkan tubuhnya lalu membalutnya dengan pakaian tertutup dan kembali mengenakan kerudung. Meski Yunus adalah suaminya, Zidni masih menganggap Yunus orang asing yang tak boleh melihat auratnya.

Zidni menatap Yunus yang sudah terlelap tidur, dia bernafas lega, Yunus memegang kata-katanya. Zidni pun berbaring di tempat tidur, dia memposisikan tubuhnya lebih kepinggir agar tidak bersentuhan dengan Yunus.

Sementara Yunus hanya menghela nafas, jujur saja dia tak bisa tidur karena pikirannya penuh dengan masalah. Yunus berjanji pada dirinya sendiri, dia  takkan menyentuh Zidni sampai dirinya benar-benar yakin jika dia mencintai gadis itu.

Yunus tak mau menyakiti Zidni karena apa yang di ucapkan Ismail benar, Zidni memang tidak bersalah. Justru dialah korban dari keadaan dan keegoisan Yunus.

Yunus pun mencoba memejamkan mata, dia berharap semua cepat berlalu dan dia bisa kembali hidup bebas di Jakarta.

******

Zidni terkejut ketika Rusdi dan Levan membahas jika Zidni akan tinggal di Jakarta bersama Yunus. Tentu saja mereka sudah menikah dan Yunus tidak mungkin meninggalkan Zidni di Cipanas dan hidup masing-masing.

"Kau bersiaplah Nak, suamimu tak bisa berlama-lama di sini karena pekerjaan sudah menantinya." ucap Rusdi membuyarkan lamunan Zidni.

"Iya pak!" ucap Zidni gugup lalu pergi ke kamarnya untuk memasukan pakaiannya ke dalam koper.

Sulastri yang melihat kesedihan di wajah anaknya, dia pun mengikuti Zidni ke kamarnya.

"Kau harus bahagia Ni, kau harus tampak bahagia agar suamimu senang melihatmu. Ibadah istri kepada suami adalah membahagiakannya!" ucap Sulastri dan Zidni hanya mengangguk pelan.

"Sekarang kau akan merasa canggung, lambat laun kau akan terbiasa dan kalian saling mencintai dan hidup bahagia!" ucap Sulastri dan Zidni hanya mendengarkan ocehan ibunya dengan hati pilu.

"Berjanjilah kau akan mencintai suamimu dengan baik!" pinta Sulastri.

"Iya Mak!" ucap Zidni pelan dan Sulastri pun memeluk anak gadisnya dengan sayang.

"Emak doakan, semoga kau bahagia. Emak yakin, Nak Yunus lelaki yang baik dan bertanggung jawab." bisik Sulastri dan Zidni hanya menangis.

"Sudah anak Emak jangan menangis, senyum!" bujuk perempuan berusia empat puluh tahunan itu.

Selesai memberi wejangan Sulastri pun memberi ruang agar Zidni bisa mengemasi barangnya.

"Besok kita ke Jakarta." ucap Yunus dan Zidni hanya mengangguk patuh.

"Nanti aku akan membuat syarat perjanjian dimana aku dan kau taķkan mengalami kerugian."

"Maksud Mas?"

"Kita akan mengadakan kesepakatan."

"Kesepakatan?"

"Iya, seperti kau yang tak boleh melarangku pulang malam dan bersenang-senang, tak boleh mengadu pada orang tuaku juga batas waktu kita."

"Batas waktu?"

"Iya, kita akan bercerai setelah satu atau dua tahun lagi sampai warisanku tak dapat di ganggu gugat oleh Ayahku." ucap Yunus santai.

"Apa? bercerai?"

"Iya, bercerai. Kenapa? Aku ingin hidup bersama wanita yang aku cintai dan bahagia!" tukas Yunus membuat Zidni terdiam.

"Cepat kemasi barangmu, jangan terlalu banyak berpikir!"

"Tapi Mas ini dosa!"

"Dosa apa?"

"Kita sudah mempermainkan pernikahan Pernikahan itu sesuatu yang sakral!"

"Sudahlah Zidni, ikuti kemauanku dan kau aman. Aku takkan menyentuhmu atau menyakitimu asal kau terus mengikuti permainanku!"

"Tapi Mas .."

"Aku tak mau di bantah lagi!" ucap Yunus cepat lalu keluar dari kamar Zidni.

Zidni meneteskan air matanya, kenapa Yunus tega memperlakukannya seperti ini?

"Kakak jangan bersedih, Kak Yunus memang seperti itu. Jangan masukkan ke dalam hati agar kakak tidak terluka!" ucap Risma yang entah sejak kapan sudah berdiri di hadapannya.

"Risma?" tanya Zidni karena dia baru melihatnya tadi pada saat ijab kabul dan acara resepsi. Levan sempat mengenalkan Risma pada saat resepsi tadi.

"Bersabarlah Kak, aku harap Kakak bisa membawa kebaikan pada kak Yunus. Dia tersesat!" canda Risma membuat Zidni terpaksa tersenyum.

"Meski Kakak seperti itu, hatinya lembut. Berjuang Kakak iparku!" ucap Risma memberi semangatbdan Zidni hanya bisa tersenyum pahit.

Tbc

Mas YunusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang