//Teman//

17 3 0
                                    

Gio tidak ambil pusing, ia memilih ke kantin, namun makan akan sangat membosankan tanpa Inez. Akhirnya, dengan modal sok tahu dan nekat. Ia mencari jalan untuk menuju ke rooftop.

Sesampainya disana, Ia tambah bingung. Akhirnya Gio berteriak kencang.

"GIO SUKA INEZ!!!" Teriaknya histeris, tak peduli apakah didengar oleh orang lain atau tidak. Ia merasa lega dan puas, meluapkan perasaanya pada angin yang berhembus.

Hatinya sudah cukup berdebar, kala ia berusaha membuat Inez tersenyum. Entah mengapa Gio tertarik pada sosok Inez yang dingin dan menyebalkan.

"Heh bocah gila."

Tiba-tiba saja suara dari belakangnya menghentikan aktivitas Gio, ia baru saja menghirup udara rooftop berpose layaknya wanita di film Titanic.

Gio terkejut, membalikkan badannya. Didapati lelaki seusianya sedang nongkrong dan nyebat bareng.

"Ngapain lo teriak-teriak. Anak kelas sepuluh kan lo?" Tanya salah seorang diantara mereka, tampak tampilan berandalan dengan kancing atas seragamnya yang terbuka menampakkan kaus hitamnya.

"Hm. Emang kenapa? lo yang gila." Ucap Gio spontan, ia sudah panik kalau ternyata orang itu adalah seniornya.

"Berani lo?" Lelaki itu berdiri, mendekati Gio.

"Nyebat di rooftop doang bangga." Gio meremehkan mereka, sebenarnya Gio sendiri tidak pernah merokok.

Supaya terlihat lebih keren, ia sengaja mencari masalah dan siap-siap duel.

Sekali lagi, yang Gio lakukan biar terlihat keren aja.

"Udah daf." Ucap temannya sambil menahan bahu lelaki yang bernama Dafa itu.

Dafa semakin dekat dengan Gio.

"Lo bisa apa?" tak ingin kalah, ia bertanya kepada Gio sangar.

"Gue? cih. Gue ngerokok dua batang kanan-kiri. Gak bagi-bagi!" Ucap Gio bangga, kini ia menyesal, ingin rasanya menarik ucapannya.

"Rendahan." Ucap Dafa kemudian menarik kerah baju Gio.

"Sergioㅡ" Dafa membaca nama di seragam Gio, kemudian melepaskan cengkramannya.

"Kali ini lo bisa lepas, gak usah sok jagoan, gue tau lu anak cupu." Sambung Dafa sembari menepuk-nepuk dada Gio, seakan-akan membersihkan debu.

"Next time aja berantemnya, gue tau lo belum siap mental." Ucap Dafa.

"Diem aja lo?" Senyum Daffa, merasa bangga, pikirnya Gio takut padanya.

"MULUT LO BAU ANJIR!" Teriak Gio dihadapan Dafa, Gio tak tahan dengan bau rokok dari mulut Dafa.

Hal ini membuat Dafa geram, Ia kembali mendekati Gio dan melayangkan satu pukulan tepat dipipi kiri Gio.
Alih-Alih kesakitan, ia malah menarik kerah baju Dafa dan membalas satu pukulan keras penuh dendam.

"Biar adil." Ucap Gio, siap untuk pergi.

Tidak berhasil lolos, ia diberi hantaman dari belakang, dijatuhkan dan badannya dibalik menghadap langit.

"Siap berantem lo? berani juga lo nyet!" Dafa kini larut dalam emosi yang menggebu-gebu.

"Hantam nih muka gue mumpung depan mata lo!!" Tantang Gio.

Tak tanggung-tanggung, ia berhasil mendapat pukulan berkali-kali dari kepalan tangan Dafa.

Belum puas, Gio justru bangkit. Mendorong badan Dafa, dan menendang dadanya kemudian melayangkan satu pukulan.

Totally trustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang