*song : tak sesempurna cinta yang semestinya
***
Jika semua yang indah berada di depan, kenapa kita repot-repot menoleh kebelakang??
Tidak. Mungkin semua yang indah sudah ada di depan mata. Tapi terkadang kita memang perlu menoleh kebelakang untuk melihat bahwa kita pernah jatuh, kita pernah hancur, kita pernah menangis hingga air mata sulit untuk keluar. Yaaa, kita pernah melalui semua kesakitan itu untuk berjalan menuju keindahan.
Bianca setuju dengan pernyataan itu.
Tapi, ketika Bianca sudah berjalan menuju keindahan, kenapa kesakitan itu tetap sering menghampiri??
"aku ngomong gini bukan untuk bikin kamu nangis, Bianca.. Tapi tolong, kalian harus mulai sadar, hubungan ini bukan hubungan yang pasti bisa kalian lanjutkan"
Suara Eldo kembali terdengar.
Bukan. Bianca bukan marah karena mendengar penolakan kakaknya Aldo mengenai hubungannya, ini bukan kemarahan. Tangis Bianca hanyalah penggambaran dari rasa sakit yang masih mengiringi langkahnya bahkan ketika dia susah melalui banyak kesakitan.
Bianca tidak mengira jika cowok yang lebih tua 4 tahun darinya akan membicarakan masalah ini dengannya. Kakaknya Aldo jelas sudah menunjukkan ketidaksetujuannya mengenai hubungan Bianca dengan Aldo.
Wajar. Seorang kakak pasti ingin yang terbaik untuk adiknya. Iyaa, wajar.
Yang terbaik, yaa?? Kadang Bianca merasa dirinya juga sudah baik untuk Aldo. Tapi, perbedaan itu membatasi mereka. Membuat Bianca tidak lagi sesempurna itu. Membuat cinta mereka tidak sempurna.
"jangan nangis, Bianca, takutnya nanti kalo Bunda tiba-tiba pulang, malah abang yang dikira bikin kamu nangis.."
Mendengar perkataan Eldo membuat Bianca mau tidak mau jadi tersenyum.
Sebelum percakapan ini dimulai, Bianca dan Eldo sudah bercakap-cakap ringan. Percakapan santai yang cukup menyenangkan. Bianca juga cukup mengenal Eldo karena sebelum cowok itu berangkat kuliah di luar negri, Bianca sudah lebih dulu berpacaran dengan Aldo sehingga mengakibatkan mereka jadi saling mengenal. Tapi dulu Eldo tidak pernah menunjukkan ketidaksetujuannya mengenai hubungan ini. Dulu Eldo terlihat menerima kehadiran Bianca dalam hidup Aldo. Ahh, Bianca salah. Mungkin memang sudah sejak dulu Eldo tidak menerima hubungannya dengan Aldo, tapi saat itu Eldo sedang sibuk mengurus persiapan kuliahnya di luar negri sehingga mengakibatkan Eldo tidak punya banyak waktu untuk mengurus adiknya. Mungkin.. Mungkin ini memang waktu yang tepat bagi Eldo untuk menunjukkan bahwa cowok itu tidak setuju.
Sudahlah.."Bunda masih lama, yaa, Bang?? Kalo masih lama, aku mending pulang dulu.. Banyak PR soalnya.."
Jelas saja itu hanya alibi semata.
Menangis di depan Eldo membuat Bianca merasa kurang nyaman.
"nggak tahu.. Kamu di sini aja, nggak pa-pa kok.. Paling bentar lagi si Aldo balik.."
Sejak jam 3 sore Bianca di rumah besar ini hanya berdua dengan Eldo.
Bunda sudah pergi sejak siang, sementara Aldo tadi hanya menurunkan cewek itu di depan rumah tanpa tahu jika bunda sedang tidak di rumah.
Dan tepat sekali. Tidak ada sepuluh menit kemudian Bianca mendengar suara motor Aldo yang memasuki halaman rumah. Tanpa sadar Bianca sudah bangkit berdiri lalu berlari keluar sambil memanggil nama Aldo ketika dia sudah menemukan cowok itu.
"kamu kok lama, Do??" tanya Bianca sambil berjalan mendekati Aldo yang masih berdiri di samping motor besarnya.
"iyaa, tadi nganter Resca pulang dulu, kasihan dia nunggu angkutan umum sendirian.." kata Aldo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth
Fiksi RemajaIni ceritaku, kisahku bersamamu, kenangan yang kurindu dan kepingan masalalu. Yang aku tahu, perbedaan memang menyatukan, tapi juga bisa memisahkan. Dan sekarang, aku disini. Berdiri bersama sepi, bertanya di dalam hati. Dimana kamu berada?? Tering...