bagian ini ditulis oleh saya dan yeolbaeby
//
"there are some words i'll never learn to spell."
(benjamin alire saenz)
//
"Dira, belum mau tidur?"
Mata Fajar mengerjap, memperhatikan Dira yang rebah di atas ranjang. Tangannya memegang erat novel Aristotle and Dante Discover The Secret of The Universe saat ia turut rebah di sisi Dira. Ada kalanya Dira dan Fajar menginap di tempat satu sama lain. Misalnya saat pekan ulangan (karena jika tidak diawasi Fajar, Dira tidak akan menyentuh buku sama sekali), atau saat salah satu dari mereka hatinya resah dan membutuhkan yang lainnya untuk menguatkan. Setelah insiden Natasha kemarin, rasa tidak enak hati mulai merambati hati Fajar. Belum lagi di sekolah, seakan ada begitu banyak pasang mata yang menatapnya sinis beriringan dengan bisik-bisik sekretif. Fajar tidak mengerti apa yang terjadi, tetapi bisik-bisik itu selalu membuatnya merasa tidak enak badan.
Katakanlah, Fajar hanya butuh seseorang. Sekalipun tidak ada kata yang dapat lolos dari mulutnya, keberadaan seseorang sudah cukup untuk membuatnya tenang, meyakinkan diri bahwa ia akan baik-baik saja. Tubuhnya beringsut, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Dira. Dari dekat, Dira tampak begitu lembut dan manis—dan tampan, memangnya kapan Diraditya tidak terlihat tampan di mata siapapun?
"Belum." Dira menggeleng, tersenyum lembut pada sang sahabat. "Ajar udah ngantuk?"
"Nanti dulu. Mau lanjut baca buku hehe." Kali ini tubuhnya beringsut mendekat. Tangannya membawa buku ke atas dan menunjukkan sampul bukunya pada Dira, "Ini buku kemarin yang aku bacain buat Dira juga. Dira mau kubacain, enggak?"
Dira tersenyum seraya mengangguk. Dan itu sudah cukup untuk membuat Fajar tersenyum, mata menyipit dan gigi berderet rapi. Pemuda itu kemudian berbalik membelakangi Dira, membuka bukunya dan mulai membacakan novel favoritnya sepanjang masa. Sementara Dira menyandarkan dagunya di bahu Fajar, tangan mendekap Fajar seperti boneka kesayangan. Sesekali Dira mencuri kecup pada puncak kepala Fajar (dan pemuda itu hanya terkikik seraya berkata, "Dira, geli."), keduanya merasa aman berkat satu sama lain.
Hal yang paling Fajar sukai adalah membacakan hal-hal favoritnya pada Dira. Kebalikan dari Fajar, Dira tidak secinta itu dengan aksara. Tetapi apapun yang Fajar sukai, Dira akan berusaha menyukainya—begitu juga sebaliknya. Mungkin agar mereka tetap dapat bercakap satu sama lain tanpa keraguan. Atau mungkin agar mereka tetap memahami satu sama lain melalui kesukaan masing-masing. Ada begitu banyak hal yang tidak dapat diungkapkan kata-kata, tersirat melalui gerak dan selera. Seperti Fajar dengan buku-bukunya dan pesan terselip di dalamnya. Seperti Dira dalam dekapnya yang tak pernah dingin.
Dan itu, sudah cukup bagi mereka berdua.
"'Aku memikirkan Dante dan bertanya-tanya tentangnya.'" Fajar mulai membaca. Suaranya lembut dan rendah, menghanyutkan. "'Dan bagiku, wajah Dante adalah sebuah peta dunia. Dunia tanpa kegelapan.'"
KAMU SEDANG MEMBACA
[2/3] day by day.
Fanfiction[DISCONTINUED] "It feels like you're mine, but not. So, what are we?" { bagian kedua dari trilogi kembar yudhistira; bxb; hyunlix with minor changlix }