Prolog

12 2 0
                                    

Yura bangkit dari kursinya. Berdiri tegak memandang Ravi. Hanya dengan melihat sorot mata Ravi saja ia tahu bahwa ada sesuatu yang salah. Darah Yura berdesir. Berharap Ravi tidak mengetahui apa yang selama ini disembunyikannya. Tanpa sadar ia menahan nafas. Jantungnya mulai berpacu dengan cepat.

"Vi..." Yura berusaha tersenyum. Namun senyumannya diabaikan oleh Ravi. Seperti kertas-kertas origami di atas meja yang sekarang terabaikan, melayang-layang tertiup angin yang semakin kencang. Atau seperti lilin-lilin kecil yang perlahan padam satu demi satu tidak sanggup menahan hembusan sang angin.

Ravi berjalan perlahan menghampiri Yura. Gurat kekecewaan terlihat jelas di wajahnya. Tangannya terkepal. Jelas sedang menahan amarah. Dan tiba-tiba saja Yura merasa tidak berani berhadapan dengan Ravi. Mata laki-laki itu seolah menusuk jantungnya. "Kenapa kamu tidak mengakuinya, Ra?" Ravi bertanya dengan suara lirih. Nyaris tidak terdengar.

Yura terdiam. Mematung. Hanya dengan pertanyaan Ravi itu saja Yura sudah bisa menebak apa yang sedang terjadi. Sorot mata marah itu, kekecewaan itu, tidak salah lagi, Ravi sudah mengetahui semua hal yang disembunyikannya. Masa lalunya.

"Ra, kamu yang aku kenal itu gadis yang baik. Tapi..." Kalimatnya terhenti, ia mencengkram bahu Yura dengan keras. Matanya berkaca-kaca. "Tapi kenapa kamu merahadiakannya, Ra? Kenapa?" Tatapannya itu seolah menjadi sembilu, menyayat hati Yura.

Gelegar petir di langit menyadarkan Yura. Betapa kecewanya Ravi pada dirinya. "Ravi..." Yura tidak tahu harus mengatakan apa.

Tangan Ravi terkulai, lemas, terlepas dari bahu Yura. Dan saat laki-laki itu membalikkan badan bermaksud pergi, Yura menahan lengannya. Air mata Yura menetes, satu persatu menetes membasahi wajahnya, seperti rintikan air hujan yang perlahan-lahan membasahi lantai beranda rumah. Yura harus menahan Ravi pergi. Kalau sekarang ia tidak menahannya, mungkin ia akan kehilangan laki-laki itu selamanya. Ia juga harus menjelaskan sesuatu padanya, tentang masa lalunya.

***

Two Sides Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang