Daffa terbangun memegangi dadanya yang berdegup kencang. Keringat dingin mengucur deras dari dahi dan seluruh tubuhnya. Napasnya naik turun tidak beraturan seperti lelah berlari kerena dikejar sesuatu dan tercekik.
Ia bermimpi. Mimpi yang selalu sama seperti tujuh tahun yang lalu, ketika untuk pertama kali nadinya berdetak dengan jantung orang lain yang ada dalam tubuhnya.
Menyibak selimut tebalnya, Daffa bangkit untuk mengambil air minum di dapur. Ia menuruni tangga dan melihat jam besar yang ada di ujung ruangan masih menunjukkan pukul dua dinihari.
Waktu untuk semua orang mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Begitu juga semua orang di rumah Daffa yang juga sudah terlelap dalam tidurnya, tidak dengan ayah dan ibu Daffa sedang berlibur ke Italia bersama dengan teman mereka selama satu minggu.
Daffa meneguk banyak-banyak air yang kini sudah berada digelas yang ia genggam.
Ada satu hal yang mengganjal pikiran Daffa.
Shine.
Sejak pulang kerja, ia belum melihat adiknya itu sama sekali dan buru-buru masuk ke kamarnya untuk mandi kemudian tak sengaja ia tertidur karena merasa sangat lelah.
Karena pikirannya belum tenang, Daffa memutuskan untuk melihat Shine sebentar dikamarnya.
Setelah menaruh gelas dengan asal di pantry dapur, Daffa segera menuju kamar gadis itu.
Hal yang pertama ia lihat ketika membuka pintu hanyalah Shine yang sedang meringkuk dalam selimutnya.
Seperti biasa, gadis itu tidak pernah mengunci pintu kamar, kebiasaannya sejak dulu untuk mempermudah Ema dan Brata masuk ke kamar dan mencium dahi Shine ketika gadis itu tidur, termasuk dirinya.
Daffa tersenyum dan kembali ingin menutup pin.....tunggu dulu, ia hampir saja lupa mengecup kening adiknya, semenjak Shine tumbuh menjadi dewasa, Daffa jadi jarang melakukannya.
Dengan pelan Daffa mendekat dan menyibak selimut Shine.
Kosong.
Shine tidak ada dikamarnya. Dengan pintar ia mengganti tubuhnya dengan guling dan bantal, seolah-olah ia sedang tertidur. Beruntung Daffa mengetahui hal itu.
Dengan langkah panjang Daffa naik lagi ke kamar untuk mengecek ponselnya dan melacak keberadaan Shine.
Secara diam-diam Daffa memang sudah memasang alat pelacak di ponsel Shine setelah kerap kali pembantu dan orangtuanya mengatakan jika Shine sering pulang larut dengan alasan belajar kelompok bersama teman-temannya untuk Ujian Nasional.
Ternyata benar kecurigaan Daffa selama ini. Shine memang tidak benar-benar belajar, tetapi ia sering menghabiskan malam bersama teman-temannya di Bar, terbukti dari lokasi Shine yang tergambar jelas diponselnya.
Selama ini Daffa masih diam, karena setiap kali ia pulang ke rumah, Shine selalu sudah berada di rumah. Tapi kali ini Daffa tidak akan diam, Shine sudah pergi melampaui jam malam yang ia dan orangtuanya berikan, bahkan hampir pagi. Tanggung jawab ada ditangan Daffa selama ayah dan ibunya pergi.
Dan Daffa yakin Shine memanfaatkan kesempatan untuk bisa bersenang-senang dengan teman-temannya.
Sungguh kelalaian Daffa dalam mengawasi gadis itu.
Daffa segera memakai jaket tebalnya dan mengambil kunci mobil di atas nakas meja kamar.
Ia buru-buru menaiki mobil dan melaju secepat mungkin mengikuti petunjuk arah yang ada di ponsel yang akan membawanya pada Shine.
Miracle Shine.
Nama lengkap adiknya itu. Nama yang unik dan indah pemberian orang tua kandung Shine.

KAMU SEDANG MEMBACA
Driving Me Mad √ (COMPELETED)
Storie d'amoreWARNING 21++ This is story about Daffa and Shine.. Daffa mengeram atas sentuhan Shine. Daffa menangkap tangan Shine yang membelai area sensitifnya. "Apa yang kau lakukan Shine?" "Aku menginginkanmu kak." Daffa menggelap, ia membalik posisi dan mengu...