PROLOG

4.9K 433 281
                                    

"Lo itu cuma anak pungut!"

Kalimat itu terus terngiang di telingaku sampai saat ini. Entah mengapa itu terdengar lebih menyakitkan daripada yang sudah-sudah. Memang benar apa yang dikatakan Mia, aku tak lain hanyalah anak pungut. Keluarga Anugerah merawatku semenjak aku kecil, tapi bukan berarti aku adalah anak dari keluarga ini.

Aku pun sadar aku bukan siapa-siapa dibandingkan kakakku itu. Dia cantik, pintar, dan terlihat sempurna dengan apa yang dimilikinya. Sedangkan aku? Jangan tanyakan keadaanku. Aku merasa lebih buruk dari yang kalian bayangkan.

Aku berani bersumpah kalau ini bukan mauku. Bukan hal ini yang kubayangkan. Saat di mana orang-orang atau yang kusebut dengan keluargaku dan teman-teman Mia melihat Mia menampar, menjambak rambutku, dan memukul tubuhku bertubi-tubi di pesta ulang tahunnya. Apa yang aku lakukan saat itu? Aku diam. Aku hanya diam. Sebaiknya begitu, kan?

Ini memang kesalahanku. Kesalahan yang mungkin tidak bisa dimaafkan.

Kulihat Ayah yang duduk di kursi roda tadi. Terlukis wajah sedihnya di sana. Beliau pun menangis. Maaf, Ayah. Maaf. Ayah, aku baik-baik aja. Tolong, jangan nangis.

"Bri, lo enggak apa-apa, kan?"

Suara Sadam berhasil merebut pikirianku. Aku mengangkat wajah dan melihatnya berdiri tepat di hadapanku. Senyumnya kali ini terasa menghangatkan hatiku. Dia membenarkan rambutku dan menghapus air mataku yang sebenarnya aku sudah merasa masabodo dengan penampilanku ini. Aku hanya ingin bebas.

"Gila tuh cewek! Ganas amat...." Sadam melihat tangannya yang memerah. Bahkan dia pun kena imbas tendangan Mia saat menolongku tadi.

Kuraih tangannya dan mengelusnya. Aku meringis. "Maaf, Dam. Gara-gara gue lo kena juga."

Airmataku kembali menetes. Aku benar-benar bingung saat ini. "Gue udah enggak punya siapa-siapa lagi, Dam. Gue gila, kan? Gue suka sama pacar kakak gue sendiri."

Iya, kalian tidak salah baca. Aku, Sabrina yang baru menginjak kelas 3 SMA, menyukai kekasih kakaknya sendiri. Lebih parahnya lagi, itu adalah calon tunangan Mia!

Sadam meraih jemariku dan meremasnya. "Lo enggak sendiri, Bri. Lo punya gue."

Mataku mengerjap.

"Sekarang lo pulang ke rumah gue!"

Tak percaya, kan? Sama. Aku juga.

Sekarang biarkan aku bercerita tentang apa yang terjadi kepadaku sebelumnya. []

♡♡♡

Halooo :)

Yang kangen Sadam siapa hayooo? Kibas rambutnya... XD

Dari bulan Februari naskah ini enggak kepegang lagi lantaran sakit. Terus enggak bisa duduk lama gitu. Huhuu... Jadi maaf ya kalau aku gantungin. Nah, daripada aku gantungin, mending aku simpen di draf. Ehee~

Ada beberapa revisi juga kali ini. Mudah-mudahan kalian suka yaa... :)

Mari kita bersenang-senang lagi. Insyaallah ceritanya sampai tamat. Doain lancar yaa. Terus akunya enggak sakit juga.

Hmm, gimana? Udah mulai terserang virus kebaperan belum?

Ini baru prolog, lho! Hehehee. Penasaran dengan cerita part 1-nya? Mau part bonus? XD

OK. Happy reading!

Thanks,
Aya

MAHKOTA KERTAS [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang