Chapter 1. Awal Masuk

93 8 3
                                    

Warna jingga telah memenuhi langit Jakarta. Cahayanya mulai naik dengan perlahan, memendar Indah pada setiap sudut kota, dan berakhir pada penglihatan Aurel yang baru bangun dari tempat tidur nya itu. Senyum yang muncul pada wajahnya menunjukkan bahwa Aurel siap menghadapi aktivitas pada Senin pagi ini.

Aurel, wanita dengan rambut hitam lurus panjang se bahu dan mata yang indah mencari-cari benda gepeng yang sangat penting baginya, itulah yang Aurel lakukan setelah bangun tidur, yaitu mencari handphone semata wayang nya yang dihadiahkan oleh ayah nya 1 tahun yang lalu.

Setelah puas membuka wa dan melihat chat-chat yang belum dibaca oleh nya serta melihat pembaruan yang belum Aurel lihat, Aurel meletakan hp nya di kasur dan beranjak ke kamar mandi.

Waktu menunjukan jam 06.25, Aurel menuruni tangga rumah nya menuju ruang tamu. Disana sudah ada ayah, ibu dan kakak Aurel.

"Pagi mah, pah." sapa Aurel.

"Pagi sayang." senyum kedua orang tuanya.

"Yaelah gue yang sebelah lo malah ga disapa." celetuk Yoga, kakak Aurel yang sekarang sudah kuliah.

"Iya iya, pagi kaka ku yang ter ter ter." sapa paksa Aurel.

"Hm, alay." balasnya.

"Udah udah, habisin sarapannya habis itu berangkat ya." ucap ibu Aurel.

                                    ~ •    •    • ~

Waktu menunjukan pukul 06.55, sedangkan Aurel baru sampai gerbang sekolah ia berpamitan kepada ayahnya.

"Belajar yang pinter ya." ucap ayah Aurel

"Siap." balas Aurel dengan mengangkat tangannya seraya hormat kepada ayahnya.

Aurel berlari supaya tidak telat, dan karena kelas nya jauh dipojok.
"Sial, 5 menit lagi masuk." batin Aurel.

Ini adalah hari pertama Aurel masuk setelah pembagian rapot, kini Aurel menduduki kelas XI IPA 2, dan hari pertama masuk Aurel sudah telat. Aurel memang sering sekali telat sejak kelas X. Sepertinya dia tidak kapok dimarahi guru setiap harinya. Aurel pernah sesekali berangkat awal karena belum mengerjakan PR, ia berniat mencotek teman nya. Ya, dia memang begitu malas.

"Alhamdulillah untung belum ada guru." batin Aurel seraya mencari teman yang dulu sekelas dengannya.

Aurel duduk di barisan kedua dari belakang paling pojok. Itu memang bangku kesayangan sejak SMP.

"Biasa banget sih telat" ucap Cika, teman Aurel sejak kelas X.

"Biasa lah, kan dia ngamen dulu buat uang jajan." canda Vita teman ter ter nya yg paling nyebelin.

"Astagfirullah, kalo ngomong jangan sembarang dong, anak nya siapa sih lo?" balas Aurel sambil menjitak kepala Vita.

"Aduh, sakit banget si jitakan lo. Gue anak nya bu Puji sama pak Joko,wlee" ucap Vita sambil menjulurkan lidah.

Klotak klotak klotak, suara sepatu seseorang yang menandakan akan ada guru masuk, semua murid langsung duduk kembali di tempatnya masing-masing. Ya, mereka sudah mengenali guru itu, Bu Sita namanya, ia sekarang menjadi wali kelas XI IPA 2.

"Assalamualaikum anak-anak, selamat dengan kelas baru, teman baru, dan tentunya pelajaran baru." ucap Bu Sita kepada murid muridnya.

"Wa'alaikum salam." jawab semua siswa.

"Saya absen kalian dulu ya."




"Aurel Adia Ariesta, Aurel, mana yang namanya Aurel."

"Sstt sstt sst bangun woy, nama lo dipanggil" bisik Cika kepada Aurel.

Aurel kaget dan langsung membenarkan posisi yang tadinya tidur menjadi duduk. Ya, Aurel memang cepat bosan dan mengantuk.

"Oh saya bu saya." jawab Aurel.

"Kenapa kamu? Saya panggil berulang kali kok tidak jawab jawab."

"Maaf bu, saya ketiduran, ngatuk banget soalnya bu." ucap Aurel dengan santai nya.

"Niat sekolah tidak sih kamu? Ya sudah jangan ngantuk lagi ya."

Semua orang memandanginya, karena Aurel risih banyak orang yang memandanginya, ia kembali tidur, tetapi tidak tidur ia hanya ingin menutupi mukanya.

Aurel memang terbilang cantik, tapi dia anak nya males, jutek, dan tidak terlalu pintar. Sayang sekali ya.




"Ya sudah, sekarang kita lanjut mengatur struktur kelas ya. Kita tentukan bersama saja biar tidak terlalu lama." lanjut Bu Sita.

"Sepertinya saya pilih saja ya, saya juga sudah mengenal sifat kalian karena saya dulu mengajar kelas X. Setuju kan kalo saya yang memilih." tawar Bu Sita.

"Setuju Buu." jawab semua siswa kecuali Aurel.

Dia memang malas berbicara, dan juga mageran. "Bacot mulu sih ni orang njir, jadi ngantuk ish" umpat Aurel dalah hati.

Setelah struktur kelas selesai dibuat, bel berbunyi dan semua siswa menuju kantin. Sebelumnya, Aurel tidak terpilih menjadi apa-apa karena dia sudah terkenal malas.
"Alhamdulillah, gue ga jadi apa-apa." batin Aurel.

"Yuk ah buruan ke kantin." ucap Cika.

"Cap cus gaed." balas Vita.

Mereka kini sedang berkumpul dikantin bersama teman sekelas saat masih kelas X, karena baru awal-awal mungkin mereka masih ingin bersedau gurau dengan teman lamanya yg sudah tidak sekelas lagi. Kini Aurel sekelas dengan 2 orang cewek dan 4 orang cowok yang dulu pernah sekelas yaitu Cika, Vita, Rio, Evan, Yudis, dan Putra. Setelah 15 menit istirahat...

Tringg!!! bel masuk pun ber bunyi. Mereka bergegas untuk masuk kelas.

Jam menunjukan pukul 14.00, waktunya pulang. Karena masih awal, jadi pulang lebih awal.

"Gaes nongkrong dulu yuk, sambil nonton pemandangan di lapangan basket." ucap Cika dengan maksud tertentu.

"Hoho, gue tau niat licik lo itu ferguso." balas Vita.

"Yaelah, giliran cogan aja cepet, ya udah yuk buru udah lama juga ga liat dia, wkwk." celetuk Aurel.

Mereka bertiga langsung menuju lapangan basket yang kini sedang dipakai oleh anak-anak setelah pulang sekolah. Di sana banyak anak yang jago main basket. Sejujurnya, Aurel suka kepada orang yang jago main basket atau main futsal.

"Astagah, nikmat tuhan manakah yang engkau dustakan." celetuk Vita.

"Ga kuad ga kuad, ngeliat cogan berserakan seperti ini. Mending gue bawa pulang." ucap Cika.

Aurel celingak-celinguk mencari seseorang yang dia suka sejak kelas X. Iya, dia menyukai kaka kelas tanpa kaka kelas itu ketahui. Lebih tepat nya mencintai dalam diam. Setelah lama celingak-celinguk akhirnya Aurel menemukannya sedang bermain disebelah kanan lapangan.

"Wagila wagila, itu Kak Satria ada di situ." ucap Aurel.

"Hmmm." jawab Cika dan Vita bersamaan.

Setelah lama mereka memandangi pemandangan, mereka pulang. Aurel di jemput ayahnya menggunakan mobil, sedangkan teman teman nya memesan go-car.

AurelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang