Media Sosial sebagai Penggerak Massa

10 0 0
                                    


Media sosial kini merupakan sesuatu yang tidak boleh dianggap remeh dan hanya digunakan untuk sekadar menjadi sarana bercengkerama antara keluarga dan teman. Media sosial sudah menjelma menjadi sebuah kekuatan dahsyat yang dapat menggerakkan massa.

Sudah banyak contoh gerakan massa yang dikoordinir melalui media sosial. Contoh nyatanya adalah Kasus Prita vs salah satu rumah sakit Internasional. Kasus ini menjadi heboh ketika Prita yang menuliskan komplain terhadap pelayanan rumah sakit, malah dituntut oleh rumah sakit tersebut dengan tuduhan pencemaran nama baik. Bahkan, Prita dituntut dengan hukuman denda yang nominalnya sangat besar.

Kasus ini mengundang keprihatinan sangat luas oleh masyarakat. Salah satu inisiatif yang digalang adalah adanya account Facebook COIN FOR PRITA, di mana masyarakat turut bersimpati dengan menyumbangkan sejumlah uang untuk membayar denda yang seharusnya dibayar oleh Prita terkait kasusnya.

Kekuatan media sosial tidak hanya digunakan untuk menggerakan massa dalam hal crowd funding atau donasi, tetapi juga telah menjadi alat bagi hampir seluruh gerakan politik dunia, termasuk di Indonesia. Meluasnya jangkauan internet hingga ke berbagai belahan dunia telah menjadikan media sosial alat kekuatan rakyat untuk melakukan perubahan.

Kejadian musim semi di Arab (Arab Springs) yang menumbuhkan kesadaran demokrasi di Timur Tengah juga dipicu oleh gerakan melawan tiran yang dimulai dalam hashtag Twitter dan Facebook. Media sosial Twitter, Facebook, Youtube, dan Skype menjadi alat bagi gerakan rakyat untuk melakukan koordinasi dan komunikasi. Media sosial dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Arab untuk melakukan revolusi.

Terbukti, kekuatan massa yang digalang lewat media sosial mampu membuat kekuatan tiran sekejam apapun tunduk dan lari tunggang-langgang. Di dalam negeri sendiri, saat proses penghitungan cepat Pilpres 2014 masih berlangsung. Ribuan pengguna Twitter juga membuat tagar atau hashtag #SaveRRI, untuk memberikan dukungan kepada Radio Republik Indonesia.

Dukungan itu berawal ketika Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq, yang juga politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS), berencana memanggil manajemen RRI dan mencurigai RRI tidak netral, karena hasil hitung cepat RRI mengunggulkan pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Rencana DPR memanggil manajemen RRI dikecam habis-habisan oleh ribuan pengguna media sosial. Bahkan dukungan rakyat terhadap RRI melalui media sosial membuat DPR mengurungkan niat mereka "mengadili" manajemen RRI.

Begitu pentingnya peranan media sosial dalam menggerakkan massa, membuat banyak politikus perlu membentuk tim khusus yang mengurusi branding di media sosial. Salah satu contoh yang cukup fenomenal adalah bagaimana Barack Obama, Presiden Amerika, yang memanfaatkan media sosial dalam membantunya memenangkan Pilpres di Amerika Serikat.

Strategi pertama yang dilakukan oleh tim Obama adalah membuat situs resmi My.BarackObama.com, dengan artikel menarik yang diposting secara teratur membuat pengunjung selalu ingin kembali membaca artikel-artikel terbaru. Kemudian penggunaan Flickr yang menampung foto-foto pendukung tentang kegiatan kampanye dari Obama dan tim nya. Selanjutnya di You Tube dibanjiri dengan video, klip dan animasi yang mendengungkan slogan Obama, Yes We Can. Tim Obama secara kompak melakukan konsolidasi dan komunikasi yang intens dengan pendukung dan calon pendukungnya.

Hal inilah yang ditiru para tim sukses dan pendukung Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK pada masa kampanye Pilpres 2014 kemarin. Para timses dan relawan gencar menggunakan media sosial untuk memposting informasi, foto, maupun video seputar Pilpres. Apalagi Indonesia adalah ibukota media sosial dunia, karena pengguna media sosialnya yang sangat aktif.

Tim kampanye capres dan juga para pendukungnya pun gencar menggunakan media sosial dengan mengunggah beragam video, foto atau pun status seputar pilpres melalui Facebook dan Twitter. Percakapan di media sosial seringkali diteruskan kepada mereka yang tidak memiliki akun di FB ataupun Twitter.

Tetapi, sebaran pengguna Facebook di Indonesia yang hampir merata di sejumlah wilayah disebutkan lebih efektif untuk menyampaikan pesan kampanye dibandingkan Twitter yang hanya menjangkau kalangan perkotaan.

Kedua tim juga melakukan berbagai kampanye kreatif di media sosial, seperti dalam bentuk infografik, gambar-gambar kreatif, aplikasi, game, lagu dan video. Kampanye kreatif tersebut terbukti disukai oleh para netizen dan meningkatkan partisipasi dan interaksi aktif netizen, terutama para pemilih pemula. Namun sayangnya selain kampanye kreatif, media sosial juga digunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan kampanye hitam dengan menyebar hoax.

Mungkin hanya di Indonesia di antara seluruh penjuru dunia yang punya gerakan sosial terbanyak yang tumbuh melalui media sosial. Twitter ternyata menjadi medium komunikasi dan koordinasi yang ampuh saat letusan Merapi di akhir 2010. Sejak saat itu, semakin banyak gerakan sosial berbasis crowd sourcing bermunculan. Lihat saja @IDberkebun yang memanfaatkan Twitter untuk menggerakkan ide menanam penghijauan di lahan-lahan kosong kota. Lalu @IDcerita yang mencoba melakukan pendidikan anak melalui cerita. Atau @selamatkanibu yang membangun penyadaran tentang kesehatan ibu melalui Twitter.

 Atau @selamatkanibu yang membangun penyadaran tentang kesehatan ibu melalui Twitter

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gambar 51. Info Orang Hilang di Twitter

Tak hanya digunakan untuk mengerahkan massa, media sosial seperti Facebook dan Twitter kini juga digunakan sebagai media untuk mencari orang hilang. Kini, hanya bermodal akses internet lewat komputer atau gadget, pencarian orang hilang bisa langsung dilakukan dengan menggali informasi ke siapapun dimanapun di seluruh dunia.

Bagi Anda para netizen pasti sering sekali mendapati berita orang hilang yang diposting di media sosial dan disampaikan berantai antar sesama netizen melalui WhatsApp, BBM, atau memposting ulang info tersebut di akunnya.

Banyak kasus orang hilang yang akhirnya berhasil ditemukan atas bantuan para netizen yang kebetulan membaca dan meneruskan info tersebut ke orang lain. Tak hanya orang hilang, bahkan kini pelaku pencurian kendaraan bermotor juga bisa ditemukan hanya dengan memposting informasi lewat media sosial.

Statusmu Harimaumu (completed)Where stories live. Discover now