((Maaf pake bahasa santai))
"Papi, Kal mau mimi susu." suara gadis kecil menggema di rumah Mingyu dan Allea.
"Sebentar sayang. Papi lagi buat." ucap Mingyu dari dapur.
"Sini biar aku yang buatin." Allea menghampirinya.
"Ngga usah. Duduk aja. Udah kelar kok." kata Mingyu seraya tersenyum.
"Ihh aku ngga ngapa-ngapain hari ini loh. Cuma duduk, tiduran, makan. Nanti aku gemuk." rengek Allea.
"Biarin aja kamu gemuk. Aku suka kok." katanya di akhirnya dengan kecupan kilas di pipi Allea.
Allea mendecak kesal. "Aku serius."
"Aku juga. Udah ayo, kita temenin Kalea minum susu." Mingyu menggandeng Allea menghampiri Kalea yang sedang bermain di ruang tengah.
"Yeaay.. Thankyou papi." Kalea bersorak.
"Just it?"
"So?"
Mingyu menunjuk pipinya. Sudah mengerti, Kalea langsung berdiri mengecup Mingyu.
"Thanks princess." ucap Mingyu mengacak rambut Kalea.
Saat ini Kalea sudah berusia empat tahun. Tak terasa memang. Sepertinya baru saja Mingyu dan juga Allea menikah, tapi sekarang anaknya sudah besar. Bahkan, saat ini Allea sedang mengandung anak kedua mereka. Usianya sudah lima bulan. Kehamilan Allea kali ini sangat membuat Mingyu berubah menjadi suami yang sangat protektif. Ia sangat memanjakan Allea. Ia tak membiarkan Allea mengerjakan apapun dirumah. Bahkan ia menyewa seorang asisten rumah tangga untuk membantu Allea mengerjakan pekerjaan rumah. Tapi tidak untuk menjaga Kalea. Saat itu Allea marah besar saat Mingyu menyewa seorang nanny untuk Kalea. Mereka berdebat besar. Untungnya, dengan cepat Mingyu mengalah. Jadilah Mingyu bergantian merawat Kalea saat sedang libur seperti ini.
"Mau makan ngga?" tanya Mingyu pada Allea.
Allea menggeleng. "Aku belum lapar."
"Papi, kita kapan jalan-jalan?" tanya Kalea polos.
"Jalan-jalan? Kalea mau jalan-jalan kemana?" tanya Allea.
"Hmm.. Kemana aja yang penting sama papi, mama sama adik." jawabnya polos yang membuat Mingyu tersenyum.
"Kapan ya? Papi kan harus sesuaiin jadwal praktek dulu."
Kalea memasang wajah kesalnya. "Uuhh Kalea kesel."
Mingyu dan Allea terkekeh melihat tingkah anaknya.
"Eh, anak papi tau darimana kata kesel?" goda Mingyu. Ia membawa anaknya duduk di pangkuannya.
"Kemaren mama bilang 'aku kesel sama kamu' gitu ke papi." katanya menirukan Allea.
Allea mengangkat kedua alisnya karena terkejut.
"Emang Kalea ngerti apa artinya kesel?" tanya Mingyu.
"Enggak! Emang apa pi?"
"Kalo Kalea bilang 'Kalea kesel' itu artinya Kalea bilang 'Kalea jelek' gitu." jawab Mingyu mengikuti suara Kalea.
"Ihh papi. Kalea itu cantik."
"Makanya ngga boleh bilang kesel lagi."
"Ok! I won't."
.......
Malam hari, sudah saatnya Mingyu melanjutkan pekerjaannya. Saat ini Mingyu sudah menjadi kepala unit gawat darurat di rumah sakit tempatnya bekerja.
Jun?
Ia sudah sukses menjadi kepala bedah. Keluarganya pun sangat harmonis. Namun sampai saat ini, ia masih belum memberikan adik untuk Azriel yang kini sudah duduk di sekolah dasar.
"Mau aku buatin teh manis ngga?" tanya Allea menghampiri Mingyu.
Mingyu menggeleng kemudian tersenyum. "Ngga usah sayang."
Kemudian Mingyu memeluk pinggang Allea. Ia sesekali mengecup perut Allea yang sudah mulai membuncit.
"Kira-kira laki-laki atau perempuan lagi ya yaang?" tanya Mingyu.
"Kamu maunya apa?"
"Laki-laki."
"Kalo ngga laki-laki?"
"Yaudah bikin lagi sampe kita dapet laki-laki." jawabnya asal.
"Ngaco!" kata Allea menepuk punggung Mingyu.
"Aku sedikasihya aja. Yang penting kamu sama anak kita sehat." kata Mingyu seraya melepas pelukannya. Namun, ia mengarahkan Allea duduk di pangkuannya.
"Semoga aku bisa lahiran normal kali ini ya." kata Allea. Kemudian ka mengalungkan tangannya pada leher Mingyu dengan manja.
Mingyu mengangguk lalu tersenyum. "Apapun sayang. Mau cesar atau normal, sama aja."
"Iya sih." sahutnya. "Ngomong-ngomong, aku jadi kepikiran permintaan Kalea tadi deh." sambungnya.
"Yang mana? Terlalu banyak permintaan dia hari ini." canda Mingyu yang membuat Allea tertawa.
"Yang liburan. Kamu sadar ngga belakangan ini kita jarang banget jalan-jalan bareng."
"Yakan kamu lagi hamil. Lagipula kerjaan aku lagi banyak banget sayang."
"Aku sih bisa ngertiin kamu. Tapi Kalea kan enggak. Dia masih belom bisa ngertiin kerjaan kamu."
"Iya. Aku bakal usahain buat pergi nanti."
Allea berdiri. "Iya, nantinya kamu setelah aku lahiran."
Mingyu menahan emosinya. "Jangan mulai ya sayang. Aku lagi ngga mau berdebat."
"Siapa juga yang mau berdebat? Kamu aja ngerasanya begitu." Allea tak mau mengalah.
"Udah tengokin Kalea dikamarnya aja gih." kata Mingyu mengalihkan.
"Selalu aja gitu." keluh Allea seraya melangkah.
Mingyu justru terkekeh. Ini sudah menjadi hal biasa baginya. Mood Allea selalu berubah-ubah. Mungkin karena pengaruh kehamilannya. Mingyu sudah hafal jika sebenarnya, Allea tak benar-benar marah padanya.
"Allea."
Allea kembali menoleh.
"I love you!"
Allea memicingkan matanya kesal. "Bodo!" sahutnya yang membuat Mingyu tertawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[EBOOK & CETAK SUDAH TERSEDIA] My Enemy My Husband → K.M.G
FanfictionSebagian cerita sudah di unpublish demi kepentingan penerbitan 😉 Aku ngga mau nikah sama dia -Allea Aku maunya cuma kamu, Lea-Mingyu