Hampir setengah tahun berlalu. Woohyun kembali ceria seperti sedia kala. Di dekat Sunggyu, Woohyun terlihat telah kembali nyaman menunjukkan kedekatan, setidaknya di hadapan fan. Meski pada realitasnya, Woohyun masih menjaga jarak dengan Sunggyu.
Laki-laki itu kini lebih sering menghabiskan jam sarapan, makan siang, dan makan malamnya bersama Sungyeol, Myungsoo, atau Sungjong. Setiap kali Sunggyu hendak mengajaknya melatih vokal bersama, Woohyun akan berkilah dan mengatakan bahwa ia lebih memerlukan masukan untuk kemampuan dance-nya dari Hoya karena kelemahannya terletak pada titik itu. Saat Sunggyu mengajaknya berbelanja, Woohyun akan menerima ajakannya hanya jika Dongwoo ikut serta. Kalaupun Dongwoo tidak ikut, Woohyun tidak akan kehabisan akal dan dia akan mengajak salah satu manajer untuk menemani mereka. Terlihat dengan sangat jelas, betapa kerasnya usaha Woohyun untuk menghindarinya.
Sunggyu sudah menyerah. Entah bagaimana, ia sudah kehilangan harapannya untuk mengubah kembali keadaan menjadi seperti sedia kala.
Hingga akhirnya, suatu hari pada jeda setelah press conference untuk program reality show mereka yang terbaru, yaitu Showtime, Lee Jungyeop memanggilnya untuk berbicara.
Sunggyu tahu, CEO Woollim itu akan menyampaikan keputusannya tentang permintaan Woohyun untuk keluar dari Infinite. Ia pun sudah mempersiapkan diri untuk mendengar pernyataan terburuk.
Setelah Sunggyu membuka pintu, Lee Jungyeop mempersilakannya untuk langsung duduk di sofa ruang kerjanya sementara laki-laki hampir paruh baya itu menyesap kopinya dengan tenang.
Sunggyu menggumamkan ‘terima kasih’ dengan pelan sambil duduk.
“Aku tidak akan langsung membulatkan keputusan,” Lee Jungyeop memulai, “Aku akan memberi dua pilihan.”
Lagi-lagi pilihan… Sunggyu hanya mengangguk pasrah.
“Aku tahu apa yang terjadi dan bagaimana bisa anak itu memintaku untuk mengeluarkannya dari Infinite dan agensi ini,” Sunggyu menundukkan kepala mendengar perkataan Lee Jungyeop yang dituturkan dengan suara rendah. Kemudian, Lee Jungyeop melanjutkan, “Hubungan kalian sedang tidak baik. Woohyun hanya ingin menghindarimu. Tapi keluar dari Infinite, apalagi Woollim, bukanlah keputusan yang bijaksana. Kontraknya belum habis. Urusan ini pasti akan menjadi panjang dan melibatkan hukum. Kau paham, kan?”
Sunggyu mengangguk.
“Pilihan pertama dariku, aku menganjurkan kepada kalian untuk keluar dari apartemen itu dan hidup masing-masing. Mengurangi waktu kalian untuk bertemu atau bersama, mungkin bisa meredakan ketegangan di antara kalian. Tapi, akan mencurigakan jika hanya kau dan Woohyun yang keluar dari apartemen itu. Jadi sebaiknya, semua member pun melakukan hal yang sama untuk menghindari pertanyaan media. Lagi pula kalian memang sudah waktunya untuk mulai hidup sendiri-sendiri.”
Sunggyu menatap kosong ke arah taplak meja polos yang terhampar di atas meja. Menyadari betapa seriusnya imbas dari perbuatannya itu.
“Pilihan lainnya, kalian bisa berhenti berkelakuan seperti anak kecil, berbicara empat mata, dan bangun kembali hubungan kalian seperti selama ini,” Lee Jungyeop menutup dengan helaan napas. “Aku tidak percaya kalian bisa bertengkar seserius ini.”
Sunggyu menunduk semakin dalam dan berkata, “Maaf…”
“Sunggyu-ya,” Lee Jungyeop memanggil membuat Sunggyu perlahan-lahan mengangkat wajahnya.
“Ya?”
“Jangan terlalu lama saling menyakiti. Aku tahu kau mencintainya.”
Mata Sunggyu membulat dan ia membisu. Sontak kehilangan seluruh kemampuannya untuk bereaksi. Dengan seluruh dayanya, ia membalas dengan terbata-bata, “K-kau tahu??”
“Tentu saja,” Lee Jungyeop tersenyum samar. “Semua orang yang setiap hari berinteraksi dengan kalian berdua, pasti tahu. Jika tidak, mungkin kepekaan orang itu tumpul.”
Kesimpulan Lee Jungyeop membuat Sunggyu merinding. Dalamnya makna dari perkataan CEO Woollim itu, menggambarkan betapa jelasnya perasaan Sunggyu kepada Woohyun dan bagaimana pula Woohyun kepada Sunggyu.
Melihat Sunggyu yang hanya terdiam dengan wajah kaget bercampur tidak percaya, Lee Jungyeop melanjutkan, “Aku tahu, dulu kalian sering kali bersiteru. Para trainer beberapa kali mengeluhkan kelakuan kalian padaku dan menganjurkan untuk memisahkan kalian dalam tim yang berbeda. Tapi, aku juga tahu… kalian akan baik-baik saja suatu hari nanti. Aku melihat kalian sebagai cermin yang bisa saling merefleksikan diri dan bahu-membahu melengkapi kekurangan satu sama lain. Aku hanya tidak menyangka jika hubungan kalian bisa sampai sejauh ini. Tapi satu hal yang pasti, aku tidak pernah menyesal mempersatukan kalian.”
Hubungan…? Jadi, selama ini…?
“Aku bangga bisa membesarkan kau dan Woohyun hingga sama-sama memahami apa itu cinta. Meski kalian menutupinya, aku percaya itu tidak berarti kalian tidak serius menjalaninya. Lalu, sampai datang masalah seperti ini pun… Aku yakin kalian akan baik-baik saja. Aku hanya ingin berpesan, jangan terlalu lama berpisah karena kalian hanya akan menyakiti diri sendiri lebih lama pula.”
Selesai berkata begitu, Lee Jungyeop mempersilakan Sunggyu untuk kembali dan beristirahat. Sepanjang perjalanan menuju apartemen, bahkan ketika hendak ke kamarnya pun, ia membisu. Masih sulit untuk mencerna fakta baru itu.
Pasalnya, ia ingin putus dengan Woohyun karena takut suatu hari nanti hubungan mereka akan diketahui oleh orang lain. Sementara Lee Jungyeop tadi mengatakan bahwa semua orang, bahkan sang CEO sekali pun, sudah mengetahui hubungan mereka. Jadi, untuk apa lagi mereka berpisah?
Pertanyaan itu seolah membawanya menuju jawaban paling sederhana.
Ya. Mereka hanya perlu kembali, merajut hubungan seperti sedia kala.
Tapi pada kenyataannya, pengaplikasian sebuah solusi pada realitas tidak akan semudah membalikkan telapak tangan. Sunggyu tidak tahu apa yang Woohyun inginkan. Apakah ingin benar-benar melupakan kisah 'mereka' atau ada secercah saja asa untuk kembali.
Sebelumnya ia sudah egois memutuskan hubungan mereka secara sepihak, meskipun telah menyampaikan maksud dan alasannya terlebih dahulu kepada Woohyun. Ia telah menyakiti Woohyun hingga laki-laki itu kehilangan kepercayaannya, tidak hanya terhadap Sunggyu, tapi juga kepada dirinya sendiri. Bahkan membuat Woohyun ingin keluar dari jalan hidup yang selama ini telah menjadi impian terbesarnya.
Dari lubuk hatinya yang paling dalam, Sunggyu mengakui bahwa imbas dari keputusannya kala itu adalah mimpi buruk bagi Woohyun. Sunggyu sudah melukai hati Woohyun begitu dalam. Sunggyu tidak yakin Woohyun akan memaafkannya. Sedangkan maaf adalah langkah pertama yang mungkin paling mujarab untuk memperbaiki keadaan ini.
Keraguan itu menjadi akar dari pertanyaan yang bercabang.
Bagaimana jika Woohyun sudah melupakannya? Lebih buruk lagi, jika laki-laki itu telah membencinya. Bagaimana jika justru dengan mengikuti pilihan pertama dari Lee Jungyeop, yaitu hidup masing-masing, adalah pilihan terbaik yang seharusnya Sunggyu lakukan?
Tanya terakhir itu terasa polos dan benar. Membuat Sunggyu tergiur untuk melakukannya.
Jadi, dengan alasan yang cukup rasional, akhirnya Sunggyu memutuskan untuk mengangkat gagasan itu sebagai topik utama yang akan dimusyawarahkan bersama member Infinite lainnya.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Serein
RomanceDi antara rintik hujan, hari di mana Kim Sunggyu berubah demi seorang Nam Woohyun. • • • Terinspirasi dari kejadian nyata; 2015. ------------------- Fanart © Bluenari