Part 7 : Patience

90.9K 2.8K 61
                                    

Suprise! Aku update tengah malem haha
Jadi, kalian pagi-pagi udah bisa baca lanjutan DMM deh!

Masih nunggu kan? Maapin aku yak lama ga up 😂
Ini maap klo banyak typo or kalimat kurang jelas, sambil ngantuk-ngantuk akutuh ngeditnya haha

Besok-besok sambil nunggu DMM update, kalian bisa baca-baca cerita yang laen kan? Coba deh mampir-mampir ke lapak temenku deviariadne dan langsung cuss baca ceritanya. ^^ Ceritanya ringan dan fun untuk dibaca, hope u all like that!

Okeh, langsung aja, happy reading all my luv :*

.

"Jadi dia tidak menyentuhmu sama sekali?"

Pertanyaan yang ntah keberapa kali Sophie lontarkan hari ini membuat Shine kesal. Apalagi Sophie akan tertawa sangat keras sesudahnya.

"Hentikan menanyakan hal itu Soph," ucap Jane dikursi belakang sembari menepuk pundak Sophie yang sibuk menyetir mobilnya. Jane menutupi mulutnya dengan jemari. Shine tau bahwa gadis berlesung pipi itu sedang menahan tawa.

Saat ini mereka sedang pergi bersama-sama mengantar Vonie menemui Jim, pria yang sewaktu itu tertangkap bersama mereka di pertandingan tinju liar. Shine berpikir Vonie benar-benar serius menyukai Jim.

Setelah perdebatan yang cukup panjang dengan bodyguard Shine, akhirnya Shine diizinkan pergi dengan para sahabatnya itu sepulang sekolah, hanya saja dengan beberapa syarat, termasuk...

"Mobil mereka tepat di belakang kita," Sophie mengintip dari kaca sambil terus berhati-hati mengemudi.

Ya, syaratnya kedua bodyguard Shine juga harus ikut pergi dengan mereka.

Tiba-tiba Vonie tertawa. "Itu artinya suamimu benar-benar mengkhawatirkanmu Shine, hingga memerintahkan mereka untuk mengikutimu kemanapun kau pergi."

"Kau membuatku geli dengan menyebutnya suamiku Von. Dia bahkan tidak menyentuhku dimalam pertama."

"Setidaknya seharusnya dia menciummu." timpal Jane.

"Aaa.... dia menciumku!" pekik Shine menanggapi ucapan temannya.

"Benarkah?" Vonie yang sejak tadi bersandar manis di kursi mobil tiba-tiba mendekatkan tubuhnya ke depan, tepat di samping Shine yang duduk di kursi depan.

"Iya, disini," jawab Shine lemah, menunjuk keningnya sendiri.

Dan itu sukses membuat ketiga gadis yang bersamanya terbahak.

"Mungkin dia belum mau menyentuhmu karena kau belum lulus Shine, bersabarlah sebulan lagi, begitu kita menyelesaikan ujian kita minggu depan, dan dua minggu kemudian pengumuman kelulusan, kau akan benar-benar resmi menjadi istrinya," hibur Vonie.

"Apa kau sudah tidak sabar untuk 'melakukannya' Shine?" goda Sophie dengan menekankan kata melakukan.

"Me..melakukan apa maksudmu?"

"Wajahmu memerah."

"Tidak mungkin!"

"Dasar mesum." olok Vonie.

Shine tidak memperdulikan ucapan mereka. Ia hanya berpikir mungkin benar, Daffa belum menganggapnya seorang istri karena statusnya memang masih sebagai pelajar. Mana ada pria normal yang akan memperistri seorang pelajar menengah keatas?

Sibuk dengan pikirannya sendiri, mobil Sophie ternyata sudah terparkir manis disebuah parkiran mall yang memang menjadi tempat tujuan mereka, tentunya sebelum menuju ke tempat tujuan utama.

Driving Me Mad √ (COMPELETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang