Belakangan ini, pasienku sangat tak menentu. Kadang banyak, kadang tidak terlalu banyak. Jadwal operasiku pun tak bisa di prediksi. Seperti kemarin, saat aku janjian dengan Allea untuk makan malam bersama tiba-tiba saja aku di panggil oleh dokter seniorku untuk mengoperasi pasien darurat. Masalahnya adalah aku lupa memberitahu Allea tentang ini. Jadi dia merajuk saat aku terlambat datang.
Hubunganku dengan Allea, bisa kukatakan belum ada kemajuan. Memang belakangan, Allea sering mengajakku pulang bersama-sama karena Wonwoo sedang keluar negeri untuk mengikuti seminar. Katanya ini adalah kesempatan baik untuknya mengingat kenangan bersamaku.
Hari ini jumlah pasienku lumayan sedikit. Jadi aku bisa bersantai setelah pasienku yang terakhir ini.
Kudengar suster pendampingku sudah memanggil pasien terakhir untuk hari ini.
"Selamat siang dokter" sapa pasienku.
"Selamat siang" sapaku sembari tersenyum. "Silahkan duduk" sambung menyilakan.
Wanita berparas lumayan cantik ini duduk tepat di depanku.
"Nona Alana. Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku.
"Ya, aku merasakan nyeri di pinggangku. Sudah lama sekali" jawabnya.
"Hm.. Apa buang air kecilmu tersendat-sendat?"
Dia mengangguk mengiyakan. "Belakangan iya"
Dia terus menjelaskan apa yang dirasakannya padaku. Tentu saja aku menanggapinya dan langsung mengirimnya ke bagian rontgen untuk dilihat lebih lanjut lagi.
Akhirnya, aku bisa makan siang dengan tenang karena pasienku sudah habis untuk hari ini.
Aku pergi menemui Allea untuk makan siang bersama denganku di kantin rumah sakit.
Tok tok tok
"Maaf dokter, tapi dokter Allea sedang ikut operasi" ucap seorang suster yang tengah melintas.
"Benarkah? Baiklah kalau begitu. Terimakasih suster"
"Sama-sama dok. Saya permisi" katanya.
Sebenarnya aku ingin sekali makan siang bersama Allea. Tapi apa boleh buat, kadang justru pekerjaan kami yang membuat kami berjauhan.
Aku memutuskan untuk pergi ke kanton seorang diri karena perutku sangat lapar. Aku membeli beberapa makanan yang sekiranya bisa membuat perutku kenyang.
"Dokter Mingyu" aku menoleh ke sumber suara.
"Nona Alana"
"Panggil saja aku, Alana- dokter" sahutnya.
"Baiklah" kataku. "Apa kau sudah ke laboratorium?"
"Sudah. Kebetulan, tidak begitu ramai" jawabnya.
Aku mengangguk mengerti.
"Boleh aku makan siang bersamamu?"
Aku mengangguk mengiyakan. "Tentu saja. Aku akan menunggumu disana" kataku menunjuk meja kosong di samping jendela.
Dia mengangguk mengerti.
Ternyata Alana adalah wanita yang mudah akrab dengan orang lain. Obrolannya denganku juga lumayan lancar. Maksudku dalam arti saling menyambung satu sama lain.
"Kalau boleh tau, dokter tinggal dimana?" tanyanya.
"Aku tinggal di apartemen dekat sini. Bagaimana denganmu?"
"Aku tinggal agak jauh disini"
"Kau sudah bekerja atau...."
"Aku masih kuliah. Apa wajahku terlalu tua untuk anak kuliahan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[EBOOK & CETAK SUDAH TERSEDIA] My Enemy My Husband → K.M.G
FanfictionSebagian cerita sudah di unpublish demi kepentingan penerbitan 😉 Aku ngga mau nikah sama dia -Allea Aku maunya cuma kamu, Lea-Mingyu