Hari ini adalah hari yang di tunggu-tunggu oleh aku dan Mingyu. Kami akan menggelar pesta pernikahan hari ini. Suasana hatiku sangat tidak menentu. Jantungku berdegup kencang sejak tadi. Wajar bukan?
Saat ini aku sudah bersiap dengan gaun pengantinku. Make-up diwajahku membuatku nampak semakin sempurna.
"Kau pasti deg-degan bukan?" tanya penata riasku.
Aku sedikit tersenyum menutupi gugupku. "Tentu saja ibu"
"Memang seperti itu. Nanti kalau sudah selesai, kau pasti juga akan lega. Apalagi setelah bertemu dengan suamimu nanti"
Ya memang aku sudah seminggu ini tidak bertemu dengan Mingyu. Menghubungi lewat telepon pun tidak. Seminggu ini aku sibuk merawati diriku di rumah. Dalam tradisi Jawa, ini di namakan Pingitan pengantin. Ini dimaksudkan agar pasangan kita takjub melihat diri kita setelah merawat diri.
Tok tok tok
"Allea? Boleh kakak masuk?"
"Tentu kak. Masuklah" sahutku.
"Saya permisi dulu" kata penata riasku. Sepertinya ia tau bahwa kak Jun ingin bicara berdua denganku.
Kak Jun duduk di sampingku dan menatapku sembari tersenyum.
"Kenapa kak?" tanyaku lembut.
Kak Jun tersenyum kecil. "Kakak ngga sangka, adik kecil kakak sekarang udah mau jadi istri orang"
Akupun ikut tersenyum dan pegang tangan kak Jun. "Terimakasih karena sudah mendidikku selama ini ya kak. Kalo ngga ada kakak, mungkin aku ngga bisa jadi dokter dan ketemu sama Mingyu"
Dia menghela nafas kasar. "Itu sudah menjadi tugasku. Aku minta maaf kalau selama ini, aku suka menjahilimu. Aku tidak bisa sepenuhnya menjagamu dan membimbingmu" ucapnya dengan nada sedih.
"Kakak kenapa bersedih?"
Dia menggeleng seraya tersenyum. "Aku merasa, aku belum menjadi kakak yang baik untukmu, Le. Maafkan aku"
"Tidak kak. Kakak sudah menjadi yang terbaik untukku. Kakak selalu sabar kalau aku bertanya tentang hal apapun" sahutku. "Jangan membuatku menangis kak" sambungku.
Ia terkekeh. "Boleh aku memelukmu?"
Aku mengangguk setuju. "Tentu saja"
Ia mendekat dan memelukku dengan erat. Aku rasa, terakhir aku di peluk oleh kak Jun sekitar dua atau tiga tahun yang lalu.
"Aku berdoa agar kau bisa menjadi istri yang baik untuk Mingyu ya" katanya.
"Terimakasih kak. Walaupun begitu, aku akan tetap menjadi adik kecil kakak kan?"
Dia mengangguk dipelukanmu. Kak Jun memelukku dengan sangat erar. Mungkin ia sedih karena harus melepas adik perempuan satu-satunya untuk laki-laki lain.
Aku melepas pelukannya. "Jangan nangis kak"
Dia terkekeh dan menghapus air matanya. "Kamu harus bahagia ya. Bahagia kamu, bahagianya kakak juga"
"Pasti kak. Aku yakin Mingyu bisa membuatku bahagia" kataku meyakinkan.
"Yasudah. Ayo kita keluar. Semua orang sudah menunggumu" kata kak Jun yang kuangguki.
Aku berjalan keluar didampingi oleh kak Jun menuju tempat Mingyu akan mengucap janji suci selamanya. Suasana hatiku menjadi lebih tegang dari sebelumnya. Di tempat itu, sudah ada papaku dan papa Mingyu yang sudah bersiap menjadi saksi janji sehidup semati kami berdua.
Aku melihat Mingyu tersenyum saat melihatku turun berjalan kearahnya. Ia melangkah maju untuk menjemput dengan langkahnya yang tegak.
"Jaga adikku baik-baik. Aku percaya padamu, Gyu" kata kak Jun.
KAMU SEDANG MEMBACA
[EBOOK & CETAK SUDAH TERSEDIA] My Enemy My Husband → K.M.G
ФанфикSebagian cerita sudah di unpublish demi kepentingan penerbitan 😉 Aku ngga mau nikah sama dia -Allea Aku maunya cuma kamu, Lea-Mingyu