9. Sebenarnya

67 35 20
                                    

♨♨♨



"hai elva? lo masih ingat gue kan Elva? Lo masih ingat gue kan?" tanya seseorang itu.

Tentu saja Elva mengenalnya, sangat-sangat mengenalnya.

"Stefan?" ucap Elva tak percaya menatapnya.

Dengan cepat Elva langsung membalikkan badannya untuk menghindari cowok itu.
Tapi tangannya dicekam oleh cowok itu, kini Elva berbaik dan menatapnya.

"Lepasin gue" ucap Elva.

"Elva tunggu! Gue bisa jelasin semuanya" ucap Stefan.

"Ga ada yang perlu lo jelasin, karna semua udah jelas" ucap Elva mendesis.

"Gue minta maaf El" ucap Stefan.

"Maaf? Darimana aja lo selama ini? Hah?" bentak Elva.

Stefan, tepatnya Stefano Helix. Dia pernah ada di hati Elva. Stefan pernah menjalin hubungan persahabatn dengan Elva sejak kelas 2 smp. Persahabatan itu membuat keduanya saling suka. Tapi mereka tidak pacaran, cuma mereka sudah mengungkapkan saling suka satu sama lain.

Dan ternyata Stefan pindah sekolah untuk menemui Elva.

"El, gue ingin memperbaiki semuanya" ucap Stefan.

"Dengan mudahnya lo bilang gitu? Maaf gue udah punya yang lain" alibi Elva.

"El lo udah pacaran? Lo bilang lo akan pacaran sama gue setelah lulus smp" ucap Stefan.

"Itu dulu, dan gue nganggep ucapan gue itu gak pernah gue ucapin ke lo" ucap Elva.

"Gue gak percaya El, gue hanya percaya ucapan lo dulu" ucap Stefan tak percaya.

Elva harus berbuat apa supaya Stefan percaya, agar ia bisa menghindari Stefan. Ia yakin kalo Stefan gak akan pernah lepasin Elva begitu saja.
Akhirnya Elva melihat seseorang dan memanggilnya.

"Brien"merasa dirinya di panggil akhirnya Brien menuju Elva.

"Ini cowok gue" ucapan Elva membuat Brien melotot dan menatap Elva dengan heran.

"Jadi jangan lo ganggu gue lagi" Elva langsung pergi meninggalkan Stefan yang hanya terdiam.

"Lepas tangan gue" ucap Elva pada Brien yang sudah jauh dari Stefan.

"Kan lo yang duluan megang, jadi yah gue pegang balik lah" ucap Brien.

"Sory gue bawa-bawa nama lo sebagai pacar gue, agar dia gak nmganguin gue lagi" ucap Elva.

"Anggap serius aja gak papa" ucap Brien.

"Maksud lo?" ucap Elva dengan heran.

"Yah gak papa lo anggap gue jadi pacar lo, gue berharap itu jadi nyata" ucap Brien dan mecubit pelan hidung Elva lalu pergi meninggalkan Elva. Elva hanya terdiam memikirkan kata-kata yang diucapkan oleh Brien, jantungnya berdetak tak karuan.

✨✨✨✨✨

Sekarang Elva sudah berada di rumahnya sendiri, rumah mewahnya. Beruntung Rina tidak dirumah, kata pembantunya baru saja pergi . bukan kerena takut, tapi Elva malas berdebat dengan wanita yang menjelma sebagai ibunya. Elva sepertinya harus mulai bergerak untuk mengetahui jati dirinya, apakah ia benar anak dari Rina? Dan tentunya mencari penyebab kematian papanya.

Elva menuju ruang kerja papanya lagi mencari sesuatu yang dapat menjadi petunjuk. Elva menuju laci yang pernah ia buka minggu lalu. Mungkin ada hal lain dalam laci itu. Elva membukakan laci itu dan mencari-cari sesuatu. Matanya tertuju pada album foto. Iya mengambilnya lalu membukanya. Itu adalah poto pernikahan papanya dengan Rina, disitu Elva hampir tidak mengenal wajah Rina karena masih terlalu muda.

Elva Is Mine! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang