10. Bermain dengan Masa Lalu

1.5K 245 21
                                    

Begitu menyusuri trotoar jalan raya, Aily menyesali keputusan gegabahnya. Inilah mengapa dia selalu ragu jika mengambil keputusan dengan buru-buru. Harusnya tadi dia menunggu hingga Vic dan Lyric pergi sebelum keluar dari toilet.

Aily tidak yakin apakah Vic melihatnya saat berjalan tergesa-gesa ke pintu keluar, karena dia menjaga pandangannya tetap lurus ke pintu. Tapi juga mustahil, Vic tidak menyadari keberadaannya karena posisi duduk cowok itu persis menghadap ke arah toilet, ditambah sofa yang Vic duduki dengan posisi toilet hanya berjarak kurang lebih satu setengah sentimeter.

Aily melepaskan masker yang dipakainya. Setidaknya benda ini sudah menyelamatkannya. Bisa jadi Vic memang melihatnya keluar, tapi Aily yakin Vic tidak akan mengenalinya berkat masker ini.

Sesampainya di shelter, Aily menunggu kedatangan bus yang akan ditumpanginya bersama calon penumpang lain. Bus jurusannya tiba sepuluh menit kemudian. Pintu bus membuka dan orang-orang yang ada di dalam bus keluar. Sementara orang-orang yang berdiri di shelter mulai berjejal masuk, Aily malah terdiam. Bahunya tersenggol orang-orang karena dia berdiri di sisi kanan depan gerbang shelter.

Apakah upayanya berhari-hari meyakinkan diri harus berakhir dengan cara seperti ini? Dia sudah bertekad untuk menemui Vic, lalu kenapa dia malah melarikan diri? Jika dia tidak kembali ke HMC sekarang, berarti Aily harus rela tetap membiarkan kegelisahan menghantuinya sepanjang hidup.

Tapi di sana ada Lyric. Mereka bersama, hanya berdua. Tidak tahu sudah seperti apa hubungan mereka sekarang, tapi melihat keakraban itu, sepertinya keduanya sudah cukup dekat. Aily menahan gumpalan pahit di tenggorokannya.

Aily tersentak ketika seseorang menubruk punggungnya. Orang itu meminta maaf lalu masuk tanpa menunggu Aily menyahut. Orang yang menubruk Aily tadi, jadi penumpang terakhir yang masuk. Konduktor menegur Aily, bertanya, apakah dia akan masuk atau menunggu bus berikutnya.

Menganggap seolah itu sebuah pertanda, Aily melangkah memasuki bus. Mungkin, Aily memang sudah tidak punya lagi kesempatan untuk meluruskan, apa yang dulu sudah dia hancurkan.

Aily berdiri di dekat pintu masuk karena tidak kebagian tempat duduk. Tangannya berpegangan erat di salah satu tiang, seolah di sana jualah dia sedang mencari penopang untuk membantunya menerima kenyataan kalau hari ini pun tidak membawa perubahan apa-apa dan dia harus puas untuk akhir yang sudah dia buat hampir dua tahun silam.

Dalam perjalanan, Aily mengalihkan pikirannya pada apa yang akan dia kerjakan sesampainya di Absarina nanti. Tentang betapa sibuknya dia membantu di yayasan sampai dia tidak akan mengingat apa pun lagi tentang hari ini.

Bus berhenti di shelter berikutnya, beberapa orang tampak keluar dari bus. Kepadatan bus mengurai, ruas-ruas kosong di depan kursi menjadi sedikit lengang, beberapa kursi juga tampak kosong. Aily mengambil kursi kosong terdekat dari jangkauannya yang berseberangan dengan pintu bus. Setelah duduk, saat itulah Aily langsung tertegun ketika mendapati Vic berdiri di dekat pintu. Orang-orang yang masuk ke dalam bus menghalangi pandangannya ke arah cowok itu, tapi tidak menjadikan sosok Vic serupa ilusi yang hanya dibangun oleh imajinasinya.

Vic berdiri memakai pakaian yang sama seperti yang dia lihat beberapa saat lalu, itu menandakan kalau cowok itu nyata. Dan Vic juga tengah menatap Aily. Satu tangan Vic masuk ke saku celana kainnya, sementara tangan yang lain menggengam tali pengaman di atas kepala, tatapan mereka bertemu.

Sejak kapan Vic ada di sana? Apakah cowok itu mengikutinya? Dari posisi terakhir cowok itu berada bermenit-menit yang lalu, jelas mereka harusnya naik di shelter yang sama. Tapi kenapa Aily baru menyadari keberadaan cowok itu sekarang?

IntervalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang