"kita mau pergi ke mana hari ini, Bi??" tanya Aldo yang hanya pasrah ketika Bianca menarik lengan cowok itu sambil terus berjalan menuju parkiran sekolah.
"aku pengen beli nasi bebek, aku laper banget.." ucap Bianca sambil menatap penuh binar ke arah mata Aldo.
Dan lagi-lagi Aldo kalah ketika menatap binar itu. Nyatanya Bianca memang sepenting itu dalam hidupnya sehingga Aldo rela meninggalkan hampir semua hal dalam hidupnya hanya untuk terus menjaga agar binar bahagia itu tetap terpancar. Yaa, contohnya hari ini, seharusnya setelah pulang sekolah Aldo ada bimbingan belajar Kimia karena dirinya ditunjuk untuk mewakili sekolah dalam perlombaan kimia tingkat kabupaten. Rencananya dia akan mengantar Bianca pulang lalu dia kembali ke sekolah untuk bimbingan. Tapi nyatanya ketika melihat Bianca berdiri di depan kelasnya sambil tersenyum, semua rencananya hilang begitu saja.
"beli di mana??" tanya Aldo sambil tersenyum geli.
Cewek yang sedang menggenggam lengannya itu pasti tidak tahu akan membeli nasi bebek dimana. Nyatanya Bianca memang tidak tahu nama-nama tempat di Jakarta. Bahkan Aldo sangat yakin jika Bianca tidak hapal jalan pulang dari sekolah menuju ke tempat kosnya.
"kamu nggak tahu tempatnya??" tanya Bianca sambil menatap Aldo.
Aldo tidak tahan untuk tidak terkekeh, cowok itu mengacak rambut Bianca sekilas sebelum suara protes terdengar dari mulut Bianca.
"tahu, kok.. Ayoo berangkat, katanya laper.." ajak Aldo.
Sebelum kembali menyeret Aldo ke arah parkiran, Bianca menyempatkan diri untuk mengecup telapak tangan Aldo.
Perbuatan kecil yang mampu membuat cowok seperti Aldo jadi melayang. Perbuatan kecil yang tanpa sadar membuat Bianca semakin masuk ke dalam hati Aldo. Dan Aldo sendiri?? Cowok itu membiarkan Bianca semakin masuk ke dalam hatinya, membiarkan Bianca tinggal di sana.
Karena dia hanyalah remaja laki-laki biasa. Hanyalah remaja laki-laki yang sedang bahagia karena menemukan cintanya.
Dan tanpa mereka berdua sadari, jurang itu tetap ada. Sebagaimana pun caranya mereka menutupi, jurang tetaplah jurang.
***
"tumben, Bi, ngajak makan nasi bebek?? Biasanya kamu lebih suka makan mie ayam.." tanya Aldo sesaat setelah mereka berdua menghabiskan makanan mereka.
Nasi bebek, sambal, dan juga lalapan. Bianca hari ini makan cukup banyak mengingat biasanya cewek itu hanya akan menghabiskan separuh porsi dan yang separuh pasti akan masuk ke perut Aldo. Namun hari ini Bianca menghabiskan satu porsi penuh.
"lagi pengen, sebenernya aku juga pengen mie ayam.." jawab cewek itu malah membuat Aldo senang.
"yaa udah, ayo beli mie ayam??" ajak Aldo sambil tersenyum.
"enak aja.. Aku udah kenyang.." protes Bianca.
Aldo sudah menebak jawaban itu. Mau makan satu piring penuh saja Aldo sudah bersyukur. Cewek itu memang susah makan.
"tadi katanya pengen.. Aku juga masih belum kenyang.." kata Aldo.
"tapi aku kenyang.. Gimana kalo nanti malem aja?? Nanti malem aku udah nggak kenyang lagi.."
Aldo terkekeh pelan. Cewek ini memang benar-benar.
"okeee.. Kalo gitu sekarang kita mau ke mana??" tanya Aldo.
Cowok itu melirik jam tangan warna hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya, masih pukul 17.00.
"mau ke mall nggak??" tanya Aldo.
Bianca lagi-lagi menampilkan binar ceria di matanya, pasti cewek itu tertarik dengan tawaran Aldo.
Sebenarnya Aldo sudah lelah, seharian sekolah seharusnya ketika pulang sekolah dia tidur dan istirahat, namun entah kenapa berada di dekat Bianca mampu membuat Aldo ingin tetap disana. Ingin tetap disamping cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
Fiksi RemajaIni ceritaku, kisahku bersamamu, kenangan yang kurindu dan kepingan masalalu. Yang aku tahu, perbedaan memang menyatukan, tapi juga bisa memisahkan. Dan sekarang, aku disini. Berdiri bersama sepi, bertanya di dalam hati. Dimana kamu berada?? Tering...