[Mist] Akhir

476 44 12
                                    

Hari yang sama, pukul 10 malam. Di Roppongi, Jepang.


Woohyun menatap kerlip terpantul halus di gelas koktailnya yang cantik. Kekosongan terpatri jelas dari sorot matanya yang tak berkedip itu. Sengaja ia buka lebar-lebar agar air yang menggenang di pelupuknya tidak jatuh.

Ia tidak ingin menangis. Apalagi karena Sunggyu lagi.

Tadi sore, saat melihat Woohyun menangis di kamarnya setelah ia menelepon seseorang yang tidak lain adalah Sunggyu, Youngshin tidak bertanya. Pria itu hanya memeluknya sebentar, sebelum akhirnya keluar untuk menelepon seseorang.

Lalu setelahnya, pria itu kembali dan berkata, "Ini malam terakhir. Kita harus bersenang-senang."

Dan ternyata Youngshin menyewa sebuah bar mewah untuk mengadakan pesta ulang tahun Woohyun yang hanya dihadiri oleh beberapa kenalan Woohyun dan Youngshin sendiri. Malam ini.

Maka, di sinilah ia. Tenggelam dalam lamunannya di antara riuh rendah percakapan beberapa pasang mata yang saling bercengkerama. Semua orang telah menyalaminya dengan hangat. Beberapa di antara mereka bahkan sempat memberikan hadiah. Tetapi, tetap saja. Woohyun tidak bahagia.

Pikirannya terlalu penat, penuh oleh ingatan tentang kejadian sore tadi saat ia menggertak Sunggyu dengan seluruh kejujurannya.

Hati manusia memang rumit. Mungkin anggapan itulah yang paling bisa menggambarkan perasaan Woohyun sekarang dengan tepat.

Woohyun merasa lega karena telah begitu berani merincikan beberapa kesalahan Sunggyu secara langsung. Tetapi, detik setelah semua pikirannya itu tersampaikan, seketika itu juga ia menyesal.

Jujur saja ia takut jika Sunggyu malah menyerah. Ia takut jika Sunggyu memilih untuk mundur. Karena dari lubuk hatinya yang terdalam, Woohyun tahu, terlalu banyak meminta serta mengharapkan keajaiban dari seorang Kim Sunggyu bukan persoalan ringan. Ia mungkin telah melangkah terlalu jauh dari batas yang Sunggyu beri.

Oleh sebab itu, kini pikirannya menjadi runyam. Terbebani oleh kemungkinan-kemungkinan terburuk yang menghantuinya.

"...Hyun!"

Woohyun terkesiap. Ia menoleh dan mendapati seorang wanita duduk di sampingnya sambil menepuk pelan pundaknya.

"Sora Noona...?"

Park Sora, teman Youngshin yang sekaligus juga pemilik bar ini, melipat tangan sambil tersenyum dan bertanya, "Aku mengganggu?"

"Tidak, tidak sama sekali," Woohyun langsung menjawab dengan tegas. Kemudian meski tidak terlalu menyukai koktail, demi menghormati Sora yang merupakan pemilik bar, Woohyun menyeruput minuman itu.

"Kau baik-baik saja?"

Gerakan tangan Woohyun terhenti sejenak, sebelum akhirnya ia meletakkan gelas koktailnya dengan hati-hati dan tersenyum tipis kepada Sora.

"Tentu," Woohyun menjawab singkat.

Sora mendesah pelan sambil menangkup kepalan tangan Woohyun di atas meja. Wanita cantik itu tersenyum lirih penuh pengertian sebelum akhirnya kembali menyahut, "Youngshin dan aku mengkhawatirkanmu. Jadi aku menurut ketika dia memintaku untuk menemanimu."

Woohyun melirik Youngshin yang duduk agak jauh dari mereka berdua. Pria itu tengah meramu alkohol bersama dua orang wanita dan seorang pria.

Woohyun kembali menatap Sora. "Kenapa tidak dia saja yang menemaniku di sini?"

"Oh," Sora mengerjapkan matanya sebelum balik bertanya, "Kau tidak suka jika ditemani olehku?"

"Tidak, bukan begitu," Woohyun buru-buru berkilah, "Aku hanya penasaran."

SereinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang