FS 4 - Niger

16.9K 1.6K 373
                                    

FS 4. Niger

🍁🍁🍁
Ya Tuhan kami,
Sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada)
hari yang tak ada keraguan padanya.
Sesungguhnya Allah tidak pernah menyalahi janji.
[Q.S. Ali Imran : 194]

Satu tahun berlalu dengan cepat. Bagi seorang Rayden, satu tahun ke belakang adalah satu tahun paling membahagiakan dalam hidupnya. Tinggal bersama orang-orang yang mendahulukan akhirat dibandingkan dunia. Dikelilingi manusia-manusia yang mencintai Allah 'Azza wa jalla lebih besar dibandingkan para hambaNya. Seorang Rayden Alrescha sudah tampak berbeda. Apalagi Rinai dan Embun sempat terkejut, ketika datang ke Mesir dan menemukan sepupu mereka itu tersenyum lebih lebar dan menangkupkan tangannya tak lagi menyalami Rinai, karena Embun tentu tak pernah menyentuhkan tangannya pada seseorang yang bukan mahramnya.

"I know now, Kak. You two still my family, but you're not my mahram. Terima kasihku untuk Kak Langit yang sudah mengingatkan," dan ucapannya itulah yang membuat Rinai menangis dalam pelukan Orion –suaminya.

Adik sepupu kesayangannya sudah banyak berubah dan itu menjadi lebih baik yang membuatnya sangat bahagia. Dan kabar paling menggembirakan selanjutnya adalah ketika Rion menghubungi Rayden dan mengatakan Rinai sudah berhijrah.

MasyaAllah. Wallahi ... Rayden terharu mendengarnya. Selama ini dirinya tahu sekeras apa Rion mencoba meminta kakak sepupunya itu untuk menutup rambut panjangnya. Tinggal di negara yang bebas tentulah tak semudah kita yang sejak kecil dikelilingi orang-orang mayoritas. Muslim di dunia barat sangatlah minoritas, ditambah Rinai adalah salah satu Direksi Lexand Inc yang mempunyai tanggungjawab besar juga karyawan yang minoritas dalam perusahaannya. Bertemu pula dengan para pemegang saham yang memiliki religi berbeda dengan mereka. Itu alasan Rinai dulu yang Rayden ketahui.

Perempuan itu masih enggan. Namun, setelah bertemu dengannya, tanpa banyak sanggahan Rinai memantabkan diri untuk semakin mendekat kepadaNya. Memilih menyerahkan semuanya pada kehendak sang Pencipta. Karena apapun yang ada di dunia ini tak akan pernah terjadi jika Allah Subhanahu wata'ala tak menyetujui.

"Assalamu'alaikum," salam terdengar ketika Rayden baru saja selesai menutup laptopnya.

Pemuda itu mendongak dan menemukan sosok yang selama ini membantunya berbenah diri, mendekat pada Ilahi Rabbi, dan menjadi sosok yang paling Rayden kagumi setelah kakak sepupunya.

"Wa'alaikumussalam warahmtullah, Kak Za." sambutnya.

Elzaid Ghany Ghazanfar mengangguk pelan lalu duduk di kursi yang bersebrangan dengan Rayden, "Sibuk Ray?" tanyanya.

"Alhamdulillah iya," jawab pemuda itu membuat Zaid tertawa kecil.

"Begini, Kakak kesini ingin memberitahukan sesuatu. Lusa bisa tidak, kamu ikut ke Niger?" tanya pria yang telah mempunyai seorang putra tampan itu pada Rayden.

"Niger? Untuk apa Kak?"

"Ghazanfar Foundation sedang ada misi kemanusiaan ke sana. Kebetulan 'kan perusahaanmu salah satu investor terbesar di foundation-ku dan Aisyah. Kupikir kamu butuh refreshing Ray, satu tahun belakangan ini kamu kerja keras sekali mengurus perusahaan ini." ucap Zaid yang membuat Rayden terdiam sejenak.

"Refreshing-ku setiap saat, Kak. Ketika aku bermunajat semuanya sudah menenangkan diriku," ujar pemuda itu membuat Zaid tersenyum lebar.

"MasyaAllah ... satu tahun mengenal kamu. Kakak gak pernah menyangka seorang laki-laki yang dulunya berwajah dingin ini bisa ... MasyaAllah hebatnya," balas Zaid menghadirkan tawa sendiri dari Rayden dengan menggeleng pelan.

For Rayden ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang