4. The Day

6.9K 680 13
                                    

"I didn't know, it would be this difficult to marry Her"
{ Bad Baby - Chapter 4 - The Day }

"I didn't know, it would be this difficult to marry Her"{ Bad Baby - Chapter 4 - The Day }

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

.

"Yeri, sudah waktunya"

Jantungnya berdetak keras, dentingan piano mengalun halus untuk mengantarkannya menuju tempat suci yang akan menjadi saksi janji mereka di hadapan Tuhan.

"Kau sudah siap?"

-

-

-

[ 1 jam sebelumnya ]

Yeri menatap tubuhnya di dalam balutan gaun cantik berwarna putih. Bahunya terbuka, rambut panjangnya di gulung ke atas dijadikan sanggul yang membuat leher jenjangnya terlihat.

"Kau sangat cantik Yerim-a"

Yeri tersenyum ke arah Lelaki yang menjadi cinta pertamanya. Lelaki yang pertama kali menimangnya saat ia lahir kedunia. Ayahnya.

"Bukankah aku selalu cantik?"

Lelaki yang di panggil ayah itu tersenyum haru. Ia mendekat mengelus surai Putrinya, Surai yang sama, surai yang rasanya baru kemarin ia ikat dua di hari pertama Yeri masuk sekolah dasar.

"Kau yang tercantik"
Tanpa terasa bulir bening jatuh di pipinya. Lelaki itu tetap tersenyum. Air matanya bukan berarti sedih namun berarti bahagia. Melihat putri semata wayangnya secantik ini adalah hal biasa. Namun kali ini berbeda ia harus rela berbagi kecantikan putrinya dengan orang lain. Orang yang akan menemani putrinya mulai hari ini.

"Ayah menangis? Jangan menangis"

Yeri mengusap bulir yang jatuh di pipi ayahnya. Tersenyum haru, ini pertama kalinya ia melihat ayahnya menangis. Bahkan ayahnya tidak menangis saat pemakamakan ibunya. Ayahnya selalu menjadi pribadi yang paling tegar di mata Yeri. Lelaki yang paling kuat yang siap Yeri jadikan tameng saat ia sedang ketakutan. Super heronya.

"Ahh aku hanya sedikit tersentuh nak. Tidak terasa kau sudah sebesar ini"

"aku tetap anak ayah yang manis kan?"

Yeri menempelkan tangan kekar ayahnya pada pipi halusnya. Tersenyum manis, senyuman yang selalu menjadi favorit sang ayah saat ia merasa lelah.

"Tentu saja"

KLEKK

"Yeri, sudah waktunya"

Jantungnya berdetak keras, dentingan piano mengalun halus untuk mengantatkannya menuju tempat suci yang akan menjadi saksi janji mereka di depan Tuhan.

BAD BABY - [ JUNGRI ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang