Semua terdiam.
"Aku bersedia menikah dengan kak Daffa." ucap Shine sekali lagi dengan pancaran kebahagiaan yang tentu tidak dapat ia tutupi.
Ema mendekati Shine dan mengelus rambutnya lembut. "Ganti bajumu dulu Shine, kita akan membicarakan hal ini nanti setelah kau mengganti baju, dan kita akan makan bersama sekarang." tuntun Ema ke kamar Shine.
Gadis itu hanya menurut, ia tersenyum ke Ema sebelum menutup pintu kamarnya yang dibalas dengan cubitan di pipinya. Ema kemudian kembali meninggalkan putri kesayangannya itu ke ruang keluarga.
"Jangan ada yang mengatakan sepatah katapun tentang rencana ini padanya, aku akan menceraikan Shine setelah usianya genap 25 tahun, setelah ia matang, dan dapat mengambil alih perusahaannya sendiri." tegas Daffa sekali lagi pada semua anggota keluarga sebelum Shine kembali.
"Tujuh tahun ya? Semoga saja rencanamu dapat berjalan mulus selama itu." Darren hanya berdecak memandang Daffa, kemudian meninggalkan mereka ke ruang makan, diikuti Brata dan Daffa, sedangkan Ema masih menunggu Shine yang sedang berada dikamarnya.
.
"Seriously?"
"Jangan terlalu terkejut seperti itu."
"Kau sangat mengejutkanku Daff, ini sangat tiba-tiba, ada apa?"
Daffa meneguk sampanye digelasnya, ia tidak langsung menjawab pertanyaan Rendy, sahabatnya sejak menempuh pendidikan dulu.
Mereka sedang bersantai di ruangan Rendy, disalah satu lantai gedung perusahaan mewahnya.
"Oh come on, kau bisa membuatku mati penasaran." desak Rendy. "Dia.. tidak sedang hamil bukan?" tebaknya kemudian mengingat bagaimana pergaulan Shine dengan teman-temannya yang Daffa ceritakan beberapa hari lalu.
Daffa tertawa, menendang sofa sandaran Rendy sehingga membuatnya sedikit goyah. "Jangan sembarangan bicara, aku bisa membunuh pria yang sanggup menghamilinya itu jika benar terjadi."
Bukannya merasa bersalah, Rendy ikut terkekeh. "Lalu?"
"Kau memang selalu ingin tau apa yang aku lakukan." ejek Daffa, sebelum ia menceritakan semuanya pada Rendy dengan wajah yang santai.
Daffa menceritakan tentang Lionel yang ingin mengambil hak asuh Shine dari keluarganya, tentang maksud terselubung Lionel tentunya, dan tentang lamarannya terhadap Shine.
Rendy hanya menganggukkan kepalanya mendengar apa yang Daffa katakan.
"Ini menyangkut hidupmu Daff, apa kau tidak ingin berpikir kembali? Tujuh tahun bukan waktu yang singkat."
"Aku tau." Daffa menggoyang-goyangkan gelas sampanyenya, memandang kota dari balik gelas itu.
"Dan kau ingin menjalaninya tanpa cinta?" tanya Rendy lagi menyakinkan.
"Aku menyayangi Shine."
"Sebagai adik, ya aku tau itu Daff, kau tidak akan memikirkan akibatnya nanti?" Rendy menaikan alisnya, mempertegas wajah tampan yang ia miliki sejak dulu.
"Maksudmu?"
"Bagaimana jika Shine jatuh cinta padamu?"
"Ucapanmu seperti Darren dan ayahku saja." Daffa terkekeh menanggapi ucapan Rendy yang ia anggap sebagai guyonan.
"Yah, tipikal wanita itu sangat mudah jatuh cinta. Kau harus berhati-hati dengan hal itu Daff."
"Aku tau. Tidak semua wanita seperti itu." Daffa kembali menyesap isi gelasnya, dan mengalihkan pandangannya dari Rendy ketika ponsel pria itu bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Driving Me Mad √ (COMPELETED)
RomanceWARNING 21++ This is story about Daffa and Shine.. Daffa mengeram atas sentuhan Shine. Daffa menangkap tangan Shine yang membelai area sensitifnya. "Apa yang kau lakukan Shine?" "Aku menginginkanmu kak." Daffa menggelap, ia membalik posisi dan mengu...