Sampai saat ini Nayla belum bisa mengetahui siapa sosok pengirim pesan misterius itu berharap suatu saat ia akan mengakui segalanya. Meskipun salju belum turun, namun cuaca dingin selalu menyeruak di kota Cambridge ini. hingga terpaksa ruang penghangat selalu ia hidupkan.
Nayla sedang membuat sup daging dengan menu seadanya. Bahkan ia sampai belajar dari mamanya bagaimana membuat sup yang enak. Bersyukurlah dia bisa, meskipun pada kenyataannya sup yang ia buat lebih enak dari buatan mamanya.
Dan akhirnya sup yang ia buat sudah selesai. Kemudian ia masukkan kedalam mangkok. Duduk manis di kursi meja makan. Pakaiannya masih tetap dengan piyama panjang, hanya berbekal hijab yang langsung pakai.
Sekarang adalah dimana hari ia akan presentasi didepan Mr. Mike. Tidak masalah, Nayla juga sudah belajar banting tulang, agar bisa menjawab semua pertanyaan yang nantinya diajukan oleh seluruh mahasiswa dikelasnya. Lagipula dia wanita yang sangat pandai bukan?
Referensi buku yang diminta Mr. Mike sudah ia pegang subuh tadi, sambil menyantap sup panas ia menghapal kembali inti dari bab itu. Jam dinding di ruang makan sudah menunjukkan pukul 06.30. Karena tak mau dirinya telatlagi, Naylapun berbalik arah ke kamar mandi untuk bersiap-siap.
Sholat dhuha tak pernah ia tinggalkan, itu pesan dari papanya yang sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Sangat tragis, karena papanya meninggal dalam kecelakaan. Sempat koma beberpa bulan, mungkin Allah lebih sayang padanya. Tidak masalah, meskipun papanya sudah tidak ada lagi, ia masih punya mama yang akan selalu Nayla banggakan.
Enyahlah dari kota ini jika kau masih ingin menghirup udara segar!
Tidak banyak yang bisa Nayla lakukan, kecuali mengucapkan istigfar berulang kali. Lantas apa yang diinginkan pengirim pesan yang selalu mengucapkan kalimat-kalimat kasar itu.
Tak ingin berlarut dari perasaan negatifnya, Nayla memutuskan untuk mnegabaikan pesan itu. sekeras mungkin ia menepis segala kejadian yang mungkin akan menimpa pada dirinya. Naylapun ingung, selama ini dia hidup di negara orang baik-baik saja, bahkan mustahil jika ia memiliki seorang musuh. Lantas, siapa pengirim pesan ini?
Setelah semuanya selesai, wanita berbola mata hitam legam itu sudah siap dengan jaket tebalnya. Sepatu boot sudah ia kenakan begitupun tas yang ada dipunggungnya. Berjalan menyusuri trotoar seperti biasanya.Nayla berjalan sembari mendekap kedua tangannya, sarung tangan hitam tak lupa ia pakai.“Hei wanita sombong!” sapa seorang priaNayla yang tiba-tiba berhenti tepat disamping Nayla. Nayla menghentikan langkahnya, kedua alisnya beradu, karena pria yang memanggilnya itu masih memakai helmnya.
Saat pria itu membua kaca helmnya, barulah Nayla sadar kalau itu pria sombong yang beberapa hari yang lalu telah membuatnya sial.
“Maaf, apa kita saling mengenal tuan?” tanya Nayla dengan intonasi yang sedikit menekan.
“Saya dengar Indonesia itu negara yang paling ramah”
Nayla hanya tersenyum getir mendengar ucapan pria itu.
“Dan yang saya tahu kota cambridgepun juga negara yang sangat ramah bukan? Jika ada yang salah dengan ucapanku tolong benarkan tuan. Ah ya, saya tidak mau telat karena ulahmu lagi. jadi, saya permisi” tutur Nayla tersenyum dan kemudian berlalu.
Pria yang mengaku dirinya Qiu hanya bisa tersenyum getir melihat kepergian Nayla yang semakin menjauh.
Setelah sampai di kampus Nayla langsung mengangsurkan tubuhnya ke tempat duduk yang biasa ia tempati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keajaiban Di langit Cambridge
Random"Sombong!" ucap pria itu saat membuka helmnya. Padahal Nayla sudah beranjak dari tempat kejadian. Tapi kata itu sangat jelas terdengar di telinga Nayla hingga membuat Nayla menghentikan langkahnya. Tunggu, dia bisa bahasa Indonesia? Apa jangan-janga...