Bab 3

43 8 0
                                    

Hari ini, seperti kemarin. Bulan menunggu bis yang datang untuk mengantarnya ke kampus. Namun, dari kejauhan terlihat mobil alphard berwarna hitam menghampirinya. Dan sepertinya mobil itu tidak asing diingatannya. Ya, itu mobil milik Bumi.

"Selamat pagi Bulan" ucap Bumi yang turun dari mobilnya menghampiri Bulan

"Kamu ko bisa disini?"

"Inikan jalan umum, siapapun bisa lewat sini"

"Tapi kenapa kamu tau aku disini?"

"Mmm kenapa ya?" ucap Bumi pura-pura berfikir. "Intuisi hati kayanya" ucap Bumi kembali

"Aapasih Bumi,,,,," jawab Bulan tanpa ekspresi sama sekali

"Yaudah yu bareng gue aja, nanti telat loh. Setau gue juga bis udah 20 menit yang lalu lewat, dan lewat lagi sekitar 1 jam yang akan datang"

"Ko kamu bisa tau?"

"Apa yang gak gue tau," jawab Bumi dengan sombongnya

"Oh iya, kamu kan pintar"

Setelah itu, mereka masuk kedalam mobil. Diperjalanan...

"Hchhh..hchhhh" Bulan bersin-bersin. Dan itu membuat Bumi kebingungan. Karna disini tidak ada kucing. Bumi tau jika Bulan alergi terhadap kucing

"Bumi, itu bunga milik siapa?" tanya Bulan sambil menunjuk bunga mawar dihadapannya sambil menutup rapat-rapat hidungnya

(Siapa yang naro Bunga mawar dimobil gue, Bulan juga alergi terhadap bunga) –Bumi

"Eh sorry sorry, lo alergi bunga ya?" tanya Bumi pura-pura tidak tahu. "Ini pasti punya kakak gue yang ketinggalan dimobil". Setelah itu, ia meletakan bunga mawar itu ke jok belakang. Padahal ia ingin sekali membuangnya, namun pasti kakaknya akan mengutuknya.

Setelah itu, Bumi mengambil obat alergi di kotak p3k yang selalu ia bawa didalam mobilnya.

"Nih, minum" tawar Bumi sambil menyodorkan obat alergi yang ia ambil dari kotak p3k

"Loh kamu punya obat alergi juga?" tanya Bulan bingung

"Iya, gue alergi debu. Makanya kemana mana selalu bawa ini"

Deggggggg...

(Ah mungkin hanya kebetulan) –Bulan

"Lo kenapa? Ko malah bengong?" tanya Bumi. Ia bingung dengan perubahan sikap Bulan, setelah memberitahunya tentang alerginya, Bulan jadi melamun.

(Apa dia inget?) –Bumi

"Engga, gakpapa ko"

"Oh gitu"

Setelah sampai diparkiran kampus, Bulan ingin segera turun dari mobil milik Bumi, namun Bumi mencegah tangan Bulan yang sebelahnya. Mau tidak mau Bulan mengurungkan niatnya itu.

"Ada apa lagi Bumi?" tanya Bulan

"Makasih nya mana?"

"Makasih Bumi. Tapi lain kali kamu gaperlu kaya gini lagi. Aku lebih suka naik bis daripada mobil pribadi seperti ini"

"Oke"

Setelah itu, Bulan turun dari mobil Bumi. Saat tepat didepan pintu gudang, tangannya ditarik secara paksa oleh seseorang.

"Berani banget ya lo deketin Bumi!" ucap salah seorang perempuan yang kalian sendiri pun pasti tau orangnya

"Udah Ndy, sikat langsung aja. Enek gue lama-lama ngeliat muka so polosnya" ucap salah seorang yang berdiri disamping Candy

"Aku salah apa sama kalian, ko kalian jahat sama aku"-Bulan

"Salah lo? Karna udah berani ngedeketin Bumi! Bumi itu cuma punya gue!"

"Ah lama lo Ndy, langsung sikat aja!"

Setelah itu, Candy memberi aba aba ke kedua temannya untuk memegang tangan Bulan, supaya tidak memberontak.

"Lepasin, sakittt" ucap Bulan yang kemudian menangis, Candy yang melihatnya makin tidak sabar untuk segera menghukumnya

"Ini hukuman buat lo yang beran-beraninya duduk disamping Bumi" ucap Candy setelah berhasil menampar pipi sebelah kanan milik Bulan

"Ini buat lo yang udah coba-coba buat ngedeketin Bumi" ucap Candy kembali yang berhasil menampar pipi sebelah kiri milik Bulan

"Dan ini buat lo yang sok cari perhatian ke Bumi dengan berangkat bareng setiap hari" ucap Candy kembali, kini ia menjambak rambut Bulan dengan sedikit menariknya kedepan untuk mensejajarkan muka mereka.

"Gue peringatin ke lo, untuk terakhir kalinya, jangan pernah ngedeketin Bumi lagi, apalagi sampe cari perhatian ke dia. Gue jijik ngeliatnya."

Setelah itu, mereka pergi meninggalkan Bulan dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Pipi sebelah kanan maupun kirinya lebam akibat tamparan dri Candy, dan rambut yang semula rapih kini sangat abstrak.

Candy dengan senyum bahagianya karna berhasil memberi pelajaran ke Bulan kini dibuat mematung oleh kehadiran seseorang yang sangat familiar dipenglihatannya.

Bukan Bumi sosok yang dimaksud, melainkan Rendy. Salah satu cogan kampus juga yang tidak kalah terkenal dengan B'Four. Salah satu mahasiswa terpintar dengan IQ diatas orang normal pada umumnya dan banyak diincar juga oleh kaum hawa. Berbeda dengan B'Four yang bersikap cuek nan dingin. Rendy keterbalikannya dari mereka, ia pria yang ramah, sopan, dan gampang besosialisasi dengan sekitarnya. Namun saat sedang marah, ia tak segan-segan membuat orang yang telah membuatnya marah mengalami penderitaan yang amat menyakitkan. Dan satu lagi, Rendy tidak suka dengan pembulyan karna itu mengingatknnya dengan masa lalu yang begitu menyakitkan.

"Eh Ren Ren Rendy, ngapain lo disini?" tanya Candy gelagapan karna tercyduk oleh Rendy saat hendak keluar dari gudang

Namun Rendy sama sekali tidak menanggapi pertanyaan dai Candy. Candy yang melihatnya merasa semakin gemetar

"Pergi sebelum gue sebar video pembulyan lo ke sosial media. Gue itung sampe 3,"

Belum selesai Rendy menghitung, Candy and the geng sudah pergi entah kemana. Dalam hati, Candy terus meratapi hidupnya yang sebentar lagi akan hancur karna ulahnya sendiri.

Setelah kepergian Candy and the geng, Rendy masuk kedalam gudang secara perlahan dan mencoba mendekati gadis malang yang bernasib sama dengannya dahulu

"Mah Bulan takut," rintih Bulan sambil terus menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya yang sudah basah akibat air matanya.

"Jangan takut, sekarang lo udah aman"

Sampai bertemu di bab 4...

Bulan dan BumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang