Fate (2)

10 1 0
                                    

"Semoga saja hasilnya bagus," doa Marquez dengan tulus. Yura menganggukkan kepalanya, mengaminkan. Sementara itu di sampingnya, Taehyung memandangi tim GM dengan pandangan kosong, tidak mendengar doa Marquez saking cemasnya.

Entah sudah berapa menit tim audit itu duduk di sana. Tidak lama kemudian, Ravi terlihat berjalan keluar dari ruangan vip, menghampiri mereka.

"Toiletnya di mana ya?" tanya Ravi sambil menyunggingkan sebuah senyuman pada Yura cs. Para karyawati yang melihat senyumnya itu langsung meleleh. Terpesona tingkat dewa.

Berhubung yang ditanya Ravi adalah Yura, mata gadis itu langsung melebar, jantungnya dag dig dug dan semua anggota tubuhnya terasa lemas, sulit untuk digerakkan. Bahkan untuk sekedar menunjuk saja ia harus bersusah payah melakukannya.

Jari Yura tertuju pada lorong kecil di samping kanan dapur. Ravi yang segera memahami maksud dari gerakan telunjuknya itu kembali tersenyum. "Terima kasih," ucapnya seraya beranjak ke toilet.

"Katakan padaku, dia malaikat atau manusia?" tanya Lisa, seorang waitres yang berambut blonde, pada Yura saat Ravi sudah masuk ke dalam toilet. Yura menggelengkan kepalanya. Bukan karena ia tidak tahu tapi karena ia tidak mendengar dengan jelas pertanyaan Lisa. Dihampiri seorang aktor tampan seperti tadi membuatnya sedikit syok.

"Dia tinggi, punya suara yang bagus, akting yang bagus, tampan, kaya, otot yang sexy dan... ohh, bibir tipis dan mata yang indah. Mungkin dia adalah malaikat yang menyamar sebagai manusia," Lisa akhirnya menjawab sendiri pertanyaannya. Ia lalu meremas tangan Yura. "Kau lihat? Pahanya juga terlihat sangat berotot."

Taehyung mendengus sebal. "Mungkin saja dia malaikat maut yang menyamar jadi manusia dan bersiap untuk memberikan penilaian buruk pada restoran ini," ucapnya. Sukses membuat kilat kekaguman di mata Lisa menghilang.

"Iya juga sih..." Lisa membenarkan ucapan Taehyung dengan wajah sendu.

"Ohh astaga !!" Marquez tiba-tiba saja terlonjak. Ia mendekap mulutnya sendiri. Membuat Yura, Taehyung dan Lisa sontak memandangnya dengan penuh kebingungan. Untuk sesaat Marquez seperti orang linglung lalu ia mulai memukul-mukul kepalanya sendiri. "Dasar bodoh, bodoh, bodoh !"

Yura buru-buru menangkap tangan Marquez dan menahannya agar Marquez tidak memukul kepalanya lagi. "Hentikan. Ada apa? Kau membuat kami cemas."

Marquez menggeleng-gelengkan kepalanya dengan frustasi. Ekspresi bersalah juga terlihat di wajahnya. "Dan mungkin aku juga akan membuat kalian sedih karena menyebabkan kegagalan kita," sahutnya.

Yura, Taehyung dan Lisa saling beradu pandang. Tidak mengerti sama sekali maksud dari ucapan Marquez. Barulah saat bunyi 'bruk' dari arah dapur terdengar -yang membuat mereka menoleh serempak ke sana- mereka baru sadar apa yang sedang terjadi.

Ravi berdiri di dekat kantong besar penuh sampah yang baru saja ditendangnya. Ia melemparkan pandangan tajam pada mereka dan sukses membuat jantung mereka seolah berhenti berdetak. Begitu Ravi melewati mereka untuk kembali ke ruangan vip, mereka merasa badan mereka seolah mengecil. Takut dan cemas bercampur jadi satu.

"Kenapa kantong sampahnya masih ada di sana?" Taehyung langsung memprotes. Ia memandang Marquez, menuntut jawaban. Hal yang sama yang dilakukan oleh karyawan lainnya, termasuk Yura dan Lisa. Marquez adalah orang terakhir yang berada di dapur karena ada masakannya yang memerlukan plating dalam waktu yang lama.

Wajah Marquez langsung berubah. Ada penyesalan besar di wajahnya. Ia langsung menundukkan kepala. "Tadi pagi aku lupa menyuruh seseorang membuangnya karena Bu Sandara keburu datang. Lalu, aku juga lupa kalau benda itu masih ada di depan dapur. Maafkan aku..."

Mereka langsung menghela nafas frustasi. Tidak tahu harus merespon pengakuan Marquez dengan kalimat seperti apa. Ravi sudah terlanjur melihat kantong sampah itu. Sangat terlambat untuk membuangnya. Sekarang tamatlah riwayat mereka. Ravi pasti akan menceritakan soal itu ke tim audit.

"Maafkan aku..." ucap Marquez lagi penuh penyesalan.

"Sudahlah. Karena sudah terjadi, sekarang kita hanya bisa berdoa saja." Yura tersenyum pada Marquez seraya menepuk lembut pundak temannya itu.

Ya, karena sudah terjadi, hadapi saja. Yang perlu mereka lakukan sekarang hanyalah bersiap menerima hasil pemeriksaan yang terburuk sekalipun.

Satu jam kemudian tim audit itu keluar dari ruangan VIP. Mereka kembali ke ruangan utama restoran dimana para karyawan restoran berkumpul dengan hati harap harap cemas. Wajah tegang terlihat di sana sini.

"Ini lebih menegangkan dari menunggu jawaban gebetan yang kau tembak," Lisa menyuarakan ketegangannya.

"Kau pernah menembak cowok duluan?" Taehyung terperanjat kaget, mulutnya terbuka lebar.

"Sssstt..." Yura menyikut kedua orang yang berdiri di sisinya itu saat melihat Bu Sandara menoleh pada mereka, menyadari ada yang mengobrol di tengah suasana genting seperti ini. Lisa dan Taehyung segera mengunci mulut mereka.

Detik-detik selanjutnya semakin membuat jantung Yura seolah ingin melompat keluar. Jinu sudah berdehem untuk bersiap menyampaikan hasil pemeriksaan mereka hari ini. Ia memandangi para karyawan dan sadar sepenuhnya ada ketegangan di wajah mereka.

"Para karyawan F And T Resto 7 yang saya hormati..." Jinu mulai membuka suara. Ia berhenti sejenak untuk tersenyum. "Hari ini saya sudah mencicipi semua jenis masakan yang diolah di restoran ini. Saya juga sudah membaca hasil kinerja dan pendapatan restoran ini yang semuanya disebutkan dengan lengkap di laporan bulanan."

"Sebelum saya mengatakan hasil pemeriksaan kami, saya ingin menyampaikan bahwa ciri khas restoran F And T Resto di seluruh Indonesia adalah kecepatan layanan dan cita rasa semua masakan kita. Menurut pemeriksaan kami hari ini..." Jinu menghentikan ucapannya. Membuat volume ketegangan semakin meningkat di ruangan itu.

Ahh, ingin sekali Yura berlari dari sana. Ia bukan tipe orang yang bisa tenang saat mendengarkan sebuah keputusan. Sekarang ia benar-benar sangat gugup.

Yura tahu kekurangan restorannya. Ia sangat tahu. Dan selama ini ia sudah berupaya untuk merubahnya. Contohnya saja ia sudah mengingatkan Marquez untuk bangun lebih pagi agar bisa membeli bahan masakan yang bagus dan segar. Ia sudah meminta Taehyung berhenti bereksperimen dengan membuat masakan baru karena hampir semua konsumen kabur saat disuguhi masakan barunya. Ia juga sudah menyuruh Lisa dan pelayan lainnya datang lebih pagi. Namun sia-sia, karena ia juga menjadi salah satu dari mereka yang sering datang terlambat.

Jika, ya... jika restoran mereka dapat lolos dari hasil yang buruk, Yura berjanji. Ia akan membelikan Marquez hadiah agar ia rajin bangun lebih pagi, mungkin sebuah parfum. Ia juga tidak akan melepaskan matanya dari Taehyung agar laki-laki itu tidak punya kesempatan bereksperimen dengan masakan. Dan tentu saja, ia akan menasehati Lisa setiap hari agar berhenti membacakan menu masakan pada pelanggan dengan cara nge-rap, sudah banyak pelanggan yang komplain karena masalah ini.

"Hasilnya adalah..."

***

Hai, tertarik dengan cerita ini?

Cerita tentang kehidupan Yura, Ravi dan Jinu ini baru saja dimulai lho. Akan ada banyak sekali kejutan-kejutan dalam novel ini. Jadi pastikan kamu terus membaca novel ini ya. Untuk cerita lengkapnya bisa kamu temukan di Cabaca App atau Cabaca.id

Salam Literasi

Two Sides Of HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang