//Hardfeeling//

6 0 0
                                    

   Inez hanya memandang jalan raya Ibukota, melamun dan terus berpikir kemana tujuan selanjutnya. Sementara ponselnya terus saja berdering, sehingga Inez memilih untuk mematikan total ponselnya.

Tiba-tiba lamunannya buyar, lelaki setengah tua yang menyetir mobil sedan membuka obrolan.
"Neng mau cari buku-buku buat tahun ajaran baru ya?" tanyanya.

"Eh, iya pak." Jawab Inez singkat.

"Abis nongkrong tadi?" Tanya bapak berkemeja putih dengan ramah.

"Iya." Jawab Inez, lagi-lagi singkat.

"Saya punya anak laki-laki, segede kamu, bedanya dia baru lulus kuliah." Cerita bapak tersebut spontan.

"Oh ya?" Inez mencoba terlihat antusias dengan obrolan driver taksi online yang ia tumpangi.

"Iya, bedanya lagi dia cowoㅡ" Bapak tersebut terkekeh sendiri.

"Lagi ambil jurusan psikologi di Universitas Indonesia. Bulan depan dia mulai kuliah, ini saya lagi pusing mikirin biaya kuliah." Sambungnya.

"Eh? Keren pak, semangat ya kerjanya. Semoga anaknya bisa cepat-cepat sarjana." Inez memberi semangat.

"Adek mau lanjut kuliah dimana?" Tanya bapak driver

"Ke Stanford." Jawab Inez mantap.

"Widiih, musti pinter bahasa Inggrisnya!" Kagum bapak setengah tua.

"Eheh, iya." Acuh Inez kemudian mengalihkan kembali pandangan ke luar jendela.

"Neng kok kaya sedih mulu, ada masalah?ㅡ" Tegur driver tersebut.

"Hehe, disini saya bukan mau cari tahu masalah eneng apa. Tapi, barangkali jika memang ada masalah ada baiknya di ceritakan ke orang yang tepat. Ini kartu nama Adik saya, dia seorang therapist." Sambung driver taksi online tersebut sembari menyodorkan kartu nama.

"Eh, makasih pak." Inez kemudian menerima kartu nama tersebut dan memasukkannya ke saku baju.

"Kasus depresi remaja di era millenial kaya gini rame banget neng, biasanya berakhir bunuh diri. Saya harap bisa membantu, jika memang ada masalah." Nasihat bapak tersebut dibalas anggukan dari Inez.

Selang dua puluh menit, akhirnya tibalah Inez di toko buku. Ia segera turun dari mobil dan membayar sesuai argo, tak lupa mengucapkan terimakasih kepada Bapak ramah yang mengantarnya sampai tujuan.

Inez sedikit menyesal mengapa harus memesan taksi online daripada ojek online. Ongkos yang dikeluarkan lebih mahal, dan waktu sampai ketujuan lebih lama dua kali lipat. Namun, ia khawatir ketahuan kalau saja dia tidak  dijemput dan akan ditawarkan tumpangan pulang oleh Gio dan Seno. Sedangkan ia sendiri belum ingin pulang kerumah.

Di sisi lain ia bersyukur bertemu bapak tersebut, ia mendapat uluran tangan untuk mencari solusi dari masalah yang ia hadapi akhir-akhir ini.

Inez memasuki toko buku pusat di Jakarta, disini adalah surga dunia bagi Inez. Ia senang sekali membeli buku bacaan, bahkan ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk mencari buku yang berkualitas untuk dibaca. Tiga puluh lima menit ia memutari toko buku, total sudah ada tiga buku yang ia pegang berjudul ; Nicomachean Ethics, Odyssey, The Sun and Her Flowers. Tidak lupa ia membeli buku tulis untuk keperluan sekolah.

Ia segera menuju ke kasir, takut akan menghabiskan lebih banyak waktu dan uang. Ia tersadar jam baru saja menunjukkan pukul setengah empat, belum waktu yang tepat untuk pulang kerumah.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 07, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Totally trustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang