Awas Predator Anak

19 1 0
                                    


Tak hanya orang dewasa. Media sosial juga sangat diminati oleh anak-anak ABG dari usia SD. Tentu saja ini berbahaya, karena pada usia tersebut anak belum memiliki filter yang cukup untuk menimbang mana yang baik dan mana yang buruk. Kebanyakan ABG atau anak baru gede ini malah senang berkompetisi dengan teman sebayanya untuk mendapatkan teman, follower, komentar, likes sebanyak-banyaknya di media sosial. Akhirnya berbagai hal dilakukan termasuk memposting foto yang tidak senonoh.

Media sosial sudah menjadi arena para predator seksual berburu mangsa. Ratusan kasus terungkap, namun ribuan lainnya terpendam oleh tumpukan rasa malu dan tabu dari korban dan keluarganya.

Sekitar 69 juta orang di Indonesia memiliki akun facebook. Sebagian besar pengguna facebook adalah anak-anak yang telah memasuki usia remaja. Meski jumlah pengguna facebook cukup tinggi tetapi Indonesia tidak memiliki sistem keamanan atau perlindungan terhadap anak-anak. Indonesia menempati urutan tertinggi di Asia kasus kejahatan seksual secara online terhadap anak yaitu 70.000 kasus diikuti Bangladesh 30.000 kasus (18/6/2014). Dan menurut data FBI, negara Indonesia merupakan nomor satu untuk upload atau mengunduh child abuse material di dunia.

Ini sangat membahayakan bagi anak-anak kita karena 'predator' kejahatan seksual terhadap anak sudah masuk ke ruang-ruang privasi anak. Kejahatan seksual online ini sama membahayakannya dengan bentuk kejahatan seksual jalanan sehingga diperlukan langkah-langkah kerjasama lintas negara baik antara pemerintah, sektor bisnis dan organisasi masyarakat sipil.

Lalu bagaimana tugas Anda sebagai orang tua dari anak-anak yang sudah aktif berinternet?

Sebagai orangtua kita wajib mewaspadai aktifitas para predator anak yang berkeliaran di jagat maya untuk mencari mangsa. Orangtua boleh bangga jika anaknya mahir menggunakan internet. Tapi penggunaan internet pada anak perlu dibatasi dan anak perlu juga diajarkan cara yang sehat menggunakan internet. Lalu bagaimana caranya memproteksi anak Anda dalam beraktifitas di dunia maya.

· Jadilah orang tua yang 'melek' IT dan internet! Salah satu cara mengawasi aktifitas online anak Anda adalah dengan menjalin pertemanan dengan anak Anda di jejaring sosial agar bisa memantau. Kebanyakan anak tidak mau menjadikan orang tua sebagai teman dengan alasan risih dimata-matai. Maka Anda harus mencari cara untuk tetap memata-matai dengan segala cara. Anda bisa memakai akun palsu, atau meminta bantuan keluarga yang kebetulan menjadi teman si anak untuk ikut memata-matai.

Tahu sendirilah bagaimana tingkah-polah anak remaja. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak menjadi manusia dewasa. Biasanya berlangsung antara usia 12/13 tahun sampai usia 19/20 tahun. Masa remaja ditandai dengan pertumbuhan fisik. Semua anggota tubuh dan organ remaja berkembang ke arah kesempurnaan. Kelenjar gondok mulai mengeluarkan hormon seks yang mengubah penampilan kekanakan menjadi seorang gadis cantik atau pemuda ganteng. Pertumbuhan fisik ini diiringi dengan pertumbuhan emosi, sehingga timbul sifat-sifat seperti rasa sensitif yang berlebihan, cepat marah, cepat tersinggung dan mulai timbul perasaan tertarik dengan lawan jenis.

Sekalipun para remaja sudah memiliki fisik serupa dengan manusia dewasa, namun sejatinya pemikiran mereka belumlah matang. Masih polos dan mudah terperdaya. Gejolak seksual yang ada pada remaja baligh, membuat mereka menjadi penasaran dan mencari tahu sendiri apa artinya cinta, dengan mencoba berpacaran.

Pada remaja putri yang aktif di dunia maya, tak jarang mudah terkena bujuk rayu lawan jenis yang usianya jauh di atas. Ketika tiba-tiba ada pria yang 'naksir' dan 'memborbardir' si remaja putri dengan rayuan maut, maka sang remaja putri yang kurang pengawasan dan didikan dari orang tua akan dengan mudah termakan rayuan gombal. Jangan heran bila tiba-tiba si remaja putri menghilang dan kembali dalam keadaan hamil setelah bertemu dengan pujaan hati yang dijumpainya di Facebook.

Begitu banyaknya kasus remaja hilang 'diculik' lawan jenis yang ditemui di Facebook dan baru kembali setelah dinodai dan hamil, saya jadi over protective dengan sepupu, keponakan. Karena beberapa kenalan saya pun mengalami hal yang sama. Saya pun mengenali gelagat para calon target yang 'empuk'.

Beberapa bulan lalu saya berteman dengan keponakan sepupu yang masih ABG. Melihat gelagat yang tidak baik dari status facebook-nya yang merupakan ekspresi kegalauan ala ABG, akun dengan banyak sekali teman, dan beberapa komentar lawan jenis yang mencurigakan membuat saya mengambil keputusan untuk memberi tahu orang tuanya yang kebetulan tidak aktif di Facebook. Saya ungkapkan kecurigaan saya, agar sang orang tua berwaspada dan menasehati sang anak, dengan satu syarat tidak menceritakan tentang saya yang 'mengadu'.

Lama tidak melihat status galau si keponakan, baru menyadari kalau saya sudah dihapus dari pertemanan. Rupanya sepupu saya benar-benar menceritakan kecurigaan saya dengan detil hingga anaknya kesal terhadap saya. Baiklah...Semoga si ABG lebih bijak dalam berstatus.

Zaman sekarang saja sudah marak kejahatan seksual online, apalagi nanti, belasan tahun lagi saat anak saya beranjak remaja? Tantangan para orang tua pasti lebih besar. Jadi para orang tua jangan sampai 'ketinggalan zaman' tidak peduli kalau dirinya buta internet.

· Ajarkan anak mengatur setting privacy di akun media sosialnya, misalnya Facebook dan Twitter. Beri pengertian kenapa hal itu harus dilakukan karena untuk mencegah agar data mereka tidak bisa dengan mudah diakses oleh sembarang orang. Terangkan juga resikonya bila data berharga tersebut di tangan orang yang tidak bertanggung jawab.

· Awasi foto dan video yang diunggah anak-anak Anda. Walau sudah diberitahu bahwa mereka tidak boleh mengunggah foto dalam pose terbuka atau video yang terlalu pribadi, kadang anak lalai atau sengaja melanggar. Alasannya karena teman-temannya juga melakukan hal yang sama agar mendapatkan banyak teman dan follower. Maka tetap awasi mereka, dan segera tegur jika masih melakukan hal yang sudah dilarang. Beri tahu apa akibatnya jika masih mengunggah foto yang terlalu pribadi.

· Ingatkan anak-anak untuk tidak mengumbar data lengkap. Ingatkan bahwa alamat rumah, email dan nomer telepon tidak untuk diumbar di media sosial. Sampaikan juga dampak negatifnya.

· Sampaikan pentingnya password. Ajari anak untuk membuat password email yang tidak bisa langsung ditebak. Password yang mengandung nama lengkap, tanggal lahir, bahkan alamat sangat tidak disarankan. Buatlah password yang tidak dapat dikenali. Kombinasi antara huruf dan angka sangat direkomendasikan.. Ingatkan juga kalau password hanya boleh diberitahukan kepada orangtua saja, bukan ke teman, atau orang lain.

· Ingatkan anak agar tidak membalas email yang meminta informasi pribadi, dan langsung hapus email yang berasal dari pengirim yang tidak dikenal.

· Ingatkan anak agar segera melapor pada Anda atau guru di sekolah jika ada seseorang yang berbuat tidak menyenangkan atau membuatnya merasa terancam di dunia maya.

Statusmu Harimaumu (completed)Where stories live. Discover now