//Benci//

25 3 0
                                    

Flashback, 2 tahun yang lalu..

"Lo tau gak sih, Nez? Persahabatan itu bukan satu pihak doang yang susah. Harusnya lo ikutan susah bukannya keenakan gini, giliran lo yang susah aja gue dateng, gue susah lo seneng-seneng."

Ratna kemudian memutuskan sambungan teleponnya, meninggalkan Inez bersama dengan piala buah hasil Olimpiade Matematika tingkat Nasional Juara II.

Tak diragukan lagi kemampuan Inez dalam bidang akademik, ia telah menyabet sejumlah kejuaraan hingga tingkat Internasional. Menjadi juara, sudah langganan.

Lamunanya dipecahkan oleh suara berat lelaki yang berusia sekitar 30-tahunan,

"Selamat ya nak Inez, hebat kamu! Besok nama Inez di upacara akan di panggil untuk kesekian kalinya! Orang tua kamu pasti bangga deh, mau Bapak telponkan?"

Inez kemudian menggeleng pelan,

"Biar saya telpon sendiri saja pakㅡ"

Ia berjalan menjauhi pria itu,
Kemudian mengusap layar smartphone-nya mencoba menghubungi seseorang.

"Halo, Inez?" ucap suara disebrang telepon.

Saat telepon tersambung, Inez merasa gugup. Biasanya nomor yang ia tuju itu tidak menjawab telepon dari Inez.

Batin Inez berpikir Ia adalah orang yang sibuk.

"Halo kenapa, Nez?" suara di sebrang telepon itu kembali menyapa Inez.

Inez kemudian membuka suaranya,

"Halo Ayah, kapan pulang?" ucap Inez ragu-ragu. Ia bingung ingin berkata apa selain menanyakan kabar kepulangan ayahnya.

"2 Minggu lagi Ayah di Indonesia, Inez jangan bikin masalah terus. Tiap Ayah telpon ke rumah, kamu tidak ada. Sibuk main keluar? Mentang-mentang udah SMP. Kalo pulang jangan kemalam-an. Udah dulu ya Nez, sehat-sehat ya, jangan susahin orang, Ayah lagi sibukㅡ" Ayah menyambar menasihati Inez, padahal hanya menanyakan kabar kepulangannya.

Tut. Tut. Tut.

Sambungan telepon terputus, Ia kembali mendekati pria tadi,

"Oh, Ayah Inez ke mana? Keluar negri lagi kah? Apa kata Ayah kamu?"

Inez kemudian tersenyum,

"Kata Ayah makasih banyak, Bapak udah mau ajarin saya sampai bisa juara. Katanya salam juga buat Bapak!" ucap Inez kepada Bapak Guru yang mendampinginya Lomba.

"Tidak hanya Ayah, Bunda kamu pasti bangga! Oh iya, salam buat Ayah Inez." Guru itupun menjabat tangan Inez, sekali lagi memberi ucapan selamat.

Berat buat Inez memberitahu kebenaran, mudah baginya mengarang cerita. Terkadang ia merasa berbohong membuat semuanya lebih baik.

•°•°•◇•°•°•

Esok harinya, Nama Arumdira Inez sebagai juara Olimpiade di umumkan saat upacara bendera telah selesai. Mendengar tepuk tangan dan ucapan selamat dari guru-guru sudah sangat biasa buat Inez.

"Oh gini ya Nez, sombong lo!! Baru juara dua doang,"

Ratna tiba-tiba menghampiri Inez seusai ia mendapat sambutan dari para guru-guru, ia menarik Inez menuju toilet siswi.

Totally trustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang