Tipe Pengguna Media Sosial

9 0 0
                                    


Tak diragukan lagi, Indonesia merupakan target yang "empuk" bagi banyak pelaku media sosial entah itu dari pemain asing maupun lokal. Selain karena Indonesia adalah negara yang memiliki pengguna internet terbesar di Asia Tenggara. Internet di Indonesia saat ini sudah menjadi kebutuhan primer untuk para penggunanya.

Berdasarkan Survei Data Global Web Index, Indonesia adalah Negara yang memiliki pengguna media sosial yang paling aktif di asia. Indonesia memiliki 79,7% user aktif di social media mengalahkan Filipina 78%, Malaysia 72%, Cina 67%.

Percaya atau tidak, bahwa statistik perkembangan internet di Indonesia mencapai 15% atau 38,191,873 pengguna internet dari total populasi kita 251,160,124, Sedang pengguna internet dengan menggunakan mobile/smartphone mencapai 14% dari populasi. Padahal kecepatan akses internet di Indonesia masuk peringkat 118 di dunia, menurut data terkini dari Akamai Inc. Technologies. Makanya tak mengherankan kalau Indonesia menjadi target pasar aneka telepon selular pintar.

Dalam hal media sosial Indonesia memang selalu masuk kedalam 5 besar ranking dunia. Melihat data statistik yang dikeluarkan oleh Global Web Index Wave, Facebook masih merajai media sosial di Indonesia dengan statistic data 25% atau sekitar 67.000.000 user dari media sosial facebook tersebut. Setelah itu menyusul Twitter, Google Plus dan Linkedin. Yang lebih mengagetkan adalah Indonesia menduduki peringkat pertama pengguna Path seluruh dunia, walaupun beberapa bulan yang lalu banyak yang akan menghapus akunnya karena Bakrie menjadi salah satu investor terbesar di Path.

Dengan begitu besarnya pengguna media sosial di Indonesia. Namun sayangnya, banyak pengguna media sosial di Indonesia yang masih belum memahami fungsi media sosial yag sesungguhnya. Pengguna media sosial selama ini sebatas memiliki akun media sosial, namun belum memahami fungsinya sekaligus tidak memiliki keterampilan komunikasi yang mumpuni. Hal ini bisa terlihat jelas saat Pilpres, tidak sedikit pengguna media sosial yang terlibat aksi saling hujat di media sosial. Kasus screenshoot Path dari 'Dinda Kereta', Florence Sihombing dan terakhir adalah kicauan 'sampah' pengguna akun twitter @Kemalsept.

Bahkan media sosial kini seolah berubah menjadi diary pribadi (catatan pribadi) bagi si pemilik akun untuk menorehkan berbagai curahan hatinya. Namun, tanpa disadari atau dengan sadar kebanyakan curahan tersebut berisi umpatan dan hujatan bagi orang lain. Mereka lupa kalau semua yang diposting di media sosial akan menjadi milik publik, dan tentu saja ada sangsi hukum bila melanggar UU ITE. Ada etika bermedia sosial yang perlu dipahami oleh setiap pengguna.

Saya yakin alasan media sosial diciptakan bukan hanya semata-mata untuk mengakomodasi kebutuhan manusia untuk saling berinteraksi dengan sesamanya. Namun, ada alasan lain yang lebih dahsyat, hingga membuat bisnis media sosial 'laris manis'.

Alasan media sosial diciptakan karena manusia pada dasarnya punya naluri kuat untuk pamer dan selalu ingin tahu urusan orang lain. Coba tanya pada diri Anda sendiri, apa alasan Anda menjadi pengguna aktif media sosial?

Menjadi pengguna media sosial harus siap pamer atau 'menelan ludah' dari aksi pamer orang lain. Apapun postingan Anda, mau tidak mau adalah salah satu bentuk pamer. Sekalipun kadang level pamernya masih dalam batas wajar. Semisal; Anda mengganti status dari 'single' menjadi 'in relationship', sebagai pemberitahuan kepada seluruh teman Anda di Facebook bahwa Anda sekarang tidak jomblo lagi, alias sudah 'laku'. Itu hal yang wajar bukan? Tetapi tahukah Anda bahwa aksi penggantian status Anda akan 'mejeng' di timeline Anda dan semua teman yang mem-follow Anda akan membacanya.

Setiap orang punya standar wajar yang berbeda-beda. Tidak sedikit, pengguna facebook yang secara tidak sengaja memamerkan betapa hidupnya adalah impian semua orang, misal; punya pasangan hidup, anak yang lucu, karir yang bagus, mobil dan rumah yang keren, sering liburan, dan lain-lain. Tentu saja, pengguna media sosial yang kebetulan bernasib kurang beruntung semakin merasa betapa sengsaranya dia.

Bagus sekali kalau Anda mengaku Anda bukan tipe tukang pamer yang terbiasa narsis gila-gilaan di media sosial. Anda beralasan, bahwa tujuan Anda mendaftar akun media sosial hanya untuk sekedar menjalin silaturahmi dengan keluarga jauh, teman lama, sejawat, dan lain-lain tanpa harus rajin memposting foto dan status.

Namun, janganlah 'senewen' kalau ada orang di lingkaran pertemanan Anda yang rajin meng-update statusnya dengan hal-hal yang menurut Anda tidak penting. Toh, mereka ada di lingkaran Anda karena Anda sendiri yang menambahkan.

Naluri kuat mau tahu urusan orang lain, adalah alasan lain yang menjadikan seseorang memutuskan untuk menjadi pengguna media sosial. Tak dapat dipungkiri, hasrat kuat Anda untuk mau tahu urusan orang lain membuat Anda selektif dalam memilih teman yang akan Anda follow.

Kalau Anda merasa bukan tipe yang mau tahu urusan orang lain. Tetapi, pernahkan Anda mengklik nama seseorang di akun media sosial untuk sekedar mencari tahu siapa dia? Atau Anda tiba-tiba tertarik mengklik nama yang sengaja ditautkan dalam postingan teman Anda? Pasti pernah! Kalau Anda bukan tipe suka pamer dan mau tahu urusan orang lain, tidak mungkin mau jadi pengguna akun media sosial.

Dalam media sosial, kita bisa menemukan beragam tipe pengguna. Status, postingan foto/video, link situs yang di-share dapat menggambarkan siapakah si pemilik akun. Namun, tidak sedikit orang biasa yang menjadi sangat luar biasa lewat pencitraan yang sukses di media sosial.

Pada bab selanjutnya, saya akan membahas satu persatu tipe pengguna media sosial beserta contohnya. 

Statusmu Harimaumu (completed)Where stories live. Discover now