DUA PULUH DELAPAN

577 85 12
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya datang juga. O2SN berlangsung di gelanggang olahraga milik yayasan Arcapella. Ternyata tahun ini acara O2SN enggak melibatkan dengan sekolah lain. O2SN tahun ini khusus digelar untuk Arcapella. Dari tingkat SMA, SMK, SMP, SD, sampai TK Arcapella hadir meramaikan acara ini.

Masing-masing sekolah mengeluarkan bibit-bibit unggulnya di bidang olahraga. Bukan hanya atletik, bulu tangkis, dan taekwondo. Bola voli, karate, catur, dan tenis meja juga ikut masuk ke dalam daftar O2SN tahun ini. Anak TK kenapa ikut? Oh, jangan salah. Beberapa di antara mereka ada yang mewakili bidang catur! Entah orang tuanya kasih mereka makan apa sampai jago begitu.

Oh ya, tentang acara tujuh belasan dua hari yang lalu, aku sangat salut dengan Sadam. Sebagai ketua OSIS, dia menjalankan tugasnya dengan baik. Enggak ada kekacauan maupun kekurangan. Ternyata walaupun seksi acara enggak ada, itu sama sekali enggak memengaruhi. Semua anak OSIS saling bekerja sama hingga semua susunan acara berjalan lancar. Pak Seno pun tentunya sangat bangga dengan Sadam dan anggota OSIS lainnya. Beliau berulang kali mengucapkan terima kasih pada saat upacara penutupan.

Lalu, kalian pasti sudah tahu dengan apa yang terjadi di hari berikutnya oleh Sadam, kan? Yup, dia tidur seharian. Suaraku dan Tante Gina enggak mempan untuk membangunkannya. Akhirnya, kami tinggal saja ke supermarket saat siang hari dan pulang malam. Tawaku pecah ketika melihat Sadam menangis karena kelaparan sewaktu kami pulang. Karena paginya, aku hanya menyiapkan nasi goreng sosis untuk dia di meja makan. Selebihnya, Tante Gina enggak masak karena sudah kehabisan bahan masakan.

"Sabrina!"

Aku dan Arista sedang melakukan pemanasan ketika Mikha meneriakkan namaku. Aku menoleh ke arahnya dan melambaikan tangan. Padahal dia baru keluar dari rumah sakit, tapi dia bersemangat sekali hari ini. Mereka berempat datang semua; Sadam, Mikha, Farish, dan Vira. Farish dan Vira meneriakkan yel-yel sambil menari dengan pompom. Aku tersenyum melihat mereka. Lalu, senyum kulemparkan juga kepada Sadam yang berada di sebelah Farish. Aku ingin memberinya sesuatu jika aku menang. Sesuatu yang sangat diinginkannya. Tapi kalau enggak menang, ya terpaksa aku tetap memberikannya.

"Arista!" teriak Mikha lagi.

Arista yang sedang berlari kecil di tempat berteriak, "Kalau gue menang, lo harus traktir gue, Mik!"

"Siap!"

"Tapi kalau Bri yang menang, Sadam harus nraktir gue!"

Melihat mata Sadam yang membulat sempurna, aku tertawa. Lucu sekali dia. Berarti aku harus menang agar Arista mendapatkan traktiran dari Sadam. Aku jadi membayangkan bagaimana wajahnya nanti ketika menerima kenyataan kalau uangnya habis untuk Arista. Pasti lucu! Tapi hatinya yang kesal pasti langsung senang karena pemberianku.

Eh, tapi tunggu! Ini lari estafet. Mana ada kalah menang di antara kami berdua?

"Semangat! Semangat!"

Teriakan yel-yel dari para siswa SMA Arcapella yang menonton O2SN bagian atletik juga ramai terdengar. Sungguh ini membuat hatiku terharu. Berada di arena lari 4x100 meter ini enggak pernah terbayang olehku. Semoga saja hasilnya memuaskan.

Ada pula beberapa keluarga yang datang menyemangati. Terutama untuk mereka yang masih tingkat TK dan SD.

Tunggu! Mataku menangkap wajah seseorang yang enggak asing lagi bagiku. Dia berada enggak jauh dari gerombolan kelasku. Itu... Adera? Hei, dia benar-benar datang! Senyumku terulas begitu saja untuknya.

"Makasih, Kak!" gumamku.

"Ambil posisi!" perintah Pak Doni memakai toa. "Arista! Ngapain kamu di sini? Tempatmu di pemain kedua. 100 meter di depanmu. Pindah sekarang!"

MAHKOTA KERTAS [tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang