FS 10. Discussion In Kairo

19K 1.9K 137
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

FS 10. Discussion In Kairo

🍁🍁🍁
Aku bertanya padamu,
Selain aku ... adakah yang kau tunggu?
Tidak, jawabmu.
Maka baiklah, tak ada lagi gunanya mengulur waktu.
Inginku,
Kau menjadi milikku.
Seumur hidupku.
--Rayden Alrescha Ravindra.

Pria itu terlihat gugup duduk diantara para pria yang dalam diam dijadikannya contoh. Empat pria di depannya itu membuat seorang Rayden yang terbiasa percaya diri dengan segala kepintarannya, kekuasaannya di perusahaan juga sifat kepemimpinannya yang membuatnya dikagumi, bisa terlihat tak terlalu percaya diri.

Bagaimana tidak, empat pria itu adalah orang-orang sukses dengan bidang mereka masing-masing namun kekuatan mereka dalam hal agama tidak bisa diragukan. Percayalah, jika kalian melakukan meeting bersama GG Group di Sydney atau Ghazanfar Foundation di Mesir, dan ternyata sudah memasuki waktu shalat maka seorang Athar dan Elzaid akan segera menghentikan lalu meninggalkan ruang rapatnya. Begitu pun ketika di rumah sakit, jika sedang melengkapi berkas-berkas pasien yang menumpuk maka Athafaris berikut Langit, juga lebih dulu meninggalkan dan berbalik melangkah ke masjid terdekat. Karena keutamaan akhiratlah yang utama bagi para pria itu dan Rayden dengan kerendahan hatinya mengatakan jika ia kagum dengan mereka semua.

"Ray," seseorang menepuk pundak Rayden membuat pria itu kembali dari lamunannya. Yang menepuk pundak terkekeh pelan, "Mikirin apa? Ragu untuk nanti malam?" tanya pria itu.

Rayden menggeleng, "Tidak pernah ragu, Bang." jawabnya yang disambut tawa dari empat pria lain disekitarnya.

"Sudah terlalu lama menunggu ya Ray?" canda pria tadi lagi.

Rayden terkekeh pelan sambil menggaruk belakang kepalanya. "It's my dream. Yang sempat hancur ketika kupikir aku tidak memiliki kesempatan lagi," jawabnya yang diangguki oleh mereka semuanya.

"Tenang, Ray. Jodoh itu takdir Allah. Tidak ada yang bisa mendahuluiNya jika Allah tidak berkenan." jelas Atha yang duduk tepat di depannya.

Langit terbahak pelan mendengar jawaban kakak sahabatnya itu, "Dengerin tuh Ray. Itu pengalaman dari seseorang yang pernah hampir gagal menikah dengan bidadari surga," ujarnya.

Atha tertawa kecil dan menggeleng. Zaid mengangguk-angguk mahfum, sedang seseorang lain menatap ke arah taman hijau yang berada di hadapan mereka sejak tadi. "Tapi Ray, mempunyai seorang anak sebelum menikah, itu perkara yang mudah. Abang sampai sekarang, selalu bertanya-tanya, bagaimana Daddy Raffa dan Mommy Ayana bisa membagi kasih sayang mereka dengan sebegitu rupa. Bahkan Abang, tidak pernah merasa adanya perbedaan kasih sayang yang mereka berikan pada Abang, Zaid maupun Queen. Langsung menjadi orangtua ketika baru menikah, tentu tidak semudah kelihatannya. Namun Abang berharap, kamu bisa membagi kasih sayangmu nanti dengan adil. Jangan sampai Bian merasakan perbedaan yang kalian berikan nantinya," ucap seseorang yang baru saja datang dari Turki itu. Si sulung Ghazanfar yang menetap di Sydney setelah menikahi seorang perempuan yang seperti permintaannya dalam do'a. Rayden mengenal mereka semua dan bersyukur bisa menjadi bagian di dalamnya.

"InsyaAllah, Bang. Mohon bantuannya dari kalian semua," jawab Rayden dihadiahi tepukan pelan di bahunya dari Langit.

"Tenang Ray, kalau kamu bingung. Bisa tanya langsung sama Daddy Raff, beliau pasti bisa kasih solusi terbaik." ucapnya membuat Langit mendapat balasan tepukan di bahunya oleh Zaid.

"Memangnya Daddy-ku tempat curhat apa! Harusnya kalau mau curhat itu ke Om Re," candanya.

"Ya tapi 'kan Ray gak sedang depresi, Za." balas Langit lagi.

For Rayden ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang